TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home All post

Jendela, aku pernah menjadi penggemar setianya. Duduk dengan penuh harap tanpa melepaskan pandangan ke luar. Menanti sosok penuh senyum di luar sana. Iya, aku pernah..

Menjadi sebuah batas antara harapan dan kenyataan. Ada seseorang yang tengah menanti kebahagiaan yang dibawa dari luar jendela. Dengan hati yang bercampur cemas juga doa-doa yang masih berupaya.

Sebab, melalui jendela aku bisa melihat langit biru bergaris putih meski hanya dari jarak sepenggal batas. Melalui jendela aku bisa melihat kumpulan rintik air yang menjadi hujan deras tanpa membuat aku menjadi kuyup. Melalui jendela aku bisa merasakan kebahagian meski hanya sepotong bagian. Sebab melalui jendela, aku tidak perlu berjalan terlalu jauh dan melukai langkahku. Meski aku tahu, dengan berada di balik jendela, ada hati yang meradang hanya untuk menunggu.




I want to go back to real life. 
Then let the ego and ambition that blends with the actual one. 
I miss the warmth of family. I don't want to freeze alone in a strange place. 
I want to go home and build my dream actually live up to. 
Building a family with big dreams in it. 
Yes, I want to go home



Realizing that this journey must end, precisely delayed until there is someone who comes prepared to accompany the next journey. Because I need.

 
Mengapa kekosongan ini serupa dengan bayang? selalu ada dan mengikuti..


Ram, kamu tahu bahwa aku terlampau sering melalui hari seorang diri. Hanya ada khayalan dan harapan tentang gemuruh tawa ataupun sekadar pesan singkat dari banyak orang.

Apa ada yang salah dengan pengaturan diri ini, Ram? Rasanya aku bingung. Seperti biasa. Meski mengetahui apa yang harus aku lakukan, aku masih saja berpura-pura bertanya padamu, tentang ini itu. Apakah aku begitu membutuhkan jawaban dari mu? yang mungkin sudah bisa aku reka bahwa kamu akan menjawab seperti biasa.

'Sendiri' seolah karib sekali dengan 'sepi'. Padahal sebenarnya mereka tidak ingin disatukan. Sebab diantara keduanya selalu ada ruang yang begitu luas namun tidak ada apa-apa, tidak ada kehidupan. Dan aku merasa, aku berada disana. Atau jangan-jangan, ruang itu yang berada di dalam diri ku?

Adakah cara membuatnya terisi? tanpa hingar bingar yang mengaduk hati. 

Ram, perasaan seperti ini tidak baik untuk dipelihara,bukan? maka bantu aku untuk memangkasnya.
Ram, bagaimana kabar kamu? rasanya aku sudah lama sekali tidak berbagi cerita dengan mu. Di sini, pesta rakyat sedang berlangsung. Terlalu bingar dan penuh polemik. Aku bahkan turut dalam polemik itu,meski tidak secara langsung. Inikah rasanya demokrasi itu,Ram? 

Rupanya sudah lama juga aku tidak menulis. Waktu begitu sempit saat ini. Pekerjaan baru cukup menguras pikiran dan waktu yang ku miliki, hingga akhirnya aku tidak sempat memikirkan kamu, seperti dahulu.

Apakah kamu disana masih bersembunyi? Atau sedang mempersiapkan pertemuan dengan aku? oh tidak! jangan katakan jika kamu tengah merencanakan kencan buta dengan gadis disana? ah,sudah. Aku tidak ingin menanam prasangka buruk pada mu. Aku akan merajut rasa percaya saja, setuju?

Akhir-akhir ini, sujud ku semakin lama,Ram. Begitu banyak yang harus aku sampaikan kepada Dia.Malu rasanya menahan sujud hanya karena banyak pinta. Sebenarnya bisa saja aku menyampaikannya ketika mengangkat kedua tangan, tetapi akan berbeda rasa saat menyampaikannya dalam sujud. Aku merasa lebih dekat, lebih tenang dan damai. Dia pasti benar-benar mendengarkan aku,Ram. Aku tahu itu.

Aku berpikir tentang kamu pagi ini,Ram. Sebab dalam sujud aku selalu menitipkan pesan untuk kamu padaNya. Aku hanya sedang memikirkan,apakah kamu memiliki rencana yang sama? ah, aku seperti orang yang terlalu khawatir ya? Bisa jadi. Karena aku sudah sampaikan tentang rencana besar untuk kita. Meski aku masih malu dan takut untuk menyampaikan, tetapi untuk apa? bukankah Dia maha mengetahui segala yang ada dihati kita? hati aku, dan tentunya juga kamu.

Kamu menyukai sebuah perjalanan juga,kan? aku khawatir sekali jika kamu adalah anak rumahan yang hanya keluar untuk bekerja dan beribadah. Aduh, semoga tidak ya. Semoga kamu juga gemar merencanakan perjalanan. Atau, jika memang kamu anak rumahan, semoga nanti kamu berkenan menemani semua rencana perjalanan yang aku susun. Kita akan menikmati debur ombak, melihat hamparan laut biru, merasakan butiran pasir putih yang begitu halus, bermain dengan ribuan anak-anak kepiting. Tentu saja kita akan menikmati permukaan kaldera , aroma belerang yang tajam, mendaki tebing-tebing curam dan rapuh, bertatap langsung dengan lautan bintang dalam dingin malam, menemui sunrise ditemani hangat sinarnya mentari. Tidak luput dari daftar, kita akan mengunjungi satu per satu bangunan penuh sejarah tentang bangsa kita, menyentuh lukisan penuh guratan makna yang luar biasa, memahami cerita dan pertunjukan drama, puisi dan karya lainya. Ah,Ram. Begitu menyenangkan bukan rencana perjalanan kita, nanti? Jangan menjawab dulu, karena masih banyak rencana perjalanan lain yang masih aku simpan sendiri, termasuk perjalanan syahdu menuju baitullah. Aku ingin, perjalanan kesana adalah perjalanan terlengkap kita.

Tetapi semua itu akan terangkum dalam satu perjalanan yang hakiki,Ram. Yakni Perjalanan Hidup Kita,bukan lagi perjalanan hidup aku saja, atau kamu saja, tetapi KITA. Jadi aku belum bisa menyusunnya karena tidak bisa dilakukan sendiri. 

Ram, dimana pun kamu..

Kita harus percaya bahwa kelak ada cara istimewa yang akan membuat kamu berada disini. Entah dengan sebuah pertemuan yang di sengaja pun tidak. Kamu harus menyiapkan diri untuk hal tersebut, karena bisa jadi aku bukan seseorang yang kamu idam-idamkan. Sebab aku bukan putri dengan kekayaan tanpa batas, tidak juga berparas seperti bidadari, dan agama ku pun dalam upaya diperbaiki. Aku hanya seorang gadis yang biasa-biasa aja, dari keluarga yang juga biasa- biasa saja. Tetapi aku memiliki perjalanan hidup yang istimewa, kamu pasti tidak akan bosan jika aku menceriterakannya. Aku juga gadis pemimpi loh, karena aku memiliki banyak sekali impian. Kamu pasti akan takjub mendengarnya. hehehe, ah, Ram. Aku jadi tertawa sendiri. Tapi aku waras kok:D

Meski begitu, aku sangat bersyukur atas diri ini terlebih lagi ketika kamu nanti datang untuk menggenapkan separuh agama kita, Subhanallah. Tidakkah pertemuan kita dihadapan Allah berjanji akan menjalani kehidupan untuk mendapatkan ridhanya adalah sebuah pertemuan yang luar biasa? Iya. Pertemuan yang (mungkin) kita nantikan.

Ram, jaga diri baik- baik ya disana. Apapun yang terjadi dengan masa lalu kamu, masa lalu aku, biarlah kita simpan di kedalaman yang tidak terjangkau. Karena yang terpenting saat ini adalah kamu memperbaiki diri pun aku, untuk satu masa depan yang mengagumkan.


Sebab yang kita butuhkan bukan seseorang yang membicarakan masa lalu, melainkan masa depan.




 
Assalamualaikum wr wb,

Semoga Bapak dan keluarga kita selalu dalam dekap hangat Allah ..
 
Pak, meski kita sering sekali bertukar kabar melalui telephone, tapi aku sangat paham bahwa rasa khawatir Bapak tidak pernah turun kadarnya.Bisa jadi Bapak selalu khawatir memikirkan anak gadisnya yang selalu hijrah mengeliling rencananya.

Sudah berapa puluh tahun Bapak selalu melakukan hal serupa? Duduk seolah bersantai di ruang tamu sambil menegak segelas kopi Lampung, namun segenap pikirannya melayang memikirkan puterinya yang memilih menjalani hidup jauh dari induknya. Maafkan aku yang terlampau sering membuat khawatir dengan segala tingkah pola,Pak..

Hari ini, 11 Mei 2014 Bapak genap berusia 51 tahun. Meski mungkin itu bisa jadi bukan tanggal kelahiran Bapak yang sebenarnya, aku mengetahuinya hanya dari tanggal yang tertera di KTP Bapak.Seperti itulah kebanyak orang dahulu, tidak mengetahui kapan tepatnya ia dilahirkan.

51 tahun? Menurut Bapak bagaimana hidup kita,Pak? Begitu ringan seperti yang Bapak selalu katakan, hidup kita patut di syukuri, begitu? Sudah 24 tahun aku hidup sebagai anak mu, mungkin hanya satu dua kali aku mendengar Bapak mengeluh. Bukan mengeluh tepatnya, hanya mengakui keadaan yang sebenarnya.

Saat itu aku paham sekali, Bapak sudah tidak mampu menyimpannya sendiri kala itu. Saat saat seperti itu, ada energi yang luar biasa yang aku serap dari mu,Pak. Energi untuk bertahan dalam keadaan terburuk sekalipun.

Pernah terbesit, aku ingin keluarga kita begitu islami seperti beberapa keluarga rekanan. Tetapi setelah aku tengok lebih jauh, aku sudah sangat bersyukur,Pak. Mendengar lantunan ayat Allah yang Bapak lantunkan ketika sholat sudah cukup membuat aku bersyukur. Mengingat begitu sabar Bapak dalam menjalani hari, menghadapi masalah sepelik apapun. Meski kadang kesabaran itu berakhir dengan nyeri yang menyerang dada kiri mu. Aku datang menahan airmata berusaha mengajak mu ke dokter, dan Bapak akan seperti biasa mengatakan bahwa Bapak baik-baik saja. 

Pak, ingat anak mu adalah seorang tenaga kesehatan yang begitu paham apa yang sedang terjadi pada mu kala itu? Jika sudah begitu, Bapak hanya akan meminta Emak membawakan sebotol air hangat untuk mengurangi rasa nyeri disana. Bapak bahkan mengabaikan serangan jantung supaya isi rumahnya tidak khawatir. Dan aku hanya bisa berdiam diri di kamar sambil tetap medengarkan suara mu menahan nyeri.

Aku begitu menikmati saat dimana Bapak bisa tertawa dengan lepas ketika keluarga kita berkumpul lengkap. Hanya bermodal lelucon-lelucon lucu namun sudah mampu membuat Bapak begitu nampak bahagia. Terlebih lagi ketika kita makan bersama. Aku selalu menahan haru,kita bisa menikmati makanan yang lezat dan bergizi di meja yang sama. Ah ya, begitu sederhana kebahagiaan untuk kita,Pak.

Pak, kadang aku tidak tahu apa yang harus aku ucapkan, harus aku balas untuk semua yang pernah Bapak lakukan dan berikan. Semua begitu luar biasa tak hingga. Belumlah aku mampu membahagiakan mu dengan membangunkan mu  istana megah seperti kebanyakan orang dikampung kita. Pun aku belum bisa  membelikan mobil mewah seperti yang dimiliki sanak saudara kita. Apalagi memberikan kejutan dengan tiket naik haji bersama Mamak. Aku memang belum bisa memberikan ketiga hal itu, tetapi aku berjanji,Pak. Aku akan menjadi yang terbaik sebagai puteri mu, aku akan berusaha memberikan yang terbaik untuk Bapak, Emak dan keluarga kita.

Selamat menjalani kehidupan di hari tua yang akan aku usahakan Bapak dan Mamak bisa menikmatinya. Selamat merajut hubungan yang lebih mulia dengan Allah. Selamat milad, Pak. Barakallahu fi umrik,semoga Allah senantiasa memberikan keberkahannya untuk Bapak dan keluarga kita.

Terimakasih untuk semuanya,Pak. Dan mohon maaf untuk segala,You are the best one in my life.


Dari puteri mu yang selalu mencari jalan untuk pulang

Langganan: Komentar ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Tentang Kematian
    Tulisan ini dibuat bukan karena stress melewati masa pandemi ini ya. Tetapi memang, kematian sudah biasa menjadi isu yang datang dan pergi d...
  • Hal Tersulit
    Orang bilang hal tersulit di dalam hidup adalah memaafkan. Bisa jadi tidak semua sepakat tentang itu. Tetapi kali ini saya bagian dari yang ...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2022 ( 1 )
    • ▼  September ( 1 )
      • Filterisasi Hidup
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ►  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes