Tidakkah Kita?

Tidak tahu sampai kapan anak-anak ini tidak mengetahui cara membuang cairan yang keluar dari lubang hidung ( hingus) mereka. Meski sudah bewarna kuning bahkan kehijauan dan menyebarkan aroma tidak sedap, tidak juga membuat mereka berusaha membersihkannya. 

" Adik, bisa buang dulu kah hingusnya sebelum periksa  " Ujar seorang perawat yang berada disamping saya dan secara kebetulan kami sama-sama melihat bocah berusia 5 tahun yang sedang menunggu antrian berobat dengan hingus yang mengalir begitu saja.

Tentu saja ini salah satu yang membuat saya sedih secara pribadi. Sebab pemandangan ini tidak hanya terjadi pada anak-anak, tetapi juga pada remaja bahkan orang dewasa. Melihat hal ini, saya sempat bertanya pada rekan sejawat yang sudah lebih dahulu bertugas di sini, apa yang menyebabkan mereka seperti itu dan tidak sembuh-sembuh? Sayangnya saya mendapatkan jawaban yang lebih menyayat hati. Banyak yang mengatakan bahwa mereka seperti itu dikarenakan mereka tidak mengetahui cara membuang hingus, ada juga yang mengatakan bahwa ketika flu mereka tidak berobat secara tuntas sehingga menjadi sering dan tidak sembuh-sembuh. 

Melihat hal tersebut menjadi sangat miris. Bahkan untuk kesehatan dasar pun masyarakat belum menikmatinya. Lantas bagaimana dengan kesehatan tambahan atau lanjutan? Terlalu canggih ketika memilih fokus pada penyakit-penyakit yang tingkat tinggi seperti kanker,meningitis,dll.  Tetapi bukan berarti penyakit tersebut tidak penting. Penting tentunya. Tetapi ini tidak hanya tentang penting atau tidak, tetapi lebih utama dari itu. Ada kelompok masyarakat yang untuk kesehatan dasar pun belum terpenuhi, kok kita malah sibuk urus yang lain?apa karena jauh dari kematian?  Saya rasa, penyakit tingkat tinggi itu juga salah satu faktornya adalah kesehatan dasar yang gagal dipenuhi sehingga membuat komplikasi di masa yang akan datang. Iya ga sih? atau asumsi saya ini tidak berdasarkan data/kenyataan? Tapi apa yang saya sampaikan ini yang saya lihat dilapangan. 

Ketika masyarakat berjalan ke pasar, kebun, ke tempat layanan publik tanpa menggunakan alas kaki, apa hal tersebut tidak berisiko? paling sederhana saja, mereka bisa tertusuk benda tajam yang ada di jalanan/ tempat-tempat terbuka. Apa hal itu tidak berisiko? Belum lagi ketika mereka melewati tempat yang banyak kotoran hewan. Sebut saja hewan-hewan yang memang mayoritas dimiliki oleh masyarakat pribumi. Ah, saya tidak bisa membayangkan betapa leluasanya kuman-kuman itu karib dengan masyarakat. 

Dan yang membuat saya stress karena dekat sekali dengan realita namun belum bisa berbuat banyak. Melihat anak-anak yang datang ke sekolah dengan baju yang kotor, wajah yang lusuh, aroma yang tidak sedap, lengkap dengan hingus yang mengalir begitu saja. Kuku-kuku yang panjang dan hitam, gigi-gigi berlubang dan penuh dengan warna orange-kemerahan. Ah Nak! apa kalian nyaman seperti itu? Kadang saya menjadi melankolis melihat anak-anak di sini, yang tumbuh begitu saja dan apa adanya. Lalu bagaimana dengan daya tangkap dan perkembangan daya pikir mereka? Apa kabar ?

Ingin sekali rasanya mengajarkan cara mandi yang benar kepada mereka, tetapi bagaimana caranya? Kota Jayapura saja, tidak semua tempat mendapatkan air bersih dengan mudah. Lantas bagaimana mereka bisa mandi dengan benar ketika air bersih pun tidak ada? Lalu bagaimana mereka bisa mencuci tangan dibawah air mengalir dengan menggunakan sabun jika air bersih pun langka? Kemudian apakah masuk akal ketika kita berbicara perilaku hidup bersih dan sehat, sementara tempat tinggal mereka masih bersatu dengan hewan peliharaan, MCK tidak ada, ventilasi pun tidak nampak. 

Kadang saya berpikir semua ini akan mudah ketika ada ibu peri atau doraemon yang bisa membantu untuk mengabulkan sesuatu dalam sekejab dan tanpa usaha. Sayangnya, negeri kita bukan negeri dongeng. Kehidupan ini nyata-senyata-nyatanya. Negeri ini ada dan saya berada di dalamnya. Ah teman! apa yang bisa kita lakukan bersama? Anak-anak ini, mereka yang 10-20 tahun mendatang akan menggantikan kita. Tidakkah kita peduli pada mereka? Tidakkah kita ingin mempersiapkan mereka meneruskan kebaikan-kebaikan yang tidak seberapa ini? Tidak kah?



Share this:

0 komentar :