TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for Juli 2014


Tahun ini memang begitu berbeda, teramat kontras. Begitu banyak hadiah-hadiah kecil dari Allah untuk mewarnai hari hari dalam tahun 2014 ini. Tidak terkecuali pada bulan Juli. Menikmati bulan istimewa, Ramadhan yang dipenuhi oleh pahala dan anugerah berlimpah ruwah, kemudian menyambut satu syawal juga masih berada di tempat ini. Kebahagiaan itu diciptakan, bukan diberi. Dan aku mulai belajar melakukannya..

Masih tentang hujan di akhir Juli,
Sedangkal pemahaman aku, seharusnya Juli sudah memasuki bulan dengan terik matahari yang biasanya membuat khalayak mengeluh tiada henti. Tetapi kali ini menjadi berbeda. Cuaca seolah menjelma rasa seperti kamu atau kamu yang seperti cuaca? begitu cepat berubah tanpa ada tanda-tanda atau sekadar peringatan sebelumnya. Jika saat ini matahari tengah memaksimalkan sinarnya kemudian  per sekian  detik hujan turun sesukanya. Dengan begitu, aku semakin memahami bahwasanya di dunia ini memang tidak satu pun hal menjadi pasti. 

Perubahan,  sudah menjadi komoditi terlaris di mana pun oleh siapapun. Termasuk kamu. Mungkin sudah waktunya menanggalkan rasa percaya pada kepastian, sebab ia tak ayal seperti air tenang yang kemudian bergejolak tiba-tiba.

Dan hujan di akhir Juli,
Membuat aku percaya bahwa tidak ada yang pernah bisa menahan lajunya perubahan, pun tidak aku. Semakin meneguhkan keyakinan bahwa tidak satu pun dari kita mampu mendapatkan sesuatu jika ada keraguan barang sebesar debu. Hujan di bulan ini, pada hari ini membuat aku menyadari bahwa kita memerlukan "sesuatu" dari luar untuk membantu agar bisa mengembalikan akal sehat bahwa sebenarnya hidup itu bukan sekadar tentang persoalan hati, bukan!

Dan hujan di akhir Juli membuat aku memahami bahwa kamu memang bukan di sini seharusnya, tetapi bisa jadi di tempat lain yang memang menjadi tempat mu. Bisa jadi.

Selamat menikmati hujan di akhir Juli, bisa jadi Agustus akan memberikan kamu sesuatu yang berbeda. Bisa jadi kamu menyukainya, atau sebaliknya. Terima saja, seperti biasa kamu menerima apapun yang terjadi dalam hidup kamu.



Jendela, aku pernah menjadi penggemar setianya. Duduk dengan penuh harap tanpa melepaskan pandangan ke luar. Menanti sosok penuh senyum di luar sana. Iya, aku pernah..

Menjadi sebuah batas antara harapan dan kenyataan. Ada seseorang yang tengah menanti kebahagiaan yang dibawa dari luar jendela. Dengan hati yang bercampur cemas juga doa-doa yang masih berupaya.

Sebab, melalui jendela aku bisa melihat langit biru bergaris putih meski hanya dari jarak sepenggal batas. Melalui jendela aku bisa melihat kumpulan rintik air yang menjadi hujan deras tanpa membuat aku menjadi kuyup. Melalui jendela aku bisa merasakan kebahagian meski hanya sepotong bagian. Sebab melalui jendela, aku tidak perlu berjalan terlalu jauh dan melukai langkahku. Meski aku tahu, dengan berada di balik jendela, ada hati yang meradang hanya untuk menunggu.




I want to go back to real life. 
Then let the ego and ambition that blends with the actual one. 
I miss the warmth of family. I don't want to freeze alone in a strange place. 
I want to go home and build my dream actually live up to. 
Building a family with big dreams in it. 
Yes, I want to go home



Realizing that this journey must end, precisely delayed until there is someone who comes prepared to accompany the next journey. Because I need.

 
Mengapa kekosongan ini serupa dengan bayang? selalu ada dan mengikuti..


Ram, kamu tahu bahwa aku terlampau sering melalui hari seorang diri. Hanya ada khayalan dan harapan tentang gemuruh tawa ataupun sekadar pesan singkat dari banyak orang.

Apa ada yang salah dengan pengaturan diri ini, Ram? Rasanya aku bingung. Seperti biasa. Meski mengetahui apa yang harus aku lakukan, aku masih saja berpura-pura bertanya padamu, tentang ini itu. Apakah aku begitu membutuhkan jawaban dari mu? yang mungkin sudah bisa aku reka bahwa kamu akan menjawab seperti biasa.

'Sendiri' seolah karib sekali dengan 'sepi'. Padahal sebenarnya mereka tidak ingin disatukan. Sebab diantara keduanya selalu ada ruang yang begitu luas namun tidak ada apa-apa, tidak ada kehidupan. Dan aku merasa, aku berada disana. Atau jangan-jangan, ruang itu yang berada di dalam diri ku?

Adakah cara membuatnya terisi? tanpa hingar bingar yang mengaduk hati. 

Ram, perasaan seperti ini tidak baik untuk dipelihara,bukan? maka bantu aku untuk memangkasnya.
Ram, bagaimana kabar kamu? rasanya aku sudah lama sekali tidak berbagi cerita dengan mu. Di sini, pesta rakyat sedang berlangsung. Terlalu bingar dan penuh polemik. Aku bahkan turut dalam polemik itu,meski tidak secara langsung. Inikah rasanya demokrasi itu,Ram? 

Rupanya sudah lama juga aku tidak menulis. Waktu begitu sempit saat ini. Pekerjaan baru cukup menguras pikiran dan waktu yang ku miliki, hingga akhirnya aku tidak sempat memikirkan kamu, seperti dahulu.

Apakah kamu disana masih bersembunyi? Atau sedang mempersiapkan pertemuan dengan aku? oh tidak! jangan katakan jika kamu tengah merencanakan kencan buta dengan gadis disana? ah,sudah. Aku tidak ingin menanam prasangka buruk pada mu. Aku akan merajut rasa percaya saja, setuju?

Akhir-akhir ini, sujud ku semakin lama,Ram. Begitu banyak yang harus aku sampaikan kepada Dia.Malu rasanya menahan sujud hanya karena banyak pinta. Sebenarnya bisa saja aku menyampaikannya ketika mengangkat kedua tangan, tetapi akan berbeda rasa saat menyampaikannya dalam sujud. Aku merasa lebih dekat, lebih tenang dan damai. Dia pasti benar-benar mendengarkan aku,Ram. Aku tahu itu.

Aku berpikir tentang kamu pagi ini,Ram. Sebab dalam sujud aku selalu menitipkan pesan untuk kamu padaNya. Aku hanya sedang memikirkan,apakah kamu memiliki rencana yang sama? ah, aku seperti orang yang terlalu khawatir ya? Bisa jadi. Karena aku sudah sampaikan tentang rencana besar untuk kita. Meski aku masih malu dan takut untuk menyampaikan, tetapi untuk apa? bukankah Dia maha mengetahui segala yang ada dihati kita? hati aku, dan tentunya juga kamu.

Kamu menyukai sebuah perjalanan juga,kan? aku khawatir sekali jika kamu adalah anak rumahan yang hanya keluar untuk bekerja dan beribadah. Aduh, semoga tidak ya. Semoga kamu juga gemar merencanakan perjalanan. Atau, jika memang kamu anak rumahan, semoga nanti kamu berkenan menemani semua rencana perjalanan yang aku susun. Kita akan menikmati debur ombak, melihat hamparan laut biru, merasakan butiran pasir putih yang begitu halus, bermain dengan ribuan anak-anak kepiting. Tentu saja kita akan menikmati permukaan kaldera , aroma belerang yang tajam, mendaki tebing-tebing curam dan rapuh, bertatap langsung dengan lautan bintang dalam dingin malam, menemui sunrise ditemani hangat sinarnya mentari. Tidak luput dari daftar, kita akan mengunjungi satu per satu bangunan penuh sejarah tentang bangsa kita, menyentuh lukisan penuh guratan makna yang luar biasa, memahami cerita dan pertunjukan drama, puisi dan karya lainya. Ah,Ram. Begitu menyenangkan bukan rencana perjalanan kita, nanti? Jangan menjawab dulu, karena masih banyak rencana perjalanan lain yang masih aku simpan sendiri, termasuk perjalanan syahdu menuju baitullah. Aku ingin, perjalanan kesana adalah perjalanan terlengkap kita.

Tetapi semua itu akan terangkum dalam satu perjalanan yang hakiki,Ram. Yakni Perjalanan Hidup Kita,bukan lagi perjalanan hidup aku saja, atau kamu saja, tetapi KITA. Jadi aku belum bisa menyusunnya karena tidak bisa dilakukan sendiri. 

Ram, dimana pun kamu..

Kita harus percaya bahwa kelak ada cara istimewa yang akan membuat kamu berada disini. Entah dengan sebuah pertemuan yang di sengaja pun tidak. Kamu harus menyiapkan diri untuk hal tersebut, karena bisa jadi aku bukan seseorang yang kamu idam-idamkan. Sebab aku bukan putri dengan kekayaan tanpa batas, tidak juga berparas seperti bidadari, dan agama ku pun dalam upaya diperbaiki. Aku hanya seorang gadis yang biasa-biasa aja, dari keluarga yang juga biasa- biasa saja. Tetapi aku memiliki perjalanan hidup yang istimewa, kamu pasti tidak akan bosan jika aku menceriterakannya. Aku juga gadis pemimpi loh, karena aku memiliki banyak sekali impian. Kamu pasti akan takjub mendengarnya. hehehe, ah, Ram. Aku jadi tertawa sendiri. Tapi aku waras kok:D

Meski begitu, aku sangat bersyukur atas diri ini terlebih lagi ketika kamu nanti datang untuk menggenapkan separuh agama kita, Subhanallah. Tidakkah pertemuan kita dihadapan Allah berjanji akan menjalani kehidupan untuk mendapatkan ridhanya adalah sebuah pertemuan yang luar biasa? Iya. Pertemuan yang (mungkin) kita nantikan.

Ram, jaga diri baik- baik ya disana. Apapun yang terjadi dengan masa lalu kamu, masa lalu aku, biarlah kita simpan di kedalaman yang tidak terjangkau. Karena yang terpenting saat ini adalah kamu memperbaiki diri pun aku, untuk satu masa depan yang mengagumkan.


Sebab yang kita butuhkan bukan seseorang yang membicarakan masa lalu, melainkan masa depan.

Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ▼  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ▼  Juli ( 5 )
      • Hujan di akhir Juli
      • Jendela
      • Real Life
      • Permohonan
      • Perjalanan
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ►  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes