Surat Refleksi
Dear Kamu,
Banyak sekali cerita yang sudah kamu
buat dalam hidup kamu. Pergantian
rasa senang dan sedih yang kadang kala cukup mengganggu kamu pun orang
sekitar mu. Konflik antara diri sendiri membuat kamu kian bingung terhadap diri
sendiri. Ya harus diakui memang, mencari dan menemukan jati diri yang tepat bukan pekerjaan yang mudah. Sebab
kesabaran dan keluasan juga kesehatan hati akan menjadi kuncinya. Belum lagi masalah kamu
dengan orang lain. Orang yang kamu kenal,berteman, merasa satu track, dekat kemudian menjalin love-hate relationship
atau sekadar kenal kemudian saling membicarakan kemudian. Hidup dengan sesama hanya
seperti itu kah? Jika tidak saling menyayangi, maka akan saling membenci. Bisa kah kita biasa-biasa saja dengan berada diantara keduanya? Anggaplah sebagai zona nyaman. Mungkin itu lebih baik, datar.
Sebab kamu selalu mengatakan bahwa hidup itu tak
mudah, sehingga jangan mempersulit diri. Karenanya rasa sakit yang berasal dari vertigo atau gastritis kronis kadang membuat kamu tidak
mampu untuk sekadar mengeluh atau mengutuk kenyataan. Kamu lebih memillih
tidur seharian, menonton komedi, melakukan perjalanan dengan angkutan kota yang melewati pinggiran
laut, atau kamu akan memilih berbincang lebih lama dengan keluarga kamu di
pulau yang entah berapa ribu kilometer dari tempat kamu saat ini. Bukankah rindu itu semakin meradang wahai nona
pemilik bahu yang tangguh?
Lalu apa kabar dengan impian-impian
mu tahun lalu? Kamu bermimpi untuk bisa kembali menjadi mahasiswi agar memiliki kesempatan menuntut ilmu sampai ke negeri
mata biru, kembali menyusuri keindahan pulau Jawa yang tak ada habisnya kekaguman kamu pada Tuhan semesta alam,kembali
menjalin hubungan baik dengan seseorang yang istimewa kemudian membangun cinta dalam
rumah tangga. Adakah diantaranya yang sudah menjadi nyata? Atau sebaliknya?
Kamu memilih untuk kembali hidup di
daerah baru seorang diri, yang di sana kamu bisa dengan bebas mengembangkan
diri, sambil memusatkan semua perhatian kamu untuk keluarga, untuk
sepasang suami isteri yang merelakan anak gadisnya jauh demi masa depan. Iya, kamu memilih untuk menyimpan kembali impian kamu ditahun lalu demi
tugas yang lebih mulia. Adakah bakti kamu untuk keluarga akan berakhir? Mungkin
tidak akan pernah sampai akhir hidup kamu.
Lalu apa kabar hati yang pintunya masih
kamu tutup rapat? Begitu takut dengan rasa sakit, kecewa, gagal dan apapun itu
namanya. Jika kamu tidak mencoba memberikan sedikit ruang untuk pintu itu
terbuka, khawatir hati kamu akan menjadi pengap. Tidak kah
kamu ingin membukanya agar cahaya dan udara segar bisa masuk kedalamnya, lagi
pula kamu buka pintu hati hanya sewaktu-waktu saja, ketika diluar memang
cerah. Namun jika hujan atau badai, jangan pernah kamu buka.
Nona yang langkanya tidak pernah
lelah, adakah kamu kecewa sebab impian mu masih harus disimpan bahkan sudah
kamu tumpuk dengan impian tahun ini yang juga harus kamu simpan? Kecewa yang
kamu miliki selalu kamu lahap sendiri, tidak kah ingin kamu bagi? Rasanya tidak
adil jika kamu hanya berbagi tentang suka cita saja. Atau mungkin kamu hanya
membaginya pada orang-orang yang kamu anggap mereka mampu menerima duka cita
kamu pada hidup? Ah kamu, jangan terlalu percaya pada mereka yang selalu ada
untuk kamu. Bisa jadi mereka tengah mempersiapkan langkah mundur dengan
teratur untuk membuat kamu kian mandiri.
Hidup memang terdiri dari banyak
rasa, impian, kenyataan, juga batas diantara keduanya. Tetapi tidak ada yang
perlu kamu khawatirkan selama kamu menjadi gadis yang selalu berusaha memperbaiki
diri, selalu belajar dan mengembangkan kemampuan dan pengetahuan. Kurangi bicara
yang mengandung unsur negatif, berusaha selalu menjadi pribadi yang berada di pihak bijak bestari,
memandang segala sesuatu dari sisi baik.
Semangat menjalani kehidupan di
tahun berikutnya, Fe! Perkuat usaha juga do'a. Tidak ada yang
baru dibawah matahari, dan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Ada rencana Allah yang indah yang selalu Dia siapkan untuk kamu. Bismillah
Best,
Your mirror
1 komentar :
Cheer up.. :)
Posting Komentar