TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for September 2018
Pekan lalu bersama seorang psikolog muda, Prapti Leguminosa,S.Psi.,M.Psi.,Psikolog membahas tentang bagaimana cara dan teknik membantu masyarakat dalam merespon sebuah keadaan tidak normal atau sebut saja dalam kondisi bencana atau yang dikenal dengan istilah PFA (Psychological First Aid). 

Acara berlansgung dari pukul satu hingga pukul setengah lima dengan audience secara umum didominasi oleh mahasiswa dan calon konselor. Talkshow ini dikemas cukup menarik dan interaktif sehingga pesan yang ingin disampaikan kepada audience bisa tersampaikan dengan baik. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya audience yang berburu pertanyaan. Begitu beragam pertanyaan yang tidak hanya tentang PFA tetapi kesehatan mental pada umumnya. 

Nah, cerita yang menarik ada pada sesi ini. Ada banyak pertanyaan tentang kesehatan mental baik dari kasus personal, pernikahan, hingga kasus-kasus lain yang sebenarnya kerap terjadi di masyarakat kita. Saya mendapati beberapa anak muda mulai tertarik dengan kesehatan mental melalui pertanyaan " Bagaimana kita membantu mencegah agar teman kita tidak bunuh diri?" di saat yang sama saya menyimak sembari mengumpulkan tenaga untuk berbagi cerita  tentang pengalaman saya pribadi. Saya menyampaikan bahwa salah satu hal yang bisa dilakukan oleh teman sebaya adalah menanyakan kabar rekan-rekan mereka dengan sepenuh hati dan menjalin komunikasi yang baik. Karena sungguh hal ini sangat dibutuhkan oleh siapapun, baik yang sedang mengalami mental illness maupun tidak. 

Selain itu, salah satu cara membantu mereka menghadapi kondisi tersebut adalah dengan cara menjadi pendengar yang baik. Saat depresi atau kondisi lainnya, penyintas membutuhkan tempat untuk mengungkapkan semua yang menyesaki kepala dan dadanya. Hidup memang tidak mudah, tetapi tidak juga terlampau sulit. Mental illness salah satu bentuk respon tubuh saat ada hal-hal yang tidak sesuai dari sudut pandangnya. Dan seorang teman yang mampu mendengarkan menjadi kebutuhan mutlak dalam hal ini. 

Saya kerap mendengar banyak orang bijak mengatakan " Ceritakan saja pada Tuhan saat kamu beribadah". Ya, saya setuju akan hal tersebut, saya juga melakukannya hingga terisak-isak dihadapanNya. Namun ada kalanya, penyintas membutuhkan komunikasi dua arah, sehingga keberadaan seseorang sangat berarti. 

Namun, ada beberapa hal yang harus diketahui oleh rekan-rekan tentang beberapa hal yang sebaiknya tidak dilakukan saat memiliki teman yang mengalami depresi atau mental illness lainnya seperti:

1. Jangan MENASEHATI saat ia sedang ingin bercerita atau menangis
Dalam kondisi ini, cukup hadir di saat itu, mendengarkan apa yang ia sampaikan, berikan perhatian penuh dan tulus. Pastikan kamu benar-benar berada di sana untuk dia. 

2. Jangan mengaitkan mental illness dengan keyakinan atau kealiman seseorang
Hal ini kerap terjadi dan saya amat tidak nyaman dengan hal ini. Tidak perlu beranggapan bahwa mental illness dipicu atau disebabkan oleh pengetahuan agama yang minim atau biasa diistilahkan "jauh dari Tuhan" meski mungkin memang ada kaitannya tetapi bagi saya, please don't say it to your friend! Its hurt!

3. Jangan menganggap mereka "berbeda"
Memang kesehatan mental dan kesehatan fisik memiliki perbedaan. Jika keduanya bermasalah maka terapi yang diberikan akan berbeda. Namun satu hal yang tidak berbeda, keduanya bisa diatasi dan dikelola agar tetap sehat. Jika kita batuk, flu, kanker sekalipun, semua ada terapi masing-masing. Begitu juga dengan mental illness. Sehingga tidak perlu dilirik dari ujung rambut hingga ujung kuku kaki, membuat stigma dan hal-hal tidak baik lainnya. Just let them live and life like you do!

Well, I have to stop write about this because you know I am trying hardly to share this topic.Maybe next time I will share more. By the way, can you imagine my face and feeling when I write this? Maybe no, but if you can imagine that, thank you for understanding me. 

Terlahir sebagai seorang perempuan yang berasal dari sebuah desa di ujung barat Sumatera menjadi salah satu hal yang ia syukuri hingga saat ini. Tidak peduli bagaimana citra desanya, tidak peduli bagaimana orang memandang negative tentang ia, takdir yang terjadi di dalam hidup membawanya menjadi seorang perempuan yang berbeda.

“Mengapa kamu memilih menjadi Neira seperti sekarang ini?” tanya seorang teman yang tak karib
“Hmm, saya bingung bagaimana menceritakannya.” Jawab Neira
Siang itu mereka sedang duduk di beranda sebuah bangunan tua berisi lembar-lembar pustaka. Usai mengisi acara kerelawanan, Neira melanjutkan waktunya untuk membaca dan akhirnya bertemu dengan seorang pria yang usianya sekitar 60an tahun. Pria berkacamata yang sudah lebih dahulu duduk di meja dan terpaku pada sebuah buku berjudul “Wujud Asli Indonesia”.  Sementara Neira merupakan seorang perempuan dewasa yang sudah kecanduan kegiatan sosial, kecanduan yang membawanya pada kehidupannya hari ini. Ia menjadi praktisi untuk beberapa bidang yang ia minati, kendati demikian ia tetap seorang gadis yang sederhana dan apa adanya.

            “Saya selalu senang bertemu anak muda yang cerdas dan paham sekali dengan hidupnya akan dibuat seperti apa.” Lanjut Pak Soed bertanya
Hening beberapa saat.

            “Sebenarnya saya tidak seidealis itu Pak. Hanya sejak kecil saya memang sudah difasilitasi belajar menjadi seseorang yang seperti ini. Saya terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja, baik dari segi ekonomi maupun agama. Saya anak kedua dari lima bersaudara. Namun sejak kecil, saya memang diperlakukan lebih bertanggungjawab dan memiliki tanggungjawab dibandingkan Kakak saya. Singkat cerita, saya mengerjakan banyak hal di rumah dibandingkan dengan Kakak saya. Hingga saya masuk sekolah dasar, saya tidak berhenti mencari aktivitas di luar rumah, saya mengikuti kegiatan olahraga di sekolah, atau saya membantu anak-anak tetangga yang meminta saya mengajari mereka pelajaran-pelajaran di sekolah dan sebagai balas jasa mereka kepada saya, mereka akan membantu saya mengerjakan tugas-tugas rumah karena untuk membantu mereka belajar, saya harus menunda pekerjaan rumah saya. Hehe
            Tapi masa kecil saya amat menyenangkan, di mana saya berkesempatanmembantu orangtua saya menjemur padi, menimba air, dan aktivitas rumah lainnya. Di sekolah saya mengikuti banyak ekstra kulikuler, hingga bangku SMA saya tidak pernah sepi aktivitas. Mulai dari kelompok karya ilmiah, cerdas cermat, olimpiade, pramuka, drumband, paskbira, rohis, menulis, paduan suara dan kegiatan lainnya. Saya menyukai semua itu.
            Mungkin itu awal mula kenapa saya akhirnya memilih menjadi seseorang yang seperti ini, menyukai komunitas dan pekerjaan seperti ini.” Jelas Neira
Ada senyum yang mengembang dari wajah Pak Soed, diikuti dengan anggukannya seolah mengiyakan apa yang Neira ceritakan.

            “Lalu apa rencana kamu setelah ini?” tanya Pak Soed pada Neira yang semakin menikmati sapaan angin pad awajahnya.
            “Wah, ini pertanyaan yang sulit. Hehe, untuk orang seperti saya, hidup saya saat ini sudah sangat saya syukuri Pak. Di mana saya bisa bermanfaat untuk orang lain, tidak hanya keluarga saya, rasanya saya sudah bahagia sekali. Saya mencintai pekerjaan saya ini, namun saya juga tetap membutuhkan media untuk belajar lebih banyak lagi tentang hal-hal baru. Selain melalui pekerjaan, saya juga terlibat dan turut menginisiasi komunitas-komunitas yang melibatkan anak muda yang sama seperti saya, menyukai ruang-ruang diskusi dan gemar mempelajari ilmu-ilmu baru dan pengetahuan sehingga bisa ikut membuat perubahan di ranah kami masing-masing. Di mana pun saya bertugas atau travelling, saya selalu menyempatkan untuk survey atau need assessment sederhana yang mungkin suatu saat akan berguna saat mendesign program atau project-project tertentu. Apalagi saya tidak membatasi ruang gerak, misalnya sebagai seorang tenaga kesehatan, saya juga concern pada dunia pendidikan, pada kemiskinan, pada pengembangan social dan sebagainya. Sehingga saya bisa memaksimalkan diri saya untuk banyak hal. Saat ini saya berencana untuk mengembangkan banyak komunitas atau movement, melanjutkan pendidikan dan mengembangkan program-program yang berdampak kedepannya. Doakan ya Pak semoga dilancarkan”.
            “Mendengar cerita kamu seperti membaca sebuah buku motivasi. Saya jadi ingat anak ketiga saya, setelah lulus dari Inggris, dia memilih untuk bekerja di sebuah NGO di pedalaman demi membantu anak-anak di sana. Saya sangat support anak-anak muda seperti kalian. Dunia masih ada harapan jika anak-anak muda bisa produktif tidak hanya untuk dirinya tetapi juga untuk banyak orang”.

Percakapan mereka berhenti ketika adzan sholat ashar berkumandang. Neira melanjutkan perjalananya begitu pula Pak Soed. Percakapan mereka berakhir pada sebuah kesepakatan, akan ada diskusi lanjutan dengan beberapa orang lainnya yang akan diundang oleh Pak Soed. 

***

Hampir setiap hari Neira melewati jalan raya ragunan, salah satu jalan arteri yang padat merayap hampir di setiap waktu. Neira menikmati setiap perjalanannya, ia memilih berjalan kaki daripada harus stuck di dalam kemacetan. Dan dalam jalannya, ia kerap mengamati banyak hal. Trotoar yang sudah alih fungsi menjadi jajaran toko kaki lima, sampah yang menumpuk di sepanjang parit, masyarakat yang hobi menghabiskan di warteg sembari membakar paru-paru dengan sebatang rokok beracun, kendaraan yang memenuhi jalan, perempuan yang membawa gerobak sampah dengan susah payah, dan aneka rupa aktivitas yang tertangkap oleh mata. Usai merekap semuanya, ia akan menuliskannya pada blog pribadinya. Neira sang overthinker, salah satu juluk yang ia dapatkan dari banyak orang.

Sesampainya di rumah, ia mulai menuliskan percakapannya tadi dengan Pak Soed. Ia meramu dalam Bahasa yang berbeda untuk diterbitkan diblog pribadinya.

            “Jika ada banyak orang yang tidak memilih jalan ini, maka saya menjadi bagian yang tidak banyak. Karena bagi saya, buku, menulis, berbagi, diskusi, masyarakat, pembangunan, negara, keberagaman, kebaikan adalah topik yang akan selalu hangat tidak hanya untuk diperbincangkan tetapi untuk diwujudkan. Sulit? Tidak. Sebab Allah yang akan membuat semuanya menjadi tidak sulit. Meski terasa sulit, tetap selalu ada jalan yang akhirnya menguatkan berada di jalan ini.
            Pertemuan demi pertemuan membuat saya semakin yakin bahwa Allah selalu membersamai saya di jalan ini. Dipertemukan dengan orang-orang yang tepat di waktu yang tepat. Ketika saya sedang lelah, sedang down, Allah mempertemukan dengan orang-orang yang membuat saya menjadi semangat kembali. Salah satunya hari ini, saya bertemu dengan Pak Soed. Saya tidak pernah menyangka akan bertemu dan berbicara dengan salah satu tokoh di Indonesia, meski namanya tidak masuk daftar orang-orang terkenal. Namun saya sedikit banyak mengetahui kisahnya. Bagaimana ia berjuang untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Salah satunya melalui buku-buku yang ia tulis.
            Saya ingin sepertinya, menyicil amal kebaikan dan semoga apa yang saya lakukan terhitung demikian. Tidak perlu menjadi terkenal, cukup tetap dimampukan agar bisa tetap bermanfaat. Jangan patang arang, dunia selalu luas untuk orang-orang yang ingin berbuat kebaikan. “

Usai menulis, ia mulai merenungkan beberapa tulisannya tentang pekerjaanya. Bekerja di sebuah lembaga kemanusiaan selama lima tahun terakhir memang membuat ia memiliki banyak kesempatan untuk belajar. Tidak hanya sebagai seorang professional, tetapi juga sebagai personal. Seperti biasa, ia banyak mengamati hal-hal yang menarik baginya. Setiap bangun pagi, ia selalu menyusun strategi agar tidak terlambat, ia merencanakan aktivitas yang akan ia lakukan sepanjang hari, membaca ulang target-target yang ada di buku catatannya, ia menggunakan gadget untuk berdiskusi dengan komunitas dan orang-orang yang ia anggap sebagai teman berbagi.

Pagi itu hadir sebuah pesan dari seorang teman di Timur Indonesia. Ia menanyakan kapan akan kembali ke sana. Neira tak bergeming, ada rindu di hatinya, namun rencana hidup membawanya kembali ke Ibukota demi dekat dengan keluarganya. Bagi Neira, pengabdiannya di Papua memang menjadi salah satu cerita hidup yang amat berharga baginya. Ia menuliskan banya cerita tentang pengabdiannya di sana. Ia menuliskannya tidak hanya dengan kata, tetapi juga dialiri oleh airmata. Setiap kata yang ia tuliskan, mengandung kecintaan yang luar biasa.
Neira memang cukup pandai membuat orang lain menikmati tulisannya. Ia menyampaikan pesan, ia berdakwah melalui tulisannya tanpa mengharapkan apa-apa selain ada kebaikan yang bisa diambil ketika ada yang membacanya. 


            “Kamu memang harus selalu rendah hati, tetapi kamu tidak boleh rendah diri. Banyak orang di luar sana yang menganggap diri kamu berharga, jangan pernah merasa bahwa kamu tidak berharga” Ucap seorang teman yang berada jauh di Jawa Timur ketika mendapati Neira tengah dirundung perasaan tidak bermanfaat. Tak ada jawaban untuk pujian-pujian terhadapnya, sebab Neira paham bahwa ia masih harus banyak melakukan perbaikan dan belajar menjadi lebih baik secara personal maupun professional.

Semakin banyak ia melibatkan diri dalam kerumunan positif, semakin ia merasa bahagia dan kuat meneruskan impian-impiannya yang tak biasa. Menyusun rencana untuk kembali mengabdi ke wilayah-wilayah terpencil usai menyelesaikan pendidikannya di negara orang. Sebab tak jarang ia mendapatkan diskriminasi karena sukunya, sering dipandang sebelah mata karena usianya yang masih muda, dianggap tidak baik dan aneka predikat lainnya. Namun melalui gerakan komunitas diskusinya, melalui komunitas pendidikan yang ia inisiasi, melalui tulisan-tulisannya, melalui pekerjaanya, ia ingin mengabarkan bahwa semua orang memiliki kesempatan untuk berbuat baik dan menebarnya tanpa melihat perbedaan selama orang tersebut berkenan menggunakan hati dan pikirannya untuk kebaikan. Karena berbicara jauh lebih mudah daripada mewujudkan apa-apa yang menjadi wacana. Dan ia memilih untuk bangun dari tidurnya, agar mimpi bisa diwujudkan. Sebab jika masih terlelap, maka mimpi akan tetap menjadi mimpi semata.


Ia ingat sebuah tulisan dari salah satu pembacanya “… sampai pada sore ini saat aku menulis ini, aku sedang merasa amat bahagia. Bagaimana tidak seumur hidup secara langsung aku disapa melalui pesan pribadi di Instagram oleh seseorang yang amat menginspirasi hidupku, bahkan aku ingin sekali bisa memiliki jejak hidup sepertinya, melihat dunia luar dan memberi banyak manfaat bagi yang lain. Selama ini aku merasa bahwa tulian yang aku post di sini tak pernah ada orang yang mau membaca walaupun aku tulis alamatnya di bio media social dan ternyata orang hebat seperti beliau menyempatkan waktunya untuk membaca sampai beliau menemukan tulisanku tentangnya. Dari tulisan aku mengenalnya, itulah keajaiban tulisan. Kamu bisa belajar dan menemukan solusi. Terimakasih semangatnya kak, semoga selalu dilindungi Allah dimanapun Kakak berada”

Mengalir air mata Neira membaca persembahan hati dari salah seorang pembaca blognya. Ia pun tidak pernah menyangka bahwa tulisannya bisa berdampak untuk orang lain. Hingga ia sadar bahwa ia harus kian menebar energi-energi positif melalu banyak cara. Meski ia juga tidak bisa menafikan bahwa banyak tindak tanduknya yang juga tidak baik. Sebab ia masih manusia biasa.

Sebelum berpisah pada siang itu dengan Pak Soed, Neira mendapatkan satu pesan darinya,

“Untuk bisa mencapai tujuan kita, kita tidak hanya perlu menyingkirkan kerikil dan batu untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Maka, tujuan kita akan tercapai jauh lebih cepat dan tepat. Ini bukan hitungan matematika memang, melainkan rumus dalam berbuat baik. Kamu lanjutkan perjalananmu apapun rintanganya, kamu hanya perlu sabar dan tetap berikhtiar, bisa jadi yang kamu hadapi lebih kuat dan berkuasa dari kamu, tetapi kamu punya Tuhan yang selalu bersama dan memihakmu. Suatu saat saya ingin mendengar kabar baik lainnya dari kamu, anak muda sederhana namun begitu luar biasa, yang saya kenal”.

Maka pertemuan demi pertemuan, ketika pagi berganti siang lalu malam, hidup benar-benar mengajarkan banyak hal kepada setiap orang, kepada Neira dan juga yang lainnya. Mari berjalan sesuai dengan rencanaNya. Sampai jumpa!
Fe, judul macam apa ini? whatever! 

Jadi hari ini saya ingin membahas tentang telor kutu. What? Kenapa sepagi ini membahas telor kutu?? Well, telor kutu yang saya bahas ini hanya istilah untuk orang-orang yang toxic di sebuah kelompok atau lembaga atau organisasi. 

Telor kutu macam ini bukan baru-baru ini menjadi hits, sebenarnya sejak dahulu kala memang sudah ada dan sudah disadari oleh (mungkin) semua orang, tetapi kadang tidak banyak yang peduli dan mengatasi hal ini. Kenapa? because it's so ribet!

Seseriuse apapun kita dalam membasmi kutu-kutu yang ada, namun telor kutu tidak kita buang, maka akan tetap ada kutu-kutu lainnya. Dan circle of the kutu's akan terus berulang dan berulang. Dan tentu, jika ada telor kutu dan kutu maka kepala dan sekitarnya akan terus tidak sehat. Selain bisa menyebabkan beragam penyakit lainnya, setidaknya kutu bisa membuat daerah sekitar menjadi gatal lalu si empunya tidak berhenti untuk mengaruk-garuk kepala dan daerah lainnya. Ah pasti tidak nyaman sekali kan?

Jadi, harus kita apakah kutu dan telor kutu? Tentu tetap harus dienyahkan dari muka bumi ya. Lalu bagaimana caranya? Nah ini, kadang sebagai manusia, kita tidak begitu tega untuk "memites" kutu yang ada di kepala kita. Jalan yang sering ditempuh adalah dengan menggunakan shampo anti kutu yang hanya ampuh untuk membasmi kutu, tidak telor kutu. Lalu apa kabar dengan telor kutu? Yap, hanya dengan beberapa cara, diambilin satu per satu, digundulin rambutnya, atau pake sisir yang amat kecil sehingga telor kutu bisa nyangkut dan lepas dari rambut tanpa harus digundulin (?) tapi ah pakai cara apapun terserah yg penting bebas dari kutu dan telor kutu! 

Nah, setelah telor kutu dan kutu terbasmi, maka jangan lupa untuk memikirkan cara untuk mencegah agar tidak ada kutu dan telurnya lagi. Pencegahan tentu sangat penting, kan?  Agree sekali.

Huft, ngebahas tentang ini aja rasanya sudah lelah dan menguras tenaga, lalu apa kabar if I have to face it like everytime? Hell (o)


Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ▼  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ▼  September ( 3 )
      • CeritaKita #1
      • Aku Dalam Cerita
      • Telor Kutu
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ►  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes