K.I.T.A



K.I.T.A


Tentang sebuah cara dalam menerima. Ketika memutuskan untuk menjadikan sebuah kata menjadi ada. KITA, yang terdiri dari dua buah komponen. Aku dan Kamu. Kita, seperti penyatuan minyak dan air, tidak akan pernah bersatu. Tapi itu kata mereka! Kini minyak dan air bisa bersatu dengan surfaktan.Surfaktan yang membuat keberadaan kita menjadi ada. Penyatuan dua manusia berbeda cara, berbeda hati, berbeda kepala bukan hal yang mudah. Tidak sekadar berbagi hahahihi tanpa makna, tetapi lebih dari itu. Karena ini akan menjadi dasar mendirikan kehidupan selanjutnya.Sebut saja kita tengah mengadu elegi. Saling menciptakan sajak tentang hari. Saling menunjukan kedua sisi. Kembali, sebuah penerimaan.

...........................................................................................................................................................

Jelas, pertemuan kita tanpa rencana. Hingga menjadi sebuah rencana untuk bertemu kembali. Kita saling mengagahkan asa. Kupikir begitu.

Sekali, dua kali, tiga kali, .... kali. Pertemuan itu semakin menjadi candu. Candu yang membiarkan rasa semakin berkembang didalam ruang berkantung harapan. 

Serasi tidak selalu sama. Dan kita terlamapau berbeda. Hanya dua hal yang membiarkan kita merasa sama. Tuhan dan rasa. Hanya keduanya, memberi kesempatan untuk kita memiliki persamaan. Diluar itu kita begitu berbeda. Wajah kehidupan berbeda rupa.

Aku menyebutnya dengan konsep alam. Konsep penerimaan dengan sejuta ruang keadaan. Konsep tunggal yang tepat untuk kita uji coba. Aku manusia dengan ribuan celah kekurangan, begitu juga dengan mu. Dan kita adalah dua orang yang memiliki harapan untuk kita dengan konsep dan cara yang berbeda.

Saling menunjukan taring, menunjukan sisi gelap, menampakan wajah murung, dan aneka perwakilan ekspresi lainya. Semua sebagai test penerimaan sebagai pasangan terbaik. Inilah jala terbaik untuk saling mengenal. Bukan menjadikan sentuhan-sentuhan sebagai alasan.

Marah, merajuk ngambeg dan aneka istilah yang lain ku sebut sebagai alat agar didengar, agar diperhatikan. Alat pancing yang mudah dan sering digunakan. Tentu saja dengan manfaat yang cukup menghasilkan. Namun harus dengan resep yang sesuai. Jangan sampai berlebihan hingga membuat keruh sebuah pertalian.

Sebuah penerimaan itu penting selain kita saling mengoreksi kekurangan. Mengoreksi bukan berarti mencari-cari kekurangan. Kekurangan bukan hal yang mutlak buruk! Kekurangan adalah sebuah sekresi tubuh yang bersifat absurd. Disaring kemudian dibuang. Mekanisme rendah resiko:)

Ya, banyak belajar tentang sebuah cara menerima orang lain. Tidak menunggalkan sikap keras kepala dan keegoisan diri. Menyenangkan ketika terjadi 'peperangan' yang menunjukan wajah utuh berpeluh rasa sayang. Membuat hati tengah terbakar menjadi adem. Ya, memiliki sensasi tersendiri. Namun yang pasti tetap dengan alur dan ritme yang terkontrol agar semua masih dalam rel yang sama.


Share this:

0 komentar :