Karena Perubahan Itu Keniscayaan

Bergantinya siang menjadi malam, malam menjadi pagi, muda menjadi tua, sehat menjadi sakit lalu sehat kembali, hujan lalu terik, dan aneka pergantian yang lain.Dalam keseharian hidup kita semua begitu dinamis, berubah dan menyesuaikan. Dan konon, seperti itulah kita harus hidup. Sebab yang statis hanyalah benda mati. 

Hari ini saya tiba-tiba ingin menuliskan tentang perubahan. Perubahan tentang apapun. Baik tradisi, kebiasaan, bahkan sampai prinsip dalam hidup. Mengapa demikian? Karena nyatanya semua berubah. Banyak hal yang mungkin kemarin masih berlaku, masih sesuai namun hari ini tidak lagi dapat digunakan. Perubahan karena ilmu pengetahuan berkembang, karena teknologi semakin canggih, karena nilai-nilai semakin mengikuti sang tuan. 

Apa yang terjadi ketika semua berubah? Bisa jadi kekacauan yang ada muncul. Sebab perubahan tanpa dibarengi dengan penyesuaikan akan menimbulkan gesekan atau celah di mana hal yang baik ataupun buruk bisa mengisinya tergantung dengan apa yang paling berpengaruh di sekitarnya. 

Bayangkan saja itu terjadi pada diri kita sendiri. Coba ingat-ingat apa saja yang pernah berubah di dalam diri atau hidup kita. Contoh di dalam hidup saya, saya pernah mengalami perubahan dalam berpakaian. Selama 17 tahun saya berpakaian yang tidak menutup aurat. Dan sejak saya melanjutkan pendidikan di bangku kuliah, saya bertekad untuk menggunakannya. Perubahan terjadi juga bisa berlandaskan pada nilai-nilai itu sendiri. Saya mengubah apa yang saya pakai setelah saya mengetahui nilai-nilai yang saya yakini benar dan membawa kebaikan untuk saya. Saat itu, karena memang diri saya menginginkan perubahan maka penyesuaian dan penerimaan jauh lebih baik. 

Lalu bagaimana jika perubahan itu tidak berdasarkan keinginan dan kesiapan diri? Nah, kondisi ini tentu berbeda dengan pengalaman saya di atas. Kondisi ini seperti perubahan yang saya alami saat saya harus melanjutkan sekolah di bidang kesehatan sementara saya minat saya lebih besar di dunia sastra. Perubahan tersebut lantas membuat saya uring-uringan bahkan tidak giat dalam belajar. Sebab dalam kondisi terpaksa atau dipaksa, sewajarnya tubuh ia butuh ruang untuk mengolal rasa menolak atau tidak terima atas perubahan itu sendiri. 

Atau contoh lain seperti perubahan cuaca yang cukup signifikan akhir-akhir ini. Dari cuaca yang panas terik lalu hujan deras atau selang seling keduanya membuat angka penyakit ISPA atau Mialgia meningkat. Bahaya? Tidak juga, sebab bisa jadi kenaikan itu tidak dibarengi dengan kesiapan tubuh kita dalam melewati perubahan. Toh tidak semua orang sakit kan? Tetapi apa semua yang bereaksi terhadap perubahan hanya mereka yang tidak siap dan enggan akan perubahan? Tidak juga. 

Semua kembali pada diri masing-masing bagaimana menyikapi banyak hal yang terjadi dalam hidup. Sebab sampai kapanpun perubahan akan terjadi di waktu yang mungkin kita tidak pernah menyadari. Sebab waktu masih menjadi bagian dari misteri yang tidak perlu kita pikirkan, sebab itu di luar kuasa kita sebagai manusia yang tidak lebih dari apa-apa. Tetapi tentunya kita tidak boleh lupa atau pura-pura lupa. Apapun yang berubah, kita tetap harus berpijak pada nilai yang sama, nilai yang benar dan datangnya dari ahlinya. Jika masalah kesehatan, maka kita harus berpijak pada ilmu kesehatan. Jika perubahan pada nila-nilai kehidupan, kita harus tetap berpijak pada nila-nilai yang kita yakini. Sehingga meski berubah jamannya, kita tidak akan kehilangan pijakan hidup kita.

Berbicara perubahan tidak jauh berbeda saat kita berbicara tentang ketidakpastian. Keduanya seperti memiliki keterkaitan. Karena tidak ada yang pasti di dunia ini maka perubahan itu terjadi. Dan kita hanya perlu kesiapan dari diri untuk keduanya, untuk hal yang tidak pasti dan untuk perubahan. Jika itu membuat hidup dan diri kita menjadi lebih baik, kenapa tidak?

Semangat untuk terus hidup dan bahagia!

Share this:

0 komentar :