TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for April 2016
Dan ini merupakan perjalanan benar-benar "gila" dan spontan. Awalnya, urusan pekerjaan membawa saya menuju Maumere selama lima hari. Dan dalam kurun waktu lima hari tersebut, saya memutuskan untuk extend dan menyusun rencana mengexplore NTT.  You can call me "crazy" :D

Dari Jayapura saya terbang menuju Makassar, Makassar menuju Denpasar, dan Denpasar-Maumere. Menuruni anak tangga pesawat sambil merasakan udara pertama di tempat ini. Angin yang sejuk berpadu dengan terik matahari membuat mata yang mengantuk menjadi lebih terbuka. Wai Oti nama bandar udara Maumere. Tidak jauh berbeda dengan bandara di daerah lainnya, begitu mungil dan apa adanya. Meski bandara ini merupakan bandara terbesar di Pulau Flores. 

Dari Bandara menuju hotel saya menggunakan jasa penjemputan yang disediakan oleh hotel. Jika kamu ke sini tanpa ada yang menjemput, maka ada banyak pilihan transportasi di sini. Kamu hanya cukup menyesuaikan dengan anggaran yang kamu miliki. Terdapat taksi, ojek dan bemo sesuai dengan tempat yang kamu tuju.

Selama di Maumere saya akan menginap di Hotel Pelita. Salah satu hotel dengan view yang indah dan berada di pusat kota. Biaya yang harus dikeluarkan untuk menginap di sini adalah Rp.375.000/ malam, kamar dilengkapi dengan AC, televisi, kamar mandi, air hangat, wifi dan tentu saja pemandangan laut yang begitu indah.

Sunrise di Maumere
Setiap kegiatan usai, saya selalu menyempatkan untuk menikmati pemandangan di belakang hotel. Terdapat tanggul yang dibuat dari bebatuan alami dan sangat cocok untuk duduk bersantai. Menikmati suara ombak yang tidak begitu bergemuruh, nyari tenang. Dan ditengah laut terdapat bukit-gunung yang berbaris dan ada juga yang berdampingan. Sayup-sayup sinar matahari memantulkan biasa warna pada langit. Angin lalu lalang membelai lembut permukaan kulit yang kian eksotik. 

Untuk makanan di sini sudah cukup beragam,sayangnya di sekitar hotel tidak ada yang menjual makanan. Hanya saja kamu bisa berjalan sedikit dari hotel untuk menemukan tempat makan yang cukup lezat dan murah. Letaknya tepat disamping swalayan. Ada begitu banyak macamnya. Termasuk nasi padang. Menu-menu lezat ini hanya perlu kamu tukar dengan 25-50 ribu rupiah. Tempatnya dilengkapi AC dan juga wifi. Namun jika kamu ingin jalan-jalan sambil 'mengamankan' perut, kamu bisa mencicipi makanan di kompleks penjual makanan kaki lima di salah satu tempat yang dikenal dengan nama Perumnas 2. Di sana terdapat aneka makanan seperti tahu tek, mie, nasi goreng, ayam lalapan, dan lainnya. Silahkan kamu pilih sesuai selera dan kantong!

Maumere yang merupakan Ibukota dari Kabupaten Sikka. Terkenal alam Sikka yang begitu indah. Ada banyak sekali objek wisata yang patut untuk dikunjungi. Salah satunya adalah Pantai Koka. Pantai ini terletak di perbatasan antara Maumere dengan Kabupaten Ende. Dari Kota Maumere menuju pantai ini kita harus menghabiksan sekitar 1 jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor berkecepatan 40-60 km/jam. Pantai dengan pasir putih dan perbukitan di sekitarnya. Dari jalan raya kita harus melewati jalan yang sedikit berbatu sekitar 2 kilometer untuk bisa menemukan pantainya. Pantai ini sudah dikelola dengan baik, sehingga sudah ada tiket masuk dan uang parkir. Tetapi tidak perlu khawatir karena biaya tersebut masih ramah kantong yakni lima ribu rupiah. 



And here we go!
Pasir putih, batu karang, air jernih biru kehijauan, aduhai semesta alam..

 
Pantai ini sungguh sangat saya rekomendasikan untuk dikunjungi. Tenang, bersih dan begitu nyaman. Terdapat bale-bale di sekitaran pantai. Jika datang bersama keluarga, tentu saja bisa menyewa salah satu dari yang tersedia. Terdapat juga warung kecil di sekitaran bale-bale, jadi jangan khawatir kelaparan atau kehausan. Tinggal siapkan saja rupiahnya :D

Kita bisa menikmati keindahan pantai ini dari berbagai sisi. Di tepi pantai kita bisa bermain bersama pasir putih nun halus, berjalan sedikit menyusuri kaki bukit kita bisa menikmati ombak yang berseteru dengan batu karang, dan di sini kita bisa menikmati matahari tenggelam dari atas bukit yang boleh didaki. Hanya butuh waktu sekitar 10-15 menit untuk sampai di puncak dan menikmati pemandangan dari ketinggian. Di ketinggian ini kita bisa menyusuri pemandangan ke segala arah. It's so peacefull..





Sayangnya, sore itu saya harus bergegas menuju Moni. Salah satu desa di Kabupaten Ende yang paling dekat dengan Gunung Kelimutu. Dan akhirnya saya berpamitan dengan Maumere, dengan Pantai Koka, dengan senja dan fajar yang begitu indah di tempat ini. 

Perjalanan penuh dengan kejutan. Sejatinya saya tidak akan pernah berhenti menyambung setiap langkah dan jejak yang ada. Karena saya yakin, setiap cerita yang tercipta dari sebuah perjalanan selalu bermakna. Maumere, ia mengajarkan saya bagaimana menjadi orang asing yang tetap menyenangkan bagi mereka yang baru ditemui dengan atau tanpa perbedaan. Terimakasih!


More pictures please check my instagram @Fenymariantika

Hari kedua,

Memulai perjalanan menuju lembata dengan menggunakan kapal laut. Rencana awal saya akan ikut kapal fery, kapal penumpang yang biasa mengangkut penumpang dari Larantuka menuju - Wae Werang-Lembata. Sayangnya, kedatangan saya di pelabuhan sedikit terlambat. Kapal sudah berangkat setengah jam yang lalu.

Akhirnya saya memutuskan untuk mencari jalan lain dengan menanyakan pada orang-orang yang ada di pelabuhan.

" Nona mau kemana ni?" tanya seorang Nenek yang sedang duduk menghabiskan sarapan paginya

" Lembata,Nek "

" Su jalan setengah jam yang lalu ni. Tunggu kapal cepat saja"

" Ada kah Nek?"

" Ada, tunggu saja sampai jam 12"

Saya mengangguk sambil tersenyum pada sang Nenek. Hanya menunggu beberapa menit, ada bapak-bapak yang memberi info bahwa ada kapal cepat menuju Lembata.

Lets go!

Mengangkat ransel kemudian membeli tiket di loket yang tersedia. Hanya dengan seratus ribu rupiah maka saya sudah bisa menyeberang menuju Lembata. Yeya!

Saya sudah sangat excited dengan perjalanan ini. Untuk masuk ke dalam kapal pun sudah membuat adrenalin saya terpacu, bagaimana tidak, dari daratan menuju kapal hanya menggunakan tangga yang menempel pada tanggul yang memisahkan daratan dengan laut. Dan kebetulan ombak cukup tinggi pagi ini.


Perlahan kapal cepat yang bermuatan sekitar 30 orang melaju. Melewati bukit-bukit yang begitu hijau. Di sebelah kiri saya menyapa Tanjung Gemuk, saya bisa melihat dari kejauhan betapa pantainya masih begitu bersih, hijau dan ah luar biasa menyegarkan.

Sementara disebelah kanan saya terdapat pulau Solor.  Meski jauh mata memandang, tetapi perkembangan pulau itu sangat nampak dari pembangunannya. Seolah-olah kaki bukit sudah sesak dengan perumahan-perumahan warga. Ini saya lihat juga saat melewati Pulau Adonara yang pelabuhannya dikenal dengan nama Wae Werang. Nampak tempat-tempat ibadah berdiri kokoh di permukiman warga. Di pulau ini juga kapal berenti sejenak untuk menurunkan penumpang. Jika tujuan hanya ke Pulau Wae Werang makan ongkos kapal hanya lima puluh ribu rupiah.

Sepanjang perjalanan mata akan disuguhkan dengan bukit-bukit atau pulau pulau berpenghuni. Melihat barisan bukit tertata rapi dengan kumpulan awan putih diatasnya. Ada pula hamparan hutan homogen melengkapi daratan. Dengan bibir pantai yang tetap indah meski tidak bertabur pasir putih.

Eh saya keliru, setelah melewati Pulau Wae Werang di bagian awal, dipertengahan saya melihat ada satu bagian bibir pantai yang pasirnya berwarna putih. Saya seperti melihat salah satu pantai di Pulau Bali, dream land. Bedanya tidak ada karang yang menjulang tinggi. Di daratan yang sama dengan bibir pantai yang berpasir putih ini saya melihat ada gereja yan menjulang tinggi di kaki bukit. Ah, senang sekali melihat tempat ini, begitu damai dan 'khusyuk'.

Singkat perjalanan diatas kapal menuju Pulau Lembata akhirnya sampai. Terik begitu terasa di permukaan kulit. Beban dipundak seolah meningkat. Di dermaga saya mencari-cari saudara baru yang akan menjemput dan menyediakan tempat bermalam. Setelah beberapa menit akhirnya bertemu. Waktu menunjukan pukul 10 lewat beberapa menit, tetapi matahari sudah terlalu tinggi untuk jam 10 pagi.

Rumah yang akan saya "tumpangi" tidak terlalu jauh dari dermaga, hanya sekitar 10 menit kami sudah sampai. Rumah yag cukup megah untuk ukuran masyarakat di sini. Saya menyalami satu per satu tuan rumah. Mereka begitu ramah dan tetap dengan khas logat mereka. Kami berbincang-bincang sebentar sebelum akhirnya saya mohon izin untuk menggunakan kamar mandi dan beristirahat sebentar sebelum akhirnya mengelilingi sebagian pulau Lembata.

Sekitar pukul 2 siang, saya sudah dibangunkan untuk bersiap-siap menuju beberapa objek wisata yang ada. Pantai dan juga perbukitan.


Saya sangat menikmati perjalanan, setiap perjalanan, tidak terkecuali perjalanan kali ini. Sepanjang jalan saya tidak henti-hentiny melepas senyum meski hanya beberapa garis, menyapa mama-mama yang sedang beraktivitas di pinggir jalan pun di pekarangan rumah mereka. Ada kebahagiaan yang lahir dari kesederhanaan pulau ini. Saya merindukan perasaan yang seperti ini.

Tidak terlalu jauh ternyata pantai yang akan dituju, pantai yang sebenarnya ada sepanjang jalan. Saya bisa melihat mereka dari ketinggian, pasir putih, karang, manggrove dan ombak lembut yang bersahutan. Ah, I just wanna let go! 


Saya sempat singgah dan menikmati pantai yang menjadi salah satu resort di pulau Lembata. Pantai yang konon menjadi milik pribadi orang nomor satu di pulau ini. Saya menyukai sudut di mana saya duduk, dari sini saya bisa melalap habis pemandanngan di sekitar saya. Ada kata yang lebih dari sekadar indah?

 
Barisan pantai Waijarang, Pantai Bean dan aneka pantai lainnya yang saya nikmati dari kejauhan. Dari kejauhan, saya bisa menikmati mereka dengan paripurna, tidak hanya menikmati pasir putihnya, tetapi juga biru dan hijaunya air laut yang secara berganti menggelitik tepian pantai. Sementara barisan bukit dan gunung berada di hadapan mereka. Sungguh saya menikmati mereka meski hanya dari atas bukit cinta Wolorpas. 

Di pulau ini juga terdapat teluk Waienga yang jika kita beruntung bisa menemui lumba-lumba, sayangnya terlalu sore jika saya memaksakan untuk tetap berkunjung ke sana. Maka saya putuskan hanya berhenti di atas bukit cinta ini. Saya meyakini bahwa perjalanan bukan sekadar banyaknya destinasi yang dikunjungi, tetapi tentang bagaimana saya mampu menghemat ego demi kebahagiaan saya yang sebenarnya.

Saya kembali menuju Larantuka keesokan harinya, perjalanan masih panjang, tetapi saya tidak pernah bosan menikmati setiap detailnya. Jika perjalanan adalah candu, maka biarlah saya menanggung risikonya!

Sampai bertemu di cerita part Ende dan wilayah pulau Flores lainnya!

**Aneka foto perjalanan bisa dinikmati di instagram pribadi saya @Fenymariantika

Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ▼  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ▼  April ( 2 )
      • 14 Days Overland in NTT ( Part Maumere-Sikka)
      • 14 Days Overland in NTT ( Part Lembata Island)
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ►  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes