TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home All post
Saya sebenarnya tidak mengingat kapan tepatnya tulisan pertama saya buat sebagai seseorang yang bercita-cita menjadi penulis. Memori masa remaja semakin samar. Hanya saja saya masih mampu mengingat aktivitas menulis kian saya gemari ketika saya duduk dibangku sekolah menengah pertama dan menengah atas. 

Meski saya menyadari bahwa tulisan-tulisan saya pada saat itu hanya sebatas rangkain puisi dan karangan semacam cerita pendek. Tetapi saya meyakini di kemudian hari bahwa melalui tulisan-tulisan sederhana itulah pada saat saya menjadi mahasiswa saya semakin menggilai hobi saya yang satu ini. Menulis dan membaca menjadi dua hal yang tidak pernah lepas dari kehidupan saya. 

Dan melalui kedua hobi tersebut, saya mendapatkan banyak hal. Selain pelatihan menulis, jurnalis, saya juga bisa berteman dengan banyak penulis yang karya-karyanya begitu saya kagumi. Saya mengikuti banyak lomba menulis hingga mengikuti ajakan penulis-penulis lain untuk berkolaborasi. Bagi saya, hobi ini sangat membantu saya untuk terus mengembangkan diri dan ide-ide yang saya miliki. 

Melalui blog yang sederhana ini, sejak tahun 2010 saya menggunakannya untuk menulis tentang apapun yang ingin saya tulis. Baik terkait cerita perjalanan, monolog, maupun tulisan-tulisan bermakna samar, apapun yang ingin saya tulis, maka saya menulisnya di sini. Saya tidak pernah khawatir tidak ada yang membaca, sebab bagi saya dengan saya terus menulis sudah lebih dari cukup. Saya bisa menarasikan apa-apa yang mungkin tidak mampu saya ucapkan. 

Kelelahan, kejenuhan dan perasaan yang kadang tidak terasa baik, saya bisa menuangkannya melalui tulisan. Usai kemudian saya bisa merasa lebih lega, lebih baik. Maka, semakin saya memahami bahwa menulis bisa menjadi healer bagi saya, kemudian saya menjaganya agar tetap bisa dipertahankan dan menemani keseharian saya.

Maka menulislah!
Seperti kenikmatan saat menghabiskan bait-bait puisi. Duduk di tepian pantai yang tidak lagi ramai. Angin menemani sesekali. Ia memecah warna di permukaan langit tanpa kurang makna. Kuning keemasan seolah menjadi warna yang digemari. Begitu juga dengan gradasi hijau tosca dan mega merah dengan warnanya yang khas. Sesekali awan dengan warna kelabu tua mengitari senja. Ia nampak begitu sunyi meski ramai. 

Kini, banyak yang begitu setia menantinya. Duduk di tempat yang berbeda, berharap bisa menemuinya dalam beragam rupa. Senja masih menjadi kecintaan bagi banyak orang. Seakan mereka memiliki kesamaan. 

Di nanti kehadirannya, ketika sudah bertemu hanya mampu saling melihat

Dan dalam senja, ada seseorang yang duduk di balik jendela, seolah tengah berusaha menggerus rindu yang tak tersampaikan. Rindu yang tidak berhasil diabaikan. Maka tidak ada cara lain selain menitipkannya pada senja. Seakan senja mampu menjadi perantara yang tepat baginya. 

Pada senja di ujung hari, ada banyak hati yang berusaha berbicara namun tak tersampaikan. Ada banyak kata yang sudah dirangkai tetapi tidak mampu diutarakan. Ada banyak makna-makna dari setiap peristiwa yang dapat dikenang bersama senja. 

Begitulah cara banyak dari mereka menikmati senja. Setiap hari dinanti hanya untuk berbicara. Setiap sore ditunggu hanya untuk saling membisu. 

Pada senja di ujung hari, sampaikan rindu ini pada ia yang dinanti.
Dan ya, bisa jadi saya akan semakin rajin menulis. Kenapa? Karena saat ini saya sedang berusaha menemukan copying stres terbaik yang bisa saya lakukan. Karena saya paham, stres bukan hal baik yang boleh disimpan apalagi jika terlalu lama. Kalau mau simpan sesuatu itu lebih baik yang berharga seperti emas atau harta karun. Jangan pula yang disimpan itu stres, masalah, kebohongan apalagi selingkuhan :p

Lanjutin topik deh ya!

Pertanyaan pertama " Kenapa kamu stres?" umm, ralat! " kenapa kamu sering stres?". Jawabannya adalah karena saya belum bisa berdamai dengan diri sendiri baik untuk hal yang sepele apalagi hal yang vital atau fundamental. Duh ngomong apa sih saya? :'D

Saya sempat tanya tentang apa sih definisi "berdamai dengan diri sendiri"? Jadi ya, artinya tuh belajar buat terima keadaan, terima kondisi, terima respon, terima apapun yang ada, apapun yang terjadi, intinya belajar buat nerima segala sesuatunya. Gak semua hal harus diprotes, gak semua hal bisa sesuai dengan apa yang ada dipikiran atau harapan kamu. Yes, absolutely can not!

Lalu masalahnya ada di mana? Di sana, dibagian tubuh kita paling atas, yang ditutupi dengan batok dan rambut, iya itu kepala namanya! karena kebanyakan pemicu terbanyak berasal dari sana, belum lagi didukung dengan ketidaksepahaman dengan hati. Duh, si hati emang kadang bikin rese yes! Maka terjadilah pertengkaran di sana, antara sesama isi kepala maupun isi kepala dengan isi hati. 

'Perang' terjadi secara terus menerus, entah apa yang diperebutkan, alhasil si pemilik badan akan sering lelah dengan sendirinya. Dengan kondisi yang seharusnya bisa ia kelola. Dengan kondisi seperti ini, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari jalan keluar agar 'perang' tersebut dapat dihentikan. 

Pertanyaan selanjutnya ''Apakah kamu sudah menemukannya?", jawabannya belum. Saya terus berusaha untuk rileks, untuk menemukan jalan keluar tetapi tetap saja, hampir setiap hari ada saja hal yang menjadi pemicu si stres kembali menyapa. Meski mungkin hanya hal-hal yang ringan, namun mampu membuat kepala tiba-tiba menjadi berat dan tidak berdaya. Jika situasi sudah seperti ini, maka dampak yang paling terasa dan mudah terlihat adalah perubahan ekspresi atau mood saya. Lalu apa yang saya lakukan dalam situasi itu? Saya biasanya melakukan hal-hal yang membuat saya lebih tenang, dengan mendengarkan musik klasik, atau menulis seperti ini, atau sekadar wisata foto di akun instagram saya dan yang paling sering saya lakukan adalah kerja!

Bagaimana jika hal tersebut tidak berhasil membuat saya lebih rileks? Biasanya saya akan berdiam diri, lalu menunggu jam pulang kantor, berjalan menuju rumah kost dan tidur lebih cepat. Dengan begitu energi saya tidak akan terbuang sia-sia hanya karena hal ini!

Pertanyaan terakhir, apakah stres itu kata lain dari gila atau gangguan jiwa? Ah come on buddies, semoga tidak ada yang berpikiran seperti itu ya. Stres belum memenuhi syarat untuk disimpulkan seperti itu. Stres itu hanya respon tubuh yang kadang berlebihan dan tidak sesuai dengan arus, semacam ada penolakan atau penentangan terhadap kenyataan. Namun jika tidak dikelola dengan baik, maka bisa mengganggu jiwa seseorang lebih dalam lagi.

Lalu apa mungkin orang yang stres bisa gila atau gangguan jiwa? Nah, seperti yang saya sampaikan sebelumnya, stres ini harus dikelola, harus ditangani, harus ada tempat untuk menyalurkannya. Dengan begitu ia tidak akan menjadi sumber penyakit untuk jiwa seseorang. Meski tidak semua orang serta merta mampu menemukan copying stresnya, tetapi setiap kita pasti akan berproses untuk bisa menemukannya. Susah ya? Susah mana dengan menemukan jodoh? Haha!

Meski demikian, semoga kita yang saat ini tengah berusaha menemukan penyalur stres bisa segera menemukannya ya. Yuk terus hidup sehat dan bahagia!

Akhir-akhir ini semakin merasa membutuhkan ruang lebih untuk diri sendiri. Sekedar untuk leyeh-leyeh, makan apapun yang sedang diidamkan, nyanyi randomly, atau melakukan banyak hal yang remeh temeh. 

Hal tersebut bisa jadi merupakan salah satu wujud dari kejenuhan yang sedang melanda. Jenuh? seberapa sering? Lumayan sering, jawaban saya. 

Kenapa kita kerap bertemu dengan kejenuhan ketika lelah itu tiba? Nah, saya sedang mencoba untuk menguraikan. Setidaknya ini penting untuk menjaga mood saya. Lelah di sini tidak hanya sekadar lelah fisik saja, tetapi juga lelah pikiran. Untuk manusia tipe seperti saya, yang overthinks, kelelahan tidak hanya menyerang fisik, tetapi juga pikiran. Itulah kenapa saya rajin menulis dan amat menyukai diskusi. Sebab isi kepala saya tidak bisa terus menerus atau kelamaan ditandem di kepala. 

Lalu bagaimana cara saya untuk mengatasi kejenuhan ini? Biasanya saya melakukan hal-hal yang sedikit 'aneh' bagi orang lain seperti beberapa hal dibawah ini. 


1. Wisata kuliner 
Melupakan program diet yang memang gak pernah berjalan sesuai rencana. Ups! Biasanya saya akan iseng keluar rumah, nyari makanan sampe keliling-keliling kota, nyobain satu per satu yang saya temui dan yang bikin saya ngiler. Alhasil saya akan bahagia dan kekenyangan. Hahaha 

2. Ngukur Jalan alias jalan-jalan tanpa tujuan
Duh pingin ketawa kalau inget hal yang satu ini. Kenapa? Karena saya bisa aja nyetir seharian keliling kota tanpa arah yang jelas. Di jalan biasanya saya sekalian hunting foto atau bikin video, lumayan buat stock! Macam blogger/vlogger pada umumnya gitu deh. Tapi jangan salah, meski nampaknya cuma buang-buang bahan bakar, kebiasaan yang satu ini beneran bisa ngilangin kejenuhan saya loh!

3. Ngendep di kamar
Nah, yang satu ini agak parah nih. Biasanya kalau sudah begini, tandanya saya harus pulang ke rumah atau harus long vacation. Karena kalau udah begini, weekend saya hanya akan dipenuhi dengan makanan ringan penuh racun(Serem banget ya, gaes? Haha) goleran di depan laptop siang sampe malem ngabisin stock films atau malah nonton films streaming. Makan pagi-malem akan delivery dan gak mandi sampe dua hari! eh seharian aja sih, malem biasanya mandi. Haha Plis yang satu ini jangan dicontoh, gak sehat banget kan gaes.

4. Olahraga
Sumfah, ini bukan pencitraan. Saya memang suka banget goyang-goyang, maksud saya zumba atau aerobik gitu. Saya juga kesem-sem banget sama yoga. Dulu saya juga suka lari, tapi semenjak kenyataan gak happy kayak harapan, saya berhenti lari di lapangan dan pindah lari di kenyataan. Loh! Kadang, seharian saya bisa tiga kali sehari olahraga. Sangking pingin ngilangin jenuh lalu merasa happy!

5. Baca Buku atau Jurnal
Pernah ada yang nanya ke saya, kok lagi jenuh malah baca buku atau jurnal? Nah di sini sedep dan nikmatnya, gaes. Kalau lagi jenuh lalu baca buku atau jurnal itu bisa bikin semangat atau merinding-merinding gitu pas ketemu kata-kata bagus atau pengetahuan yang kece. jadi nambah gitu semangatnya. Sok banget ye? Haha

Jadi, kalau lagi jenuh, saya mah gak selalu harus travelling atau hiking atau treckking. Cari hal-hal yang lebih santai juga bisa. Termasuk telponan sama orang rumah atau videocall dengan ponakan. Memang sih setiap orang pasti punya cara yang berbeda. Dan ini salah lima cara saya dalam mengatasi kejenuhan tingkat ringan-sedang. Etdah, ada tingkatnya segala! 

Jenuhnya jangan dikumpulin ya,gaes! Yuk hidup sehat dan bahagia. 
Perjalanan beberapa pekan ini memang belum berakhir ditulis. Setelah cerita perjalanan sebelunya, maka kali ini saya akan bercerita tentang bagaimana saya menikmati Pulau Rote dengan waktu yang sangat amat terbatas dan dana yang terbatas juga.

Bermodal nekat dan beberapa nomor handphone yang diberikan oleh rekan di kantor Cabang, saya memutuskan untuk mengexplore Rote. Saya membeli tiket pesawat dengan harga yang sangat murah. Dan bisa jadi karena murah maka pada saat keberangkatan saya ditinggal. Ya, pengalaman pertama ditinggal pesawat. Dan akhirnya saya memilih untuk naik kapal dikarenakan penerbangan hanya satu kali per hari.

Setelah membeli tiket kapal, saya menunggu di pelabuhan sekitar 1 jam. Perjalanan Kupang_rote di tempuh tidak terlalu lama. Hanya sekitar 2-3 jam tergantung kondisi pada hari itu.

Perjalanan melalui jalur laut tidak begitu menyulitkan. Hanya saja, waktu saja terpotong begitu saja. Apalagi ketika sampai di pelabuhan saya masih harus menunggu host saya selama di Rote. Ia seorang relawan di kantor Cabang NTT. Kak Aci namanya, saya harus menunggu Kak Aci yang masih menyelesaikan beberapa urusan pribadinya. Karena saya sudah cukup merepotkan dengan “menumpang dan menjadikannya guide” tentu saja waktu tunggu yang cukup lama harus saya bawa seriang mungkin. Menjadi manusia yang tahu diri dan bersikap tentu tidak mudah, tetapi semoga pada saat itu saya cukup berhasil menjaga sikap ya Kak Achi? :D

Setelah Kak Achi siap membawa saya berjalan-jalan, kami menyempatkan untuk mengisi bahan bakar motor dan bahan bakar diri kami sendiri. Siang itu petualangan di mulai sekitar pukul 14.00 WITA. Dengan terik yang luar biasa saya dan Kak Achi menembus setiap kilometer yang ada di hadapan kami. Tujuan kami adalah beberapa titik wisata di Rote Selatan, ada 300 Tangga namanya. 

 Untuk menikmati pemandangan seindah ini, pengunjung membutuhkan sedikit usaha melewati ratus anak tangga. Seingat saya, lebih dari 400 anak tangga meski objek wisata ini sudah diberi nama Bukit Mando'o atau lebih terkenal sebagai Tangga 300 Mando'o di Kecamatan Lobalain, Rote Ndao, NTT.

Usai mengurai tenaga demi Bukit Mando'o, perjalanan selanjutnya menuju Pantai. Dan tidak lupa menikmati sunset di sebuah pantai dengan pemandangan yang berbeda. Jika memori saya tidak salah, maka pantai dengan pemandangan seperti itu baru saya lihat di sana. Vegetasi pohon kelapa sawit seolah menjadi pembatas antara pantai dan pemukiman warga. Lalu tepat di bibir pantai maka kita bisa melihat terdapat banyak bungalow yang kabarnya milik WNA. Nembrala nama pantai dengan keindahan yang istimewa ini. 

Kak Achi mengatakan bahwa saya cukup beruntung bisa menikmati sunset yang begitu indah dengan pantai yang begitu tenang. Dan saya rasa Kak Achi benar, saya sangat beruntung. Tidak sedikit saya mengabadikan gambar di Pantai Nembrala, seolah begitu takjub dan tidak ingin meninggalkan pemandangan yang ada.






Keesokan harinya, meski sulit untuk move on dari Pantai Nembrala, tetapi perjalanan harus terus dilanjutkan. Lalu kami  menemui sunrise di Pantai dekat rumah Kak Achi. Pantainya masih sangat bersih dan terjaga. Meski letaknya tepat di pemukiman warga namun sampah rumah tangga masih bisa dikontrol oleh masyarakat. 



Setelah puas menikmati sunrise, saya packing untuk berpindah pulau, lalu menyelesaikan destinasi terakhir di Pulau Rote. Kak Achi membawa saya ke sebuah tempat, seperti pantai selatan di pulau Jawa. Sebab di sana saya bisa menikmati jajaran pantai, saya disugukan dengan pemandangan yang tidak kalah menajubkan. Potongan laut yang nyaris sempurna bagi sepasang mata milik saya. Pantai Oesasole, yang terletak di Rote Timur. Perjalanan dari pusat kota Rote Timur menuju pantai ini pun menyugukan pemandangan yang akan membuat hasrat travellers akan meningkat. Betapa tidak, suasana desa lengkap dengan pepohonan dan terik matahari melengkapi perjalanan menuju pantai ini. Pantai ini juga dikenal dengan batu karang yang berbentuk hati. Sayangnya, kunjungan saya pada hari itu begitu singkat dan saya cukup menyesalinya. Andai saja saya bisa memiliki waktu lebih lama, tentu saya akan memanjakan diri saya ke dalam air laut yang begitu jernih bahkan lebih jernih dari kolam renang.









Dan akhirnya perjalanan saya berakhir di Pantai ini. Keindahannya yang begitu sulit untuk saya jelaskan. Jika kamu ingin merasakan sensasinya, kamu bisa langsung bertandang ke Rote. Bagi saya, jauh lebih indah dari apa yang ada digambar.

Nah, sampai ketemu di perjalanan selanjutnya! 















Langganan: Komentar ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Tentang Kematian
    Tulisan ini dibuat bukan karena stress melewati masa pandemi ini ya. Tetapi memang, kematian sudah biasa menjadi isu yang datang dan pergi d...
  • Hal Tersulit
    Orang bilang hal tersulit di dalam hidup adalah memaafkan. Bisa jadi tidak semua sepakat tentang itu. Tetapi kali ini saya bagian dari yang ...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2022 ( 1 )
    • ▼  September ( 1 )
      • Filterisasi Hidup
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ►  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes