My Little Brother

missed my little brother..

Sebuah kalimat yang berisi ungkapan kerinduan pada kedua adik laki-laki yang semakin beranjak dewasa. Ya, dua adik laki-laki yang dahulu selalu menjadi teman bertengkar, teman bermain dan teman berbagi cerita.


Abang,
sebuah panggilan teruntuk adik laki-laki yang berada diurutan setelah saya. Dia lahir pada tanggal 11 Januari 1993 yang diberi nama Ainul Hisyam. Adik yang tampan, pendiam dan teramat disayang oleh Ibunda. Abang  satu- satunya anak yang selalu dibawa kemanapun Emak pergi semasa kami baru tiga saudara.

 Ya! my mom so loved him..

Ketika mengakhiri statusnya dibangku SMP, Abang mulai menjadi remaja normal. Ia mulai mencoba banyak hal baru yang positif pun negatif hingga mempengaruhi karakternya. Ia menjadi sosok yang tegas, berani bahkan kadang cenderung pemarah. Ia semakin dewasa dan semakin maskulin.

Mulai menjalani hari-hari sebagai siswa SMA membuatnya nampak seperti anak laki-laki pada umumnya. Dia cerdas tetapi juga nakal. Pernah terlalu reaktif di sekolah hingga menimbulkan suatu hukuman yang diberi oleh Guru BP.

Tetapi terlepas dari  bagaimana pun ia berproses, Abang tetap menjadi sosok yang selalu dirindu. Rindu melihatnya hingga berkaca-kaca ketika ada yang memarahi Ibundanya. Rindu dengan rengekan manjanya meminta ini itu, rindu ia bercerita tentang pandangannya pada hidup yang menurutnya sulit. Ya, sedewasa apapun Abang, ia tetap adik yang selalu berkaca-kaca ketika bercerita..

Salah satu kalimat yang pernah abang katakan tentang pendamping hidup " Pilih itu Nda, suami yang gak cuma sayang sama kamu, tapi juga sama keluarga . Abang juga gitu, abang akan cari isteri yang gak cuma sayang sama abang, tapi juga sama keluarga,terutama Emak- Bapak ". Dan kalimat itu selalu diingat, selalu..

Si Bungsu,

Adik kecil yang kini tinggi badannya menguungguli ke empat kakak- kakaknya. Si Bungsu yang mempunyai kulit paling gelap, berbadan kurus dan masih manja meski sudah duduk dibangku SMA. Murid kelas 11 yang menurut gurunya berada dalam garis merah untuk para siswa, namun ketika dikonfirmasi ke Ferdi, si Bungsu dengan santai menjawab
 " Loh?, Ibu Gurunya gak tanya Ferdi kok, ya ngapain Ferdi jawab "

Kira- kira seperti itu Uni (Kakak Pertama kami ) menceritakan Tut ( panggilan sayang dari keluarga yang merupakan singkatan dari Bapak Buntut, yang sebenarnya panggilan dari keponakan ) yang mempunyai reputasi berbeda dari kakak-kakaknya lantaran di sekolah ia bukan termasuk siswa aktif pun cerdas.

Memang, adik saya yang kelahiran 02 Oktober 1997 dengan nama lengkap Ferdinan Sakti ini sangat berbeda sekali dengan kami. Ia gemar bermain dengan tetangga yang jauh lebih dewasa,sehingga menjadi salah satu faktor yang membuat ia jarang sekali belajar. Terlebiih lagi ketersediaan internet yang membuatnya lebih sibuk ber-media-sosial daripada belajar.

Emak selalu bilang " namanya juga masa transisi, yang penting selalu diingatkan dan diarahkan. InsyaAllah jadi orang yang bener dan sukses " . Amin :)  

Ya, Tut yang selalu manja ketika saya pulang. Yang tanpa malu-malu bilang " Tidur sama Yunda ya", meski terkadang tidak diperbolehkan oleh Bapak. Mengingat semua anaknya sudah dewasa.

Sedewasa apapapun mereka,kedua adik lelaki itu tetaplah adik manis yang manja dan selalu saya rindukan, seperti apapun mereka, they are my beloved brother...

Share this:

0 komentar :