Filterisasi Hidup

Sudah lama tidak menulis, sehari-hari waktu begitu terasa sedikit karena full dengan aktivitas di rumah, pekerjaan domestik, membersamai anak yang semakin aktif dengan bermain bersama, membuat aneka permainan dan sebagainya. Meskipun demikian, tentu saya masih memiliki waktu untuk sekadar berselancar di dunia maya, meski hanya instagram. 

Dewasa ini, sebagai penunjang agar tidak overthink ketika bermain sosial media, maka kita memang wajib memasang filter untuk diri kita sendiri, terutama untuk isu-isu yang relate dengan diri sendiri. Contohnya saya, saya memiliki trauma batin dan trust issues sehingga saya memutuskan untuk berhenti membaca artikel di salah satu platform curhat, karena mostly isinya curhatan suami atau istri yang sedang diuji lewat pasangannya yang mendua. Selain itu saya juga memutuskan untuk tidak menonton web series yang sedang naik daun saat ini. Hal serupa saya lakukan sebagai salah satu upaya saya dalam menjaga kewarasan saya dan tentu saja saya tidak ingin meneror suami saya hanya karena saya yang overthinking akibat dari media sosial yang saya gunakan tanpa disaring. 

Dan sebaliknya, saya semakin banyak mengikuti media sosial dari komunitas parenting, komunitas pemberdayaan perempuan, tokoh-tokoh yang positive vibes dan inspiratif agar saya juga memiliki banyak terpengaruh dan dikelilingi dengan hal-hal yang baik, setidaknya menurut saya. 

Nah, menurut kamu perlu ga melakukan filterisasi seperti itu? 

Share this:

0 komentar :