Elegi Patah Hati
" Jalan kamu masih panjang, sayang"
Lebih kurang rangkaian kalimat berisi penyemangat yang banyak mereka ucapakan kepada aku dalam durasi waktu tiga puluh hari sejak 'surat putusan' yang tanpa persetujuan bisa sampai pada hari itu.
" Ya, sangat memahami bahwa waktu yang aku punya memang masih panjang ( mungkin). "Membatin. Kian memunggungi sisi diri yang selalu berpelukan dengan kesedihan. Walau aku tahu bahwa ini memang yang terbaik setidaknya untuk saat ini.
" Suatu hari, kamu akan menertawakan apa yang kamu tangisi hari ini" Ujar salah satu rekan yang turut merasakan betapa tak bernilai ketika kau harus di'buang' begitu saja dari tempatmu,semula.
Tak ada yang mampu dilakukan selain berusaha untuk tegar dan menerima. Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya bahwa penerimaan itu tidak lebih dari sekadar membuka pintu hati dan mempersilahkan udara untuk menyegarkan ruang-ruang padat juga hampa didalamnya. Kesiapan untuk merasakan rasa kecewa sudah dinonaktifkan hingga rasa itu harus mengampiri tiba-tiba.
" Pesan dari ku untuk wanita dimana pun kalian berada. Jangan mencoba untuk percaya dengan rangakaian janji ataupun mimpi yang diutarakan oleh kekasih mu sebelum ia benar-benar meminta mu pada Tuhan lewat ijab-qobul yang sah. Karena semua itu hanya semu, maka hanya rasa kecewa dan sakit yang akan kau raup. Aku tidak pernah menyesal dengan apa yang sudah terjadi. Karena tidak akan ada manis ketika tidak pernah pahit"
" Ketika wanita berbicara tentang pernikahan itu berarti normal, ketika laki-laki berbicara tentang pernikahan itu berati serius" Ucap seorang rekan penulis yang sempat berbagi cerita pada sabtu siang. Mungkin itu berlaku untuk kalian? karena tidak bagiku. Dia sudah sangat rapi menulis rencana didalam buku kecil yang ia punya. Rencana-rencana yang sudah dipersiapakan untuk 'kami' nanti. Tetapi nyatanya? Nihil.
" Apapun yang terjadi dalam kurun waktu dua tahun terakhir adalah bukti Tuhan begitu menyayangi makhluknya."
Perlahan, kembali membuka mata bahwa apa yang salah selamanya akan tetap salah. Hukum Tuhan bukan barang dagangan yang bisa dinanti potongan harga. Ya, jangan meremehkan Tuhan!
Perlajari petunjuk-petunjuk kecil dariNya yang tanpa disadari sering diabaikan. Tidak ada kata terlambat untuk mengakui kesalahan dihadapanNya. Hanya itu yang bisa dilakukan:)
Now! move on.
Perbaiki diri sebaik-baiknya.
Belajar dan selalu belajar.
Semamgat, Karena Tuhan tidak pernah meninggalkan dalam keburukan sekalipun:)
*Dan untuk kamu yang disana, Semoga kamu selalu bahagia dengan keputusan kamu tiga puluh hari yang lalu:) Selalu ada do'a untuk kamu. Tidak terbesit rasa benci meski sedemikian rupa perlakuan itu. Bukan karena bodoh melainkan karena 'rasa' yang kita punya memang berbeda. Berbeda penampang ketulusan.
0 komentar :
Posting Komentar