(Tidak) Pernah Memiliki
Mendapati bahwa di dunia ini tidak ada satu pun yang kekal. Iya, termasuk kebersamaan di antara kita, antara aku dengan orang- orang yang pernah menjadi 'sandaran' di masa ketika aku memerlukan orang lain untuk berbagi cerita.
Aku ingat sekali, aku pernah menuliskan tentang mereka di sini. Tentang kebersamaan dalam menyusun rencana-rencana kecil, membahas politik, negara, apapun yang ada di benak aku- bisa jadi mereka juga. Dalam berbagi cerita yang sangat biasa dan membosankan, mungkin. Tetapi mereka selalu ada waktu, meski mungkin kadang sekadarnya. Aku memahami bahwa mereka manusia biasa yang juga memiliki cerita untuk didengar, masalah untuk diselesaikan, dan tidak memulu menyiapkan bahu mereka untuk aku, tidak melulu menyiapkan telingga untuk mendengarkan aku. Tetapi sekadar paham saja tidak cukup, karena aku selalu ingin mereka ada.
Dewasa ini, semakin berusaha untuk tidak memenangkan diri sendiri. Mereka juga memiliki kehidupan dan ingin hidup tenang sejauh ketenangan itu bisa didapat. Iya, Allah membuat semuanya lebih mudah meski diawal cerita tanpa mereka aku harus sedikit kekanakan dalam mengatur semuanya, aku terlalu biasa dituntun dan bertanya. Dan kini sudah waktunya aku lebih mandiri, jauh lebih mandiri dari diri ku sendiri.
Jelas, tidak mudah ketika aku menyadari bahwa aku sudah tidak lagi memiliki "sandaran" dan sebenarnya kata memiliki tidak sesuai dengan makna yang sebenarnya. Sebab aku tidak pernah memiliki mereka, tidak. Tetapi tidak ada pilihan. Sebab aku tidak bisa berbagi cerita dengan orang lain selain mereka. Bisa jadi aku yang terlalu menutup diri, bisa jadi. Tetapi memang aku tidak memiliki pilihan lain kecuali kini aku menyimpan semuanya sendiri, meski kepala sangat terasa begitu padat dirayapi banyak hal-terlalu dipikirkan. Lagi-lagi aku katakan, aku tidak memiliki pilihan. Ya sudah.
Dan kini aku semakin menyadari, kehilangan atau menghilangkan mereka menjadi jalan untuk aku lebih kuat. I felt it. Ada banyak kemajuan yang bisa aku lakukan dalam mengatur diri sendiri tanpa bantuan orang lain. Meski kadang aku menjadi seperti oran gila yang berbicara pada diri sendiri untuk tetap tenang, berpikir jernih, meluaskan hari, melembutkan hati, dan kalimat persuasif lainnya. Iya, kadang berbicara pada diri sendiri lebih sulit dari berbicara pada orang yang kita cintai.
Allah memang luar biasa. Menjadikan suatu kehilangan menjadi media untuk aku bisa lebih kuat. Allah memang tidak pernah salah, keliru pun apapun itu. Great! Sandaran yang tidak akan pernah hilang meski kita tinggalkan, sandaran yang tidak pernah mengeluh meski kita akan bercerita sepanjang malam. Dan yang pasti, sandaran yang bisa memberikan kita jalan keluar terbaik. Dan untuk bersandar padaNya, memang kita harus bersabar. Sebab bisa jadi interaksi kita akan terlihat satu arah, tetapi yakin! semua akan terjawab olehNya.
*Sedikit hasil renungan dari sebuah "kehilangan"
0 komentar :
Posting Komentar