TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for Oktober 2015
Tidak tahu sampai kapan anak-anak ini tidak mengetahui cara membuang cairan yang keluar dari lubang hidung ( hingus) mereka. Meski sudah bewarna kuning bahkan kehijauan dan menyebarkan aroma tidak sedap, tidak juga membuat mereka berusaha membersihkannya. 

" Adik, bisa buang dulu kah hingusnya sebelum periksa  " Ujar seorang perawat yang berada disamping saya dan secara kebetulan kami sama-sama melihat bocah berusia 5 tahun yang sedang menunggu antrian berobat dengan hingus yang mengalir begitu saja.

Tentu saja ini salah satu yang membuat saya sedih secara pribadi. Sebab pemandangan ini tidak hanya terjadi pada anak-anak, tetapi juga pada remaja bahkan orang dewasa. Melihat hal ini, saya sempat bertanya pada rekan sejawat yang sudah lebih dahulu bertugas di sini, apa yang menyebabkan mereka seperti itu dan tidak sembuh-sembuh? Sayangnya saya mendapatkan jawaban yang lebih menyayat hati. Banyak yang mengatakan bahwa mereka seperti itu dikarenakan mereka tidak mengetahui cara membuang hingus, ada juga yang mengatakan bahwa ketika flu mereka tidak berobat secara tuntas sehingga menjadi sering dan tidak sembuh-sembuh. 

Melihat hal tersebut menjadi sangat miris. Bahkan untuk kesehatan dasar pun masyarakat belum menikmatinya. Lantas bagaimana dengan kesehatan tambahan atau lanjutan? Terlalu canggih ketika memilih fokus pada penyakit-penyakit yang tingkat tinggi seperti kanker,meningitis,dll.  Tetapi bukan berarti penyakit tersebut tidak penting. Penting tentunya. Tetapi ini tidak hanya tentang penting atau tidak, tetapi lebih utama dari itu. Ada kelompok masyarakat yang untuk kesehatan dasar pun belum terpenuhi, kok kita malah sibuk urus yang lain?apa karena jauh dari kematian?  Saya rasa, penyakit tingkat tinggi itu juga salah satu faktornya adalah kesehatan dasar yang gagal dipenuhi sehingga membuat komplikasi di masa yang akan datang. Iya ga sih? atau asumsi saya ini tidak berdasarkan data/kenyataan? Tapi apa yang saya sampaikan ini yang saya lihat dilapangan. 

Ketika masyarakat berjalan ke pasar, kebun, ke tempat layanan publik tanpa menggunakan alas kaki, apa hal tersebut tidak berisiko? paling sederhana saja, mereka bisa tertusuk benda tajam yang ada di jalanan/ tempat-tempat terbuka. Apa hal itu tidak berisiko? Belum lagi ketika mereka melewati tempat yang banyak kotoran hewan. Sebut saja hewan-hewan yang memang mayoritas dimiliki oleh masyarakat pribumi. Ah, saya tidak bisa membayangkan betapa leluasanya kuman-kuman itu karib dengan masyarakat. 

Dan yang membuat saya stress karena dekat sekali dengan realita namun belum bisa berbuat banyak. Melihat anak-anak yang datang ke sekolah dengan baju yang kotor, wajah yang lusuh, aroma yang tidak sedap, lengkap dengan hingus yang mengalir begitu saja. Kuku-kuku yang panjang dan hitam, gigi-gigi berlubang dan penuh dengan warna orange-kemerahan. Ah Nak! apa kalian nyaman seperti itu? Kadang saya menjadi melankolis melihat anak-anak di sini, yang tumbuh begitu saja dan apa adanya. Lalu bagaimana dengan daya tangkap dan perkembangan daya pikir mereka? Apa kabar ?

Ingin sekali rasanya mengajarkan cara mandi yang benar kepada mereka, tetapi bagaimana caranya? Kota Jayapura saja, tidak semua tempat mendapatkan air bersih dengan mudah. Lantas bagaimana mereka bisa mandi dengan benar ketika air bersih pun tidak ada? Lalu bagaimana mereka bisa mencuci tangan dibawah air mengalir dengan menggunakan sabun jika air bersih pun langka? Kemudian apakah masuk akal ketika kita berbicara perilaku hidup bersih dan sehat, sementara tempat tinggal mereka masih bersatu dengan hewan peliharaan, MCK tidak ada, ventilasi pun tidak nampak. 

Kadang saya berpikir semua ini akan mudah ketika ada ibu peri atau doraemon yang bisa membantu untuk mengabulkan sesuatu dalam sekejab dan tanpa usaha. Sayangnya, negeri kita bukan negeri dongeng. Kehidupan ini nyata-senyata-nyatanya. Negeri ini ada dan saya berada di dalamnya. Ah teman! apa yang bisa kita lakukan bersama? Anak-anak ini, mereka yang 10-20 tahun mendatang akan menggantikan kita. Tidakkah kita peduli pada mereka? Tidakkah kita ingin mempersiapkan mereka meneruskan kebaikan-kebaikan yang tidak seberapa ini? Tidak kah?



Demam tidak selalu disebabkan oleh infeksi viral atau bakteri pun sejenisnya. Tetapi bisa disebabkan kondisi tubuh yang tengah mengalami penurunan, bisa penurunan semangat pun daya tahan. 

Salah satu sebab dari penurunan ini adalah pola bekerja yang terlalu dinamis bahkan overloaded. Dua puluh empat jam waktu yang dimiliki, hanya beberapa jam yang digunakan untuk diri sendiri. Kadang, saya beranggapan diri saya sedang berlaku tidak adil, tetapi kadang saya menguatkan alasan bahwa kondisi ini memang demi tujuan yang baik. 

Tetapi sampainya pada titik ini, saya pun menyadari bahwa saya mungkin tidak berlaku adil dengan diri sendiri karena pada akhirnya saya membuat tubuh saya menjadi tidak sehat. Jika waktu istirahat dirasa sudah cukup, bisa jadi keseimbangan tersebut belum tercapai  karena kurangnya aktivitas fisik. Memahami bahwa dalam keseharian kita tetap membutuhkan aktivitas fisik yang sesuai. Setidaknya ada waktu yang diluangkan untuk berolahraga, untuk berkeringat.

Well, salah satu kuncinya adalah mengelola waktu dengan baik, mengelola stress dengan baik, dan mengelola suasana hati dengan tepat.

Mari sehat, produktif dan bermanfaat :)

"Saya meyakini bahwa cerita yang kita buat dalam perjalanan ini, sudah lebih dulu ditulis oleh Sang Pemilik Hidup..."

Tahun 2015, menjadi tahun kedua saya berada di Papua, tepatnya Kota Jayapura. Di tempat ini saya mengalami banyak hal yang cukup penting dalam hidup saya. Salah satunya menjadi leader dalam memimpin kantor cabang di sini. 

Kali ini, saya ingin bercerita tentang gaya kepemimpinan.

Saya seseorang yang berkarakter cukup keras. Saya seseorang yang tidak hanya mementingkan hasil, tetapi juga proses. Saya ingin, semua rekan kerja bisa melakukan pekerjaan mereka sesuai standar, sesuai dengan ekspektasi saya. Meski harus saya akui, terkadang kemampuan seseorang tidak bisa melejit begitu saja. Sehingga dibutuhkan waktu untuk belajar dan beradaptasi. Dan saya memahami itu dengan tetap mendelegasikan tugas kepada mereka, dengan tetap melakukan pemantauan dan menyediakan waktu ketika mereka membutuhkan arahan, meski kadang dalam pelaksanaanya proses ini sangat dinamis.

Proses ini menjadi sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, saya melihat salah satu karyawan yang meminta pekerjaa tambahan lantaran ia berpikir dengan waktu kerja delapan jam, ia masih memiliki banyak waktu untuk bisa mengejarkan hal lain setelah pekerjaan wajibnya. Dengan begitu, tentu saja saya dengan senang hati memberikan ia peluang untuk membantu di bidang program. 

Menjadi pemimpin memang tidak mudah, sebab pemimpin bukan sosok sempurna yang mampu memenuhi semua harapan setiap orang di sekitarnya..

Saya mengatakan itu sebab saya berulang kali melakukan kesalahan sebagai seorang pemimpin. Salah satu contoh saja, ketika sampai kepada saya sebuah pengaduan dari salah satu member yang mengatakan bahwa ia belum mendapat kartu keanggotaannya. Setelah menerima pengaduan tersebut, tanpa berusaha melakukan konfirmasi, saya langsung memberikan teguran kepada karyawan yang bersangkutan. Saya akui saya salah. Bagaimana pun, seharusnya saya tidak serta merta menerima informasi hanya dari satu pihak dan menghakimi satu pihak. Dan kini, kejadian tersebut menjadi alarm saya dalam  bersikap jika ada kejadian serupa. 

Saya memahami, bahwa proses belajar tidak akan pernah berhenti. Ketika melakukan kesalahan, yang saya pikirkan adalah bagaimana saya tidak melakukan kesalahan yang sama. Sebab menjadi sangat merugi ketika saya tidak mampu mengambil pelajaran dari kesalahan yang pernah dibuat. 

Dan menjadi seorang pemimpin tentu saja membutuhkan daya seni dan kreatifitas yang tinggi untuk mampu mengelola sumber daya yang ada. Setidaknya mengelola diri sendiri, untuk profesional dan tidak mengikutsertakan suasana hati dalam bekerja. 

Well, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Tidak ada yang tidak bisa diubah demi kebaikan bersama. Semoga kita mampu menjadi manusia yang lebih baik lagi.


" Failing to plan means planning to fail"
Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ▼  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ▼  Oktober ( 3 )
      • Tidakkah Kita?
      • Titik Balik
      • Belajar Memimpin
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ►  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes