Saat depresi dan Anxiety Kumat

Tidak mudah bagi siapapun yang pernah mengalami depresi untuk bercerita tentang pengalaman yang demi tuhan sungguh menyiksa. Depresi seolah memiliki wajah tersendiri bagi khalayak. Takut dianggap tidak waras atau gila menjadi salah satu momok yang membuat kami memilih menutupinya. Meski tidak selamanya hal tersebut bisa ditutupi. 

Di dunia kesehatan, depresi menjadi salah satu hal yang semakin hari semakin banyak dipelajari. Sebab semakin banyak yang mulai menyadari bahwa dirinya membutuhkan pertolongan secara medis. Saya kutip dari sebuah tulisan ilmiah yang menyatakan bahwa depresi adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan dan dangkal sebagai akibat dari pengaruh peristiwa yang tidak diharapkan, dimana manifestasi gejalanya dapat bersifat ringan hingga tingkat yang terberat (Rosenbaum,2000). Definisi ini hanya satu dari sekian banyak teori yang mencoba menjelaskan tentang depresi. 

Setidaknya, dari satu definisi yang saya ambil sudah cukup menggambarkan bagaimana hal ini terjadi. Sebab saya merasakan sendiri bagaimana kepala saya tidak mampu berdamai dengan bagian diri saya yang lain. Di tahun 2013, sahabat-sahabat saya menduga saya bipolar. Namun mereka tidak menyampaikan hal tersebut kepada saya. Hingga akhirnya keadaan saya semakin tidak membaik bahkan semakin parah di tahun 2015-2016. 

Menyadari hal tersebut, saya berkonsultasi dengan sahabat saya yang kebetulan seorang dokter dan sarjana psikologi terkait kondisi saya, keadaan saya. Hingga akhirnya saya menemui psikolog untuk meminta bantuan. What should I do? I just don't know how to deal with myself!

Malam itu, 90% saya mampu menjelaskan dengan baik dan tidak ada yang saya sembunyikan. Baik perjalanan hidup saya dan mulai kapan gejala ini ada. Saya sempat menduga-duga, apakah benar saya bipolar? mengingat mood swings saya terkadang cukup ekstrim. Sayangnya gelaja yang saya miliki tidak cukup untuk didiagnosa bipolar. Lalu saya coba mengikuti tes NPD itu singkatan dari narcistic personality disorder juga tidak memenuhi syarat tanda dan gejalanya. Karena begitu takut, saya seolah-olah mencoba mendiagnosa diri sendiri. Begitulah tekat saya ingin lebih sehat secara utuh. 

Apa yang salah dengan diri saya? 

Selain mood yang sangat fluktuatif, saya sering merasa worthless,meaningless, gak punya siapa-siapa, takut tidak diterima, takut akan kegagalan, takut ini dan itu. Ketakutan sampai-sampai membuat saya benar-benar tidak ingin melakukan apa-apa. Bahkan ketika sedang kumat saya bisa menangis lebih dari tiga jam, mengutuk diri sendiri, menyalahkan atas apa yang terjadi, menyalahkan diri sendiri setelah berbicara tidak baik atau setelah melakukan hal-hal yang tidak baik, dan merasa diri dijauhi atau dibenci oleh orang lain. 

Setelah saya pelajari lebih lanjut, sepertinya saya tidak hanya mengalami depresi, tetapi juga anxiety. Anxiety bukan hal baru di dunia kesehatan mental. Dalam bahasa, anxiety memiliki kesamaan makna dengan gangguan rasa khawatir atau kecemasan. kedua hal ini sama tidak baiknya. Apalagi jika ketika seseorang memiliki keduanya. Bagaimana rasanya? Feel so crazy!

Saya bahkan tidak benar-benar bisa menjelaskan seberapa buruk saat kondisi itu sedang berdatangan. It's like I don't want continue my live.

Saat itu, baik dokter maupun psikolog mengatakan bahwa prognosis atau keadaan saya masih baik. Tetapi sangat wajib mengelola. Saya harus menerima kenyataan, menerima diri dan berdamai dengan diri sendiri. Saya tidak boleh terlalu keras pada diri saya. Disampaikan bahwa saya harus menerima ketika saya gagal, ketika saya bersedih, ketika saya melakukan kesalahan. Sebab saya seorang manusia. Nobody is perfect in the world, so you are oke if you failed or did mistakes in your life. Don't blame yoursefl too much dan don't judge yourself.

Di tahun 2016 kondisi saya jauh lebih baik. Mood saya lebih terkontrol, emosi saya tidak lagi meledak-ledak, mungkin yang tersisa hanya perasaan worthless dan kecemasan akan banyak hal. Hingga saat ini, kondisi kesehatan mental saya semakin membaik. Hanya beberapa minggu ini saya berada di lingkungan baru. Ada beberapa gejolak yang memicu saya kumat beberapa saat. Di tempat kerja saya sudah 2 kali memunculkan perubahan mood yang signifikan. Selain berkaitan dengan proses adaptasi dan banyak hal yang tidak sesuai. Saya mulai memblame diri saya sendiri karena semakin rentan dan payah dalam beradaptasi. Dan kecemasan-kecemasan mulai memunculkan diri. 

Saat menulis ini, kedua mata saya masih bengkak. Setelah weekend kemarin saya menangis hanya karena permasalahan kecil. Tetapi bisa menjadi besar saat saya sedang kumat. Kumat di sini berarti di mana emosi saya sedang sangat tidak baik. 

Dari perjalanan saya akan semua ini, saya mendapatkan satu hal penting yang bisa membantu menghilangkan depresi dan anxiety ini. Selain penguatan dari nilai-nilai rohani, saya setuju jika kami memiliki support system. Sebab saat saya kumat dan berusaha mencari pendengar dan ada yang mendukung saya, secara langsung keduanya mengurangi kemungkinan buruk terjadi. 

Seorang teman mengatakan kepada saya bahwa saya tidak sendiri, saya seseorang yang kuat, saya menjadi perempuan terkuat ketiga bagi dia, dan kalimat-kalimat pendukung lainnya. Meski terdengar begitu menghibur, saya benar-benar terbantu. Suara tangis saya yang begitu terisak mulai ringan, mulai kembali percaya diri dan mulai membaik. Terlebih lagi saat saya kumat, saya selalu menghubungi seorang teman dokter yang concern pada kesehatan mental. Ia selalu meluangkan waktu itu mendengarkan. 

Saya teramat menyadari bahwa saya membutuhkan orang lain. Dan melihat kondisi seperti ini, saya mampu merasakan bagaimana orang lain di luar sana struggling dari kondisi yang sama atau bahkan lebih sulit dari apa yang saya alami. 

Ketika membaca artikel atau tulisan serupa dari mereka yang mengalami depresi atau anxiety, saya tidak bisa berhenti menangis. Sebab saya merasakan apa yang mereka rasakan. Sebab banyak sekali di luar sana yang mengalami hal serupa, banyak sekali. 

Pesan saya untuk siapapun kamu, jangan pernah melihat kami berbeda. Depresi atau gangguan emosi lainnya bukan hal yang luar biasa. Ini sama saja ketika kita mengalami gangguan pencernaan atau pernafasan, atau gangguan tidur, gangguan penglihatan dan lain-lain. Mohon untuk tidak melebih-lebihkan kondisi ini. Kami sama seperti kamu, kita semua bisa sakit, dan kita semua bisa sehat. Jika pilihan terbaik adalah saling mendukung, mengapa kita memilih pilihan yang lain? 

Sering-seringlah menanyakan kabar orang di sekitar kamu. Kita tidak pernah tahu bagaimana kondisi seseorang yang sebenarnya. Karena kepedulian sangat mampu menjadi salah satu obat dari masalah kesehatan. Let's talk, mari tetap hidup dan sehat!

Share this:

0 komentar :