TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for April 2011



Lagi dan lagi harus memilih dan memutuskan.Ya, kira kira seperti itulah yang kerap aku lakukan saat ini.Tak begitu mengerti dari titik mana aku memulai melilitkan tubuh dalam lingkaran yang kini sulit aku akhiri.
"you should put your biggest priority to the top!" teriak uncle
Aku tetap mematung. Sesekali menyapu buliran lembut yang mengalir diam-diam.
"Again and again, the impossible problem is solved when we see that the problem is only a tough decision waiting to be made " lanjutnya
Seharusnya aku bisa lebih tenang dengan sederet nasehat yang diberikan, tetapi nyatanya aku semakin menangis. Terlebih lagi kala ia menanyakan perihal kepercayaan ku.
" Percaya Tuhan??"
Pertanyaan itu sungguh menohok, Astafirullah. Airmata ku kian menjadi. Tak pernah sebelumnya aku seperti ini. Aku ini gadis yang tegar dan tak mudah digoyahkan hati yang ku miliki. Tetapi pertanyaan demi pertanyaan dan nasehat uncle membuat aku kalah dengan segala pertahanann ku.

Aku akui kini ku mengecilkan hati dan pikir ku. Aku tahu aku mengerti dengan semuanya. Hanya aku terlalu ragu.  

      "Aku butuh Tuhan lebih dekat"

Bisik ku menguatkan. Mengingat selama ini hubungan ku denganNya sekedar saja. Sebenarnya telah ku putuskan, aku memilih cita ku. Demi cinta ku pada Penghuni Hati yang menanti kesuksesan ku, Mereka adalah keluarga kecil ku. Yang jelas sudah mengorbankan banyak hal untuk aku berada dititik ini. Dan Cinta ku pada Tuhan yang mungkin saja sudah cemburu dengan rasa cinta yang sempat kuberikan pada dunia. 

Tertunduk malu, sungguh!
Kembali membangun tembok pertahanan yang harus lebih kokoh dibandingkan yang lalu, tak sudi ada yang mengobrak-abriknya lagi. Ku siapkan untuk seseorang yang dikirimkan Tuhan mengisinya, kelak. Keputusan Hati, Demi cita dan cinta.
Bismillah.

Sudah terhitung berapa detik aku diam??
Tentunya sudah lebih dari 1.382.400 detik bukan?
Ku ingin menberitahu kau bahwa dari waktu yang ku punya nyaris ku pakai hanya untuk berdiam.
Ya, berdiam.

Dan kau mungkin ingin menghitung waktu mu yang kau gunakan sekedar untuk mendengarkan ku?

Sudah lama aku tak berbagi ilmu dengan mu. 
akhir-akhir ini aku hanya disibukkan dengan berbagai cerita dan peluh yang mengalir dihati.

Dalam detik ini aku ingin berbagi dengan mu tentang Jingga.
kau kenal Jingga??
warna yang membaur pada langit pagi dan sore,
yang kehadirannya menambah kemahsyuran mata memandang?
hmm, namun yang akan ku ceritakan adalah Jingga,bayi mungil yang hanya memiliki kesempatan bernafas tak lebih dari 3600 detik, yang tak sedetikpun merasakan betapa lembut kulit seorang ibu, yang tak mampu menikmati nikmatnya air susu ibu, bahkan jangankan untuk mengalirkan tenggorokannya dengan susu, untuk sekedar menangis pun ia tak mampu.

Ku namai ia Jingga,
Karena aku membantunya keluar dari persembunyianya tepat ketika senja menapaki langit sore nun anggun.
Sore itu baru saja aku mendapatkan seorang wanita berusia 17 tahun. Tak tahu aku harus memanggilnya dengan sapaan nyonya atau nona. Tak tampak ada yang berbeda dibalik kemeja putihnya. Ia datang hanya dengan jemari meremas perutnya yang ia keluhkan sangat sakit. Aku tak panik, aku perlahan membantunya menuju ruang pemeriksaan. Dan tepat dugaan ku, gadis muda itu sedang mengandung. Hamil tepatnya.

Tak ada celah untuk ku bertanya, sedikitpun. Tanpa aku harus banyak berpikir, lantas aku siapkan segala perlengkapan yang biasa ku gunakan. Telah ku lihat, tampak rambut sudah berada diujung jalan, aku berusaha mengarahkan gadis itu untuk meneran dengan benar. Perlahan, dengan keringat bercucuran diiringi airmata yang tak tertahan dari sang gadis. Aku berusaha untuk tetap konsentrasi dengan si kecil. 
alhamdulilah...
Ucap ku segera.
Aku tersenyum mendengar bayi itu menangis,Tampak ada kelegaan yang mengembang dari gadis. Ku selesaikan semua tugas ku. Tak terpikir oleh ku pemandangan selanjutnya saat aku menuju kamar gadis dan anaknya.

Nyaris aku tak percaya, sang Ibu sudah tak ada ditempat tidurnya. Tak ada disekitar ruangan. sementara bayinya tergeletak ditempat tidurnya, sendiri. Sang ibu pergi. 

Tak pernah ku duga! sungguh. Belum sempat aku menanyakan tentangnya, alamat rumahnya, dan data dasar selayaknya pasien ku biasanya. Segera ku raih bayi malang itu. Ku lihat ada yang berbeda. warna kulitnya mulai membiru, terdengar rintihan dari bibirnya. ' Alarm' ku berbunyi. Ada sesuatu yang terjadi dengan bayi ini. Segera ku hidupkan inkkubator,lantas ku balut bayi dengan kain yang hangat. Ku baringkan ia didalam persegi penghangat. Semakin terdengar rintihannya.

Aku menangis. Bukan karena aku sedih pasien ku pergi tanpa membayar, Bukan! samasekali bukan itu. Aku menangis karena aku tak sampai hati melihat bayi dengan keadaanya. Aku meraba asal usul bayi tersebut. Ku pikir pasti ia korban dari sebuah ketidaktanggungjawaban.

Kau tahu, baru kemarin aku harus kehilangan cikal generasi yang sudah aku impikan sejak 3 tahun,ia harus pergi dari rahim ku, bukan karena aku tak menginginkannya, atau bukan karena ia tak ingin menjadi generasi ku, tetapi karena Tuhan lebih menyayanginya dibandingkan aku. Aku belum dipercaya untuk itu.

Tapi lihat! gadis itu sudah dipercaya Tuhan namun ia sia-sia kan. Aku berlari menuju jalan raya,memanggil taxi untuk menghantarkan ku membawa bayi menuju Rumah sakit yang memiliki pelayanan yang lebih intensif. Selama perjalanan ku dekap ia seperti bayi ku sendiri. Seperti kemarin aku medekap jasad bayi ku yang telah bersemayan dibalik gundukan tanah. Ia pergi ketika jingga menghiasi pagi.

Jingga..
ku lihat jingga dengan indah menari-nari pada luasnya langit sore. 
Cantik seperti malaikat kecil yang berada dalam dekapan ku saat ini.
Jingga tak lama menghadiri senja.
namun kehadiranya bagaikan hujan yang menyapu debu dalam sehari.
seperti embun yang membasahi rerumputan tandus pada pagi.
Jingga hanya sementara disini.
Hanya untuk pengganti menuju purnama dimalam hari.
Ia kembali lagi pada Illahi hanya dalam hitungan jari dalam dekapan ku, kini..
Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ►  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ▼  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ▼  April ( 2 )
      • Keputusan Hati
      • Jingga
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes