TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for 2014


Dear Kamu, 

Banyak sekali cerita yang sudah kamu buat dalam hidup kamu. Pergantian rasa senang dan sedih yang kadang kala cukup mengganggu kamu pun orang sekitar mu. Konflik antara diri sendiri membuat kamu kian bingung terhadap diri sendiri. Ya harus diakui memang, mencari dan menemukan jati diri yang tepat bukan pekerjaan yang mudah. Sebab kesabaran dan keluasan juga kesehatan hati akan menjadi kuncinya. Belum lagi masalah kamu dengan orang lain. Orang yang kamu kenal,berteman, merasa satu track,  dekat kemudian menjalin love-hate relationship atau sekadar kenal kemudian saling membicarakan kemudian. Hidup dengan sesama hanya seperti itu kah? Jika tidak saling menyayangi, maka akan saling membenci. Bisa kah kita biasa-biasa saja dengan berada diantara keduanya? Anggaplah sebagai zona nyaman. Mungkin itu lebih baik, datar.

Sebab kamu selalu mengatakan bahwa hidup itu tak mudah, sehingga jangan mempersulit diri. Karenanya rasa sakit yang berasal dari vertigo atau gastritis kronis kadang membuat kamu tidak mampu untuk sekadar mengeluh atau mengutuk kenyataan. Kamu lebih memillih tidur seharian, menonton komedi, melakukan perjalanan dengan angkutan kota yang melewati pinggiran laut, atau kamu akan memilih berbincang lebih lama dengan keluarga kamu di pulau yang entah berapa ribu kilometer dari tempat kamu saat ini. Bukankah rindu itu semakin meradang wahai nona pemilik bahu yang tangguh?
 
Lalu apa kabar dengan impian-impian mu tahun lalu? Kamu bermimpi untuk bisa kembali menjadi mahasiswi agar memiliki kesempatan menuntut ilmu sampai ke negeri mata biru, kembali menyusuri keindahan pulau Jawa yang tak ada habisnya kekaguman kamu pada Tuhan semesta alam,kembali menjalin hubungan baik dengan seseorang yang istimewa kemudian membangun cinta dalam rumah tangga. Adakah diantaranya yang sudah menjadi nyata? Atau sebaliknya?

Kamu memilih untuk kembali hidup di daerah baru seorang diri, yang di sana kamu bisa dengan bebas mengembangkan diri, sambil memusatkan semua perhatian kamu untuk keluarga, untuk sepasang suami isteri yang merelakan anak gadisnya jauh demi masa depan. Iya, kamu memilih untuk menyimpan kembali impian kamu ditahun lalu demi tugas yang lebih mulia. Adakah bakti kamu untuk keluarga akan berakhir? Mungkin tidak akan pernah sampai akhir hidup kamu.

Lalu apa kabar hati yang pintunya masih kamu tutup rapat? Begitu takut dengan rasa sakit, kecewa, gagal dan apapun itu namanya. Jika kamu tidak mencoba memberikan sedikit ruang untuk pintu itu terbuka, khawatir hati kamu akan menjadi pengap. Tidak kah kamu ingin membukanya agar cahaya dan udara segar bisa masuk kedalamnya, lagi pula kamu buka pintu hati hanya sewaktu-waktu saja, ketika diluar memang cerah. Namun jika hujan atau badai, jangan pernah kamu buka.

Nona yang langkanya tidak pernah lelah, adakah kamu kecewa sebab impian mu masih harus disimpan bahkan sudah kamu tumpuk dengan impian tahun ini yang juga harus kamu simpan? Kecewa yang kamu miliki selalu kamu lahap sendiri, tidak kah ingin kamu bagi? Rasanya tidak adil jika kamu hanya berbagi tentang suka cita saja. Atau mungkin kamu hanya membaginya pada orang-orang yang kamu anggap mereka mampu menerima duka cita kamu pada hidup? Ah kamu, jangan terlalu percaya pada mereka yang selalu ada untuk kamu. Bisa jadi mereka tengah mempersiapkan langkah mundur dengan teratur untuk membuat kamu kian mandiri.

Hidup memang terdiri dari banyak rasa, impian, kenyataan, juga batas diantara keduanya. Tetapi tidak ada yang perlu kamu khawatirkan selama kamu menjadi gadis yang selalu berusaha memperbaiki diri, selalu belajar dan mengembangkan kemampuan dan pengetahuan. Kurangi bicara yang mengandung unsur negatif, berusaha selalu menjadi pribadi yang berada di pihak bijak bestari, memandang segala sesuatu dari sisi baik.

Semangat menjalani kehidupan di tahun berikutnya, Fe! Perkuat usaha juga do'a. Tidak ada yang baru dibawah matahari, dan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Ada rencana Allah yang indah yang selalu Dia siapkan untuk kamu. Bismillah


Best,

Your mirror

100 Surat Pelangi yang pernah saya tulis tanngan dan saya berikan kepada 100  murid di SD Ngabab 2 dalam kegiatan Kelas Inspirasi Malang

Tidak ada hal yang lebih mampu menyalakan pemantik api ditengah kencangnya badai selain semangat unuk terus mencoba menyalakannya dengan beragam cara..

Dan mungkin hal yang serupa yang tengah saya lakukan saat ini. Sebenarnya, bisa saja saya memilih untuk hidup di dalam rutinitas yang aman dan membosankan. Atau bisa saja saya memilih bekerja di dalam ruangan steriil beraroma karbon. Iya, bisa saja. Namun sayangnya, saya terlahir dan berkembang sebagai sesorang yang menyukai dunia luar, menyukai terik matahari yang meski karenanya saya pintar mengumpat.

Saya adalah anak daerah yang hoby berada di daerah orang lain. Saya senang sekali ketika saya berada di suatu tempat dan saya menemukan "satuan" anak-anak lucu, menggemaskan dan tidak bisa dipungkiri bahwa juga ada yang menjengkelkan,kadang. Tapi ya seperti itulah anak-anak,kan?

Seperti tahun lalu, saat saya mengabdi sebagai Pencerah Nusantara di sebuah desa asri nun syahdu, desa yang berada di ketinggian ribuan kaki. Tosari, Pasuruan, Jawa Timur. Selama satu tahun saya di sana, saya cukup lekat dengan adik-adik yang tinggal dilingkungan rumah dinas. 

Kebetulan, saya dan teman-teman membuat rumah baca di salah satu ruang rumah dinas kami. Ratusan buku sumbangan dari teman-teman saya di Ibukota membuat mereka begitu rajin singgah untuk membaca buku, meminjam bahkan sekadar bermain mainan edukasi yang kami sediakan.
Tumpukan buku yang dikirim dari Jakarta untuk program Gunung Pintar di Tosari
Saya merasakan sekali bahwa mereka adalah obat. Anak-anak yang aktif dan cerdas itu adalah obat. Pun bagi saya pribadi, ritme kerja selama di desa Tosari tidak mungkin membuat rasa semangat saya stabil, tentu saja ada dinamika yang bergejolak. Dan pada saat saya rindu rumah, rindu travelling, namun tidak bisa saya wujudkan, bermain dengan mereka adalah salah satu obat pelipur lara.

Saya membayangkan, mengkhayal jika saja semua anak memiliki nasib yang baik seperti mereka. Memiliki orangtua yang memahami betapa pentingnya pendidikan. Jangan salah! orangtua mereka adalah petani,yang sebagian hari dihabiskan dikebun. Tetapi mereka tidak melupakan kewajiban untuk mendampingi anak-anaknya tumbuh. Bahkan para orangtua tidak jarang mengantarkan anak-anak mereka bermain dirumah dinas kami, untuk membaca, untuk belajar.

Dengan laju dan tingkat kelahiran yang tinggi di negeri kita, saya sangat memimpikan semakin banyak orang-orang yang peduli terhadap generasinya. Anak-anak jalanan bisa berkurang, bahkan kita tidak lagi menemukan anak-anak mengemis di jalan raya, tidak lagi mendengar berita anak dibawah umur mencuri, dan aneka kejahatan yang dilakukan anak dibawah umur. Karena jika tidak, maka ngeri sekali negeri ini akan dipenuhi dengan anak-anak yang jauh dari "cahaya", anak-anak yang terlahir tanpa bisa harus memilih dengan siapa mereka dilahirkan. Tetapi tentu saja mereka bisa memilih masa depan seperti apa yang mereka inginkan.

Sebabnya, saya mencoba untuk terus melaju, bertemu anak-anak di lereng gunung, di perbatasan, di laut, dimana pun mereka, senyum dan masa depan mereka adalah sebuah hal yang harus diciptakan dan diperjuangkan. Tidak hanya oleh mereka, orangtua mereka, tetapi juga oleh kita. Orang-orang dari sisi terluar namun peduli dengan impian mereka.
Salah satu generasi pribumi yang hadir ketika saya mengadakan pemeriksaan kesehatan gratis, dia tidak menangis ketika jarum menembus kulit di ruas jari manis, sebab kami sudah berteman :D

Saya selalu membuat "amanah" dari pekerjaan menjadi media saya untuk bertemu dengan mereka. Juga seperti  di Papua, saya melakukan hal yang sama. Mendekati anak-anak untuk mendapatkan tempat dihati mereka sebelum saya meluncurkan misi pekerjaan. Anak-anak yang lugu dan manis. Lagi-lagi harus saya katakan, mereka adalah obat.
Bersama anak-anak di Kampung Enggros, Kota Jayapura. Sebelum saya memberikan seminar kesehatan


 


Sudah pasti Tuhan tidak ingin melihat kita saling berebut kebenaran,sebab hanya Tuhan maha mengetahui tentang kebenaran. Bahkan mungkin Tuhan sudah muak terhadap kita yang sering berlisan dan berpola paling suci..

Dalam hidup, kita memiliki tujuan yang (mungkin) sama meski berbeda bahasa.Tentang Tuhan,dzat yang kita yakini namun berbeda dalam bahasa pun cara kita beribadah padaNya. Dia yang satu,maha segalanya. Tidak ada diantara kita yang paling benar atau paling salah. Yang ada hanya asumsi kita terhadap apa yang kita lihat dan dengar.Sayangnya, keduanya hanya tipuan dari kecanggihan manusia modern,kita terlampau pintar dalam membuat “bualan” berwujud retorik.

Kita terlahir sebagai saudara sebangsa, terlepas dari apa agama yang kamu bawa saat hadir dimuka bumi. Menjalani hidup sebagai warga negara Indonesia yang baik tentu saja tidak akan pernah luput dari nilai yang selalu kita teriakan setiap Senin, saat upacara yakni Pancasila.

Kelima bulir pancasila yang wajib kita ketahui dan amalkan ; Ketuhanan yang maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, keadilan bagi seluruh rakyat indonesia. Dalam kelima bulir tersebut, sudah jelas bahwa kita harus saling menghormati meski kita berbeda keyakinan, berbeda suku dan sebagainya. Sebab, apapun perbedaan yang terdapat didalam diri kita,kembali pada bulir yang ketiga, Persatuan Indonesia. Di sana, kita bisa memahami dan membangun kedamaian di dalam keberagaman. Karena sekali lagi, kebenaran hanya ada pada Tuhan adalah harga mati.

Membaca karya Ahmad Wahib membuat saya teringat akan banyak pemikiran yang pernah ada dibenak saya. Tentang aneka protes terhadap peristiwa yang berkaitan dengan keragaman di negeri ini. Jujur saja, saya salah satu orang yang sangat mengecam perbuatan siapapun dia yang mengganggu orang lain untuk beribadah. Miris jika mendengar kabar terdapat rumah ibadah yang dirusak, dilempar bom, dan sebagainya oleh pihak yang mengaku sebagai pejuang Islam. Islam yang mana? Sedangkal pengetahuan saya, Allah SWT tidak pernah memerintahkan umatnya untuk bersikap seperti itu. Bahkan Nabi Muhammad SAW selalu bersikap baik dengan mereka yang tidak sama sekali percaya terhadap beliau,dan tetap menyebarluaskan agama Islam dengan cara yang santun. Lantas ajaran Islam yang mana yang diikuti oleh mereka-pelaku yang mengaku beragama Islam? Sikap seperti ini tentu sangat tidak baik, sebab perpecahan adalah hasil akhirnya. Kemudian saya terus belajar memahami tentang toleransi dengan benar. Toleransi yang sejak kecil ditanamkan oleh kedua orangtua juga guru di sekolah.

Saya pernah menikmati satu tahun kebersamaan dengan umat Hindu yang berada di lereng gunung Bromo. Di sana,banyak sekali tata cara hidup yang baru. Kebudayaan yang diwariskan oleh leluhur membuat masyarakat Tosari begitu kental terhadap adat istiadat. Mulai dari kehidupan sehari-hari,seperti selalu membuat sesajen untuk diletakan di pintu masuk rumah, jendela, dapur, kamar mandi bahkan tempat-tempat umum seperti jalan raya, pasar, gapura dan sebagainya. Selain itu, hampir setiap bulan saya ikut meramaikan perayaan yang ada di sana. Seperti perayaan Kasadha, darma santi, lebaran karo, dan perayaan lainnya.

Saya hanyut terbawa suasana saat di sana,begitu menikmati kebersamaan saat bersama warga menuju punden ( pura kecil ) sekadar meletakkan sesajen, atau menyaksikan tarian bali dan sembahyang di pura. Saya juga menikmati lantunan darma santi anak-anak remaja yang kebetulan letak pura mereka berada tepat di belakang rumah dinas saya. Saya menikmati segala perbedaan ini, sangat. Memilik banyak saudara non biologis dengan segala perbedaan membuat saya lebih banyak belajar tentang hidup, tentang ketidaksamaan ini. Dan Saya semakin memahami tentang toleransi dan bagaimana merawatnya supaya ia lestari.

Dan kini, saya berada satu rumah dengan keluarga Christiani, keluarga yang begitu hangat, saling menjaga, saling menghormati.

Saat saya melalui bulan Ramadhan dan Syawal di tanah Papua, saya cukup berkecil hati karena sudah pasti saya akan melewatinya seorang diri tanpa sanak keluarga. Namun ternyata, saya keliru. Keluarga ini membuat saya lebih menikmati Ramadhan di sini. Hampir setiap hari,Ibu kost selalu membuatkan makanan  atau minuman pembuka puasa  untuk saya. Bahkan kami kerap bertukar masakan. Memang, harus saya akui bahwa saya yang memulainya. Ketika saya memasak, saya selalu membuat porsi lebih sebab saya ingin berbagi dengan mereka. Meski bisa jadi cita rasa masakan saya berbeda . Dan kebiasaan yang saya tanam akhirnya berbuah manis. Saat ini hubungan kami layaknya seperti keluarga sendiri.

Dan semakin membuat saya terharu ketika lebaran tiba.Tidak ada tradisi yang saya lakukan seperti saat saya bersama keluarga.Tidak ada rendang, opor, ketupat, kue lebaran dan serba serbi lebaran lainnya. Saya hanya di kamar persegi lengkap dengan laptop, air putih kemasan. Rekan kerja pun sudah di kampung mereka. Saat saya sedang menikmati lebaran seorang diri, putri sulung Ibu kost mengetuk pintu kamar saya dan meminta ikut turun ke ruang keluarga mereka.Ternyata, di sana sudah tertata manis dalam mangkuk besar ,ada opor ayam, ketupatk, es buah, sayur nangka dan keluarga Ibu kost tentunya. Dengan menahan haru, saya mendengarkan Bapak kost memimpin doa, beliau meminta izin pada saya untuk memimpin doa sesuai kepercayaan mereka sekaligus mempersilahkan saya berdoa menurut kepercayaan saya. Dipenghujung doa, air mata saya tumpah begitu saja. Ibu dan adik-adik memeluk saya sambil mengucapkan “ minal aidin mohon maaf lahir dan batin. Terimakasih sudah datang ke rumah kami, ke Papua dengan niat yang mulia “.   

Subhanallah, Alhamdulilah, tiada henti saya mengucap syukur pada Maha Kuasa atas anugerah ini, hati yang luas, pikiran yang jernih dan toleransi yang selaras. Hidup berdampingan dengan perbedaan itu manis dan tolerasi begitu sederhana, bukan?

Keindahan dari keragaman tidak bisa kita rasakan jika kita tidak mencoba membuka sedikit ruang untuk mereka. Selama toleransi itu tidak melebihi batas, maka dengan merawatnya kita bisa memiliki keharmonisan.Saya, begitu menyayangi keberagamaan di muka bumi ini. Bheninka Tunggal Ika,salah satu semboyan yang menjadi bagian dari prinsip hidup, selalu saya coba letakkan dalam setiap langkah dan lisan saya. Sebab sudut pandang yang keliru membuat perbedaan itu semacam “musuh” yang harus dimusnahkan. Padahal ia bisa menjadi “teman” yang asyik diajak jalan bersama,bergandengan,semakin membuat kita mensykuri kehidupan ini.

Tuhan yang saya yakini,tidak pernah memerintahkan saya untuk menanam kebencian, mengukir luka, memasang jarak dengan mereka yang memiliki kepercayaan lain. Sebab dakwah terbaik adalah dengan teladan. Dan bahasa terindah dalam perbedaan adalah kebaikan. Lakum Diinukum waliyadiin

Setiap orang tentu saja memiliki keyakinan terhadap segala sesuatu yang dinilai dengan hati nurani-kenyamanan, sebab hanya di hati nurani kebenaran bersarang.


 



Untuk Kawan,generasi selanjutnya..

Surat ini saya buat ketika bulan Agustus,di mana musim kemarau sudah mulai menyapa bumi kita. Dalam surat ini saya akan memanggil kalian dengan sebutan,kawan. Meski mungkin nanti kita jauh berbeda generasi, tidak mengapa, saya memang senang sekali jika dianggap sebaya ( muda ) ^_^
 
Saat ini, di jaman saya, air bersih yang kami ketahui adalah air yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mengandung zat-zat yang membahayakan kesehatan. Karena itu, menjadi salah satu kesulitan kami pada masa sekarang adalah mencari air bersih, khususnya di daerah yang padat pabrik atau daerah-daerah pegunungan yang semakin tandus ulah penebangan liar pun pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Ini salah satu kesulitan kami, kawan. Semoga bukan menjadi kesulitan kalian juga nanti.


Kawan, saya ingin bercerita sedikit tentang salah satu pulau terbesar di negeri kita, Papua. Kini, saya tengah menginjakan kaki di bumi cenderawasih ini. Suhu di sini memang lebih panas jika dibandingkan dengan pulau Jawa pun kampung halaman saya Sumatera,tetapi alhamdulilah di sini meski musim kemarau, hujan sering datang tiba-tiba. 

Seperti di Papua, khusunya kota Jayapura dan sekitarnya. Menjadi salah satu wilayah pegunungan yang berbatasan langsung dengan lautan membuat daerah ini semakin kesulitan air bersih. Kawasan Cycloop (jika kalian nanti memeiliki kesempatan untuk datang ke Papua maka singgahlah ke gunung Cycloop. Dari sini kalian bisa menikmati hamparan keindahan)  Kawasan gunung Cycloop sebagai sumber mata air dan dilindungi sebagai cagar alam kini nampak semakin tandus karena banyak penebangan liar yang sebelumnya pernah dilakukan, semakin parah dengan kabar bahwa penanaman yang dilakukan kembali belum berhasil (1). Sehingga membuat pemerintah mulai mencari sumber air yang lain untuk tetap membantu masyarakat mendapatkan air bersih. Seperti yang saya katakan sebelumnya, seperti itulah hidup kita yang kurang seimbang dengan alam. Di dunia ini terlalu banyak orang yang ingin hidup, tepatnya menghidupi diri sendiri. Mereka mencari uang dengan menebang pohon-pohon yang ada di hutan, membakar hutan kemudian menjadikan lahan perkebunan,dan sebagainya. Mungkin mereka belum memahami bahwa perbuatan mereka akan berakibat juga terhadap debit air di muka bumi. Bisa jadi mereka tidak sejauh itu memahaminya. Ini yang saya dapat rasakan dari peduduk yang berada di pegunungan di Papua, mereka tidak bisa mendapatkan air, jangankan air bersih untuk dikonsumsi, air untuk sekadar cuci kaki pun tidak ada. Alhasil, mereka mendapatkan air jika hujan turun kemudian ditampung di dalam drum-drum bekas, atau jika hujan tidak turun, maka mereka akan membeli air dari kampung di bawah. Saya bisa merasakan kesulitan mereka dalam mendapatkan air. Bagaimana kemudian mereka bisa sehat seperti kita?




Semoga generasi kalian adalah generasi yang menyukai perjalanan seperti kami saat ini. Karena di dalam surat saya ini akan menceritakan kawasan yang tidak hanya indah, tetapi juga bermanfaat sekali bagi masyarakat di Papua. Kali ini tentang Salah satu danau yang ada di Papua adalah Danau Sentani. Selain memberikan pemandangan yang indah karena dikelilingi oleh perbukitan, danau ini rencananya akan menjadi salah satu alternatif untuk masyarakat Jayapura dalam mendapatkan air bersih (2). 

Di danau ini, cukup banyak warga yang membangun rumah di tepinya. Hidup dengan menggunakan air danau tanpa penyulingan terlebih dahulu. Bisa jadi, mereka belum memahami bahaya mengonsumsi air danau tanpa penyulingan atau bisa jadi mereka sudah tidak lagi memperdulikan efek samping dengan alasan bertahun-tahun mereka mengandalkan air danau Sentani namun tidak ada efek samping yang membahayakan kesehatan mereka . Bisa jadi alam sudah memahami kesulitan mereka dalam hidup sehingga mereka teramat bersahabat.

Saat ini, atau mungkin sebenarnya sudah sejak dahulu. Kami sudah melihat ada masalah dalam mendapatkan air bersih. Sebaiknya, selain mencari sumber mata air yang lain, pemerintah juga harus memperhatikan kondisi alam dan sumber mata air sebelumnya untuk bisa lebih dijaga dari perbuatan merugikan misalnya, penebangan liar, pengerukan lahan dikawasan mata air, terlebih lagi semakin meningkatnya produksi sampah yang sulit diuraikan sehingga membuat bumi kita semakin dipenuhi oleh sampah. Karena jika tidak, saya khawatir akan nasib kalian nanti. Apakah kalian masih bisa merasakan nikmatnya air bersih dari bumi pertiwi? Saya tidak bisa membayangkan kalau kalian nanti harus mendapatkan air bersih dari negara-negara lainnya. Semoga saja tidak sampai separah itu.

Bisa jadi rasa khawatir saya berlebihan, saya harus optimis bahwa generasi masa depan akan lebih mampu mengatasi masalah ini. Mungkin kami bisa membantu kalian dengan beberapa cara untuk menghemat air bersih saat ini. Menghemat? Iya, menggunakan air bersih dengan sebaik-baiknya dan menjaga mata air dengan sunguh-sungguh serta tidak melupakan menjaga lingkungan.

Selain itu, kami mungkin bisa membantu kalian dengan cara menjaga lingkungan kami saat ini. Karena saat ini semakin banyak dari kami yang tidak cukup peduli dengan lingkungan. Misalnya saja membuang sampah, tangan-tangan kami sudah terbiasa melempar sampah dari dalam kendaraan ke jalan raya,padahal di dalam kendaraan ada tempat sampah yang sudah disediakan. Tangan- tangan kami sudah terbiasa membuang sampah ke selokan, ke aliran air,padahal banyak tempat sampah yang sudah disiapkan. Tangan-tangan kami tidak terbiasa memungut sampah di sekitar kami. Sebab kami pikir itu kotor sekali. Tanpa kami menyadari bahwa yang membuat sampah-sampah itu adalah diri kami sendiri. Begitulah generasi kami,Kawan.

Bicara tentang apa yang bisa kami lakukan untuk kalian, selain menjaga lingkungan, apalagi yang bisa kami bantu untuk menjaga bumi ini agar kelak kalian masih bisa menikmatinya ya? Rasanya saya sudah kehabisan ide. Sebentar, saya coba berpikir dahulu.Oh iya, saya ingat. Di kantor pun di rumah, saya terbiasa menggunakan air kemasan. Karena air keran di sini tidak bisa dikonsumsi karena banyak mengandung zat kapur, tetapi tetap saya gunakan untuk mencuci, mandi, dan sebagainya. Ngomong-ngomong tentang air putih kemasan, saat ini saya mencoba memanfaatkan botol kemasan itu untuk menjadi aksesoris. Tetapi belum sejauh itu saya buat, saya baru mendesign bentuk-bentuknya. Apakah itu membantu kalian ya, kawan? Semoga saja. Saya coba mengikuti teman-teman di luar negeri, mereka kreatif sekali mengolah sampah-sampah yang bisa didaur ulang. Dan saya berharap masyarakat kita juga mau mencoba hal yang sama. Dan kalian juga harus tetap mau mengolah sampah-sampah yang bisa didaur ulang ya! Anak muda itu harus kreatif, jangan sampai kita biarkan bumi kita yang indah ini kekeringan dan dipenuhi dengan sampah-sampah dari generasi pertama hingga generasi akhir . 
 
Ah, rasanya menitipkan pesan tentang air seperti menitipkan satu nafas kehidupan pada kalian. Karena kita harus menyadari bahwa kita tidak boleh hidup sesuka hati tanpa memperdulikan alam. Sebab kita manusia sudah terbiasa mengambil semua darinya, tanpa menyadari bahwa mungkin kita tidak pernah memberikan apa-apa pada alam. Kita tidak menjaga hubungan yang selaras dengan mereka. Tidak aneh rasanya jika kini banjir terjadi di mana –mana,pemanasan global, laut semakin dangkal, gunung semakin gundul, sebab penduduk semakin padat, pembangunan semakin meluas, setiap orang hampir memiliki kendaraan, setiap orang hampir memiliki handphone, setiap orang menghasilkan sampah, membuangnya, membiarkan menumpuk di dalam selokan, membangun istana di dataran tinggi. Namun sayangnya, tidak setiap orang mau menjaga irigasi air supaya bebas dari sampah, tidak semua orang mau menjaga hutan dari penebangan liar dan pembakaran, tidak semua orang mau menanam pohon, tidak semua orang memahami bahwa kekeringan mengancam hidup kita, bahkan tidak semua orang menyadari bahwa bencana sudah mulai menampakan wajahnya di kehidupan kita secara perlahan. Kita hanya mampu menyalahkan orang lain, menyalahkan pemerintah, tanpa menengok ke diri sendiri bahwa kita sudah menyumbangkan diri pada masalah-masalah tersebut.

Kawan, 

Untuk kalian nanti, belajarlah dari generasi terdahulu. Jadilah generasi yang mengubah “kebiasaan” yang tidak baik dari kami. Jaga bumi ini seperti kita menjaga diri sendiri. Jika kita haus, bumi juga harus. Ketika kita merasa kekeringan, bumi juga merasakan hal yang sama. Sebab, yang kita pijak ini tidak jauh berbeda dengan saat kita berada di dalam kandungan. Jika air ketuban semakin sedikit, bisa kita bayangkan pertumbuhan bayi yang ada di dalamnya akan terhambat, kekurangan gizi, cacat bahkan menemui kematian. Ini tentu saja bukan hal yang kita inginkan.

Mari bersama kita jaga air bumi, air laut, bahkan air mata. Kita selamatkan bumi dan seisinya dengan kita mengubah perilaku dan gaya hidup kita. Selaras dengan bumi, dengan alam, sehingga keseimbangan itu bisa kita rasakan. Kawan, kalian adalah generasi yang besar, hebat dan luar biasa. Maka gunakan kebesaran, kehebatan dan keluarbiasaan itu untuk menjaga apa yang kita miliki. Tanah, air, hutan, gunung, bumi seisinya, semua adalah satu kesatuan dengan diri kita, jika kita menjaga mereka itu artinya kita juga menjaga diri sendiri. Sebab sebagian besar tubuh kita adalah air.

Sekian.

Sumber :
(1) http://bintangpapua.com/index.php/2012-12-03-03-14-02/2013-01-02-06-12-35/item/14447-kawasan-cycloop-sebagai-sumber-mata-air
(2) http://kotajayapura.blogspot.com/2011/11/pdam-usulkan-danau-sentani-jadi-sumber.html
Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ▼  2014 ( 21 )
    • ▼  Desember ( 1 )
      • Surat Refleksi
    • ►  September ( 1 )
      • Mereka Adalah Obat
    • ►  Agustus ( 4 )
      • Wujud Pembaharuan Bernama Toleransi
      • Air adalah Kita
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ►  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes