Tinggal

Menulis tentang hari di dalam sepotong buku harian yang sudah tidak lagi baru. Jika mengurai ikatan, maka aku akan menemukan banyak jejak kenangan di sana. Memahami semakin hari dengan bertambahnya waktu makan semakin bertambah pula rasa sepi. Sebuah rasa yang datang tanpa harus melihat siapa yang ia datangi, tak peduli apapun, ia datang begitu saja. 

Berada di kota ini sesungguhnya menjadi jalan keluar untuk bisa merasakan keramaian yang sebenarnya, sebab tidak pernah benar-benar sepi. Anak-anak selalu memiliki waktu untuk membersamai, terkadang ada beberapa ibu-ibu yang singgah untuk sekadar mengecek keberadaan anak-anak mereka atau sekadar berbincang bersamaku. 

Bagiku, ini sepotong pil pereda rasa sakit yang sama sekali tidak pahit, aku begitu menikmati hari-hari di sini.

Membiarkan diri melebur di dalam kehidupan yang sederhana membuatku merasa lebih sehat dan waras. Tekanan tidak terasa, hampir tidak terasa tepatnya. Tidak ada lingkungan yang mengharuskanku untuk selalu tampil sempurna, tidak juga membuatku harus tersudut secara kasat mata, kehidupan di sini benar-benar seperti air yang mengalir begitu saja, sesederhana itu. 

Menyelesaikan hari selalu penuh rasa bahagia, hingga tidak terasa waktu berlalu secepat ini. Turut menyaksikan anak-anak di sini tumbuh dengan cara mereka, menikmati setiap interaksi yang biasa, andai saja bisa diceritakan satu per satu, mungkin manisnya akan menyebar hingga ke angkasa raya. 

Jika ada yang mengataka bahwa obat dari hati yang sedang sakit adalah silaturahmi atau bertemu orang lain, maka bagiku ada benarnya juga. Hati yang kemarin menjadi rapuh dan terluka kini pulih perlahan. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang ingatan sulit untuk dicegah kembali datang. But it's nothing.

 ***

Suatu sore aku mengajak beberapa remaja untuk menemani mengelili kampung di atas bukit. Meski kabut mulai mengisi udara dan membuat sekitar menjadi membeku, tetapi bersama mereka tawaku bisa membuncah, mereka kerap mengolok-olok aku yang malu-malu jika ditanya beberapa pertanyaan mereka, salah satunya adalah  lelaki seperti apa yang bisa membuatku jatuh cinta? Tentu, mereka tidak ada yang mengetahui bahwa beberapa bulan yang lalu hidupku nyaris berakhir hanya karena seorang laki-laki. Tetapi memang tidak perlu mereka tahu, sebab aku tidak ingin membawa cerita pahit itu ke dalam kehidupanku saat ini. Biarlah ia menjadi cerita yang tidak perlu diceritakan atau sekadar dibahasakan. 
Tidak lama menapaki jalan, kami sudah disugukan dengan barisan garis warna warni di sebelah barat, pelangi yang sangat indah dan kian indah ketika dilengkapi dengan semburat jingga dan awan yang berpola begitu cantik. Kadang, air mata megalir begitu saja, haru mengingat betapa Tuhan mencintai kita semua, Tuhan menciptakan keindahan dan keajaiban yang luar biasa. Dan di saat yang sama, Tuhan menunjukan bahwa hidupku masih tetap indah meski sebagian luka masih mengaga. 


Share this:

0 komentar :