TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for Mei 2018
Bagi saya yang berasal bukan dari keluarga yang begitu agamais, Zakat menjadi tidak sekarib sholat dan puasa, terlebih lagi di desa tidak banyak orang yang membincangkannya. Meski sudah hidup dan tinggal di Jakarta sejak delapan tahun yang lalu, Zakat juga belum mencuri perhatian meski ia bisa jadi sudah mulai terpapar informasi tentangnya. 

Dilansir di Wikipedia, definisi Zakat adalah harta tertentu yang harus dikeluarkan seorang muslim yang diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Dan ia merupakan rukun Islam ketiga. Siapakah golongan yang berhak menerimanya? Bagaimana menunaikan Zakat? Apa bedanya Zakat, Infaq, Sodaqoh dan Wakaf (ZISWAF)? Dan aneka pertanyaan lainnya. (Please check it through www.dompetdhuafa.org)

Sejak 2014, Allah SWT mempertemukan saya pada sebuah lembaga yang berkaitan erat dengan Zakat. Lantas hal ini menjadi awal saya mengenal dunia Zakat, dunia baru untuk saya, dunia yang menantang dan menyenangkan. Bagaimana saya melihat banyak nilai yang lahir dari gerakan ini, seolah menjadi salah satu jalan keluar daribanyak masalah umat muslim yang ada.

Mengapa demikian? bayangkan saja, terdapat golongan yang berhak menerima Zakat yaitu umat muslim yang Fakir, Miskin, Amil, Mu'allaf, Hamba sahaya, Gharimin, Fisabililah, Ibnu Sabil. Jika kita lihat 8 golongan tersebut, beberapa dari mereka merupakan sasaran kunci dari pembangunan dan program- program yang ada di negara ini. 

Bagaimana pemerintah mati-matian berusaha mengentas kemiskinan, namun kemiskinan di negara kita seolah masih menjadi betah menjadi bagian dari mereka. Saya kutip dari tirto.id " Angka kemiskinan Indonesia pada September 2017 lalu berada di level 10,12 persen dengan jumlah absolut sebesar 26,58 juta jiwa. Pada 2016, sebesar 10,70 persen atau sebesar 27,76 juta jiwa."   Itu artinya, penerima zakat di Indonesia dari golongan Fakir dan Miskin masih sangat banyak. Lalu apa yang harus dilakukan untuk membantu mengentaskan kemiskinan di muka bumi ini?

Menariknya, dewasa ini banyak pihak yang melirik dana umat yang tidak lain tidak bukan adalah Ziswaf itu sendiri. Ada banyak lembaga yang menghimpun dana Ziswaf untuk kemudian disalurkan ke 8 golongan di atas. Konon ini menjadi salah satu upaya dalam mengentas kemiskinan salah satunya. 

Dalam perjalanan saya menjadi bagian dari lembaga amil zakat yang menyalurkan dana zakat melalui banyak program, membuat saya semakin memahami makna mengentas kemiskinan dengan Ziswaf menjadi benar adanya jika dilakukan dengan cara yang tepat. Mengapa demikian? Sebab saya menjadi salah seorang yang tidak menyetujui jika ada upaya pemerintah dalam memberikan bantuan kepada masyarakat dalam bentuk uang tanpa ada pendampigan dalam penggunaanya. Hal ini menyebabkan masyarakat semakin bergantung dengan pemerintah dan semakin terpupuk jiwa 'minta-minta' atau 'tangan di bawah lebih menghasilkan daripada tangan di dalam kantung celana'. 

Direktur saya pernah menyampaikan hal yang serupa terkait dana zakat kepada Republika.co.id, " Menurutnya, potensi zakat di Indonesia sangat besar. Tercatat, pada 2010 sekitar Rp 217 trilun terus meningkat pesat di 2016 mencapai Rp 286 triliun. "Potensinya besar tapi baru 5 persen dari lembaga zakat seluruh Indonesia, jadi sangat jauh dengan realisasi," ucapnya.

Saya merinding jika membayangkan potensi Zakat yang diprediksi benar-benar bisa dicapai. Hal ini berarti kesadaran masyarakat akan rasa peduli, saling membantu, tanggungjawab sosial, sikap yang semakin baik semakin meningkat. Betapa tidak? membayar zakat tidak akan dilakukan hanya karena berlatar belakang sebagai muslim saja, sebab faktanya seperti itu. Ketika perintah-perintah Allah SWT masih menjadi bahasa-bahasa Alquran saja, belum menjadi bagian dari praktik dihari-hari umat manusia. Dan kabar baiknya adalah penghimpunan dana zakat semakin meningkat tiap tahunnya, disusul dana infaq, sedekah dan wakaf. 

Duhai rekanan, saya sengaja menuliskan hal ini karena saya merasa sebagai anak muda, saya wajib mendukung pengembangan gerakan zakat. Tidak hanya karena saya adalah seorang amil, tetapi juga karena saya paham bahwa melalui dana ini bisa membantu sesama. Perlu kita ketahui bahwa untuk bisa mengentas kemiskinan, kita perlu bekerja sama. Tidak hanya pemerintah dengan non government organization saja, tetapi juga kerjasama dari si kaya dan si miskin agar ketimpangan tidak semakin merajalela. 

Saya ingin membangun citra bagaimana kerennya profesi menjadi seorang amil, apapun latar belakang pendidikan, jika kepedulian itu ada, maka akan sangat mudah mengembangkan gerakan ini. Menstimulan anak muda agar tertarik berzakat dan berbuat baik. Menebar nilai bahwa berzakat tidak hanya sekadar membayar 2,5% dari penghasilan atau harta yang dimiliki, tetapi juga bagaimana bisa menebar kebaikan dari dana yang terhimpun melalui amanah yang diemban sebagai amil. 

Ada pertanyaan, lalu apa kabar dengan profesi mu? Ohiya saya lupa jika saya merupakan seorang bidan yang juga praktisi kesehatan, ya tidak ada masalah. Saya tetap bisa menjalankan profesi saya sebab menjadi amil begitu leluasa dalam mengembangkan diri sesuai profesi dan minat. 

Dan mengapa zakat? Sebab ia menjadi salah satu perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan oleh seorang muslim yang sudah mampu. Maka, mari mampukan diri agar bisa membantu sesama, namun jika belum mari menjadi amil agar tetap bisa membantu mereka dengan jalan yang lain. 

Mari berzakat daripada dizakati :)
Apakah hari kita sampai pada kondisi di mana isi kepala sama? Hingga banyak orang yang mengaku bahwa apa yang orang lain pikirkan sama dengan apa yang ia pikirkan? Bahkan tidak sedikit yang mengaku bahwa impiannya sama dengan orang lain. Apakah mimpi semakin tidak kreatif di alamnya?

Ada banyak kalimat sakti yang kerap mereka keluarkan untuk menghantam orang lain. Ada banyak pula tatapan sinis dan rasa iri yang mulai mencuat dari mata mereka, dari senyum mereka bahkan dari tawa bahagia mereka. Ironi, sebab dunia semakin banyak menghasilkan manusia-manusia yang sibuk mengurusi hidup dan alur kebahagiaan orang lain. Bahkan kini, halusinasi semakin terasa menjadi trend di banyak kalangan. Di mana standar yang harusnya berbeda dibuat menjadi sama rata, padahal mereka memulai hidup dari awal, modal dan upaya yang berbeda. Lantas apakah mungkin semua dijadikan sama rata?

Fenomena ini saya lihat hampir setiap hari, setiap saat ketika saya berada di jalan raya atau di stasiun atau di tempat umum lainnya. Melihat ada banyak manusia yang berjuang untuk mampu memenuhi kehidupannya di hari yang sama, ada banyak manusia yang berjuang untuk mampu melanjutkan hari selanjutnya dengan kondisi yang berbeda. Ada ragam emosi yang dapat dirasakan, ada wajah-wajah lelah, ada senyum-senyum pemulih jiwa, ada tawa-tawa penutup kesedihan atau kegagalan, ada senyum-senyum tulus penerimaan, ada mata yang lelah akan hidup yang tak sesuai harapan, dan sebagainya. Hati manusia memang hanya Allah yang mengetahui isi yang ada didalamnya. Tidak perlu berpura-pura mampu menerkanya, jangan juga seolah-olah memahami segalanya. Apa yang kita lihat dan nilai bisa jadi tidak sama, tidak utuh dan berbeda. Saya hanya menuliskan apa-apa yang nampak tanpa mencampur asumsi saya tentang hidup mereka. 

Jika boleh mengakuinya, ada banyak orang yang sudah lelah dengan hidup. Lelah berjuang, lelah dengan kondisi, lelah atas diri sendiri. Seorang pemuda yang bingung dengan kehalalan pekerjaanya namun merasa tidak memiliki pilihan, seorang isteri yang menggantungkan hidup pada suami namun merasa tidak tercukupi, seorang anak yang berharap pada orangtua namun kepapaan seolah tak mau pergi dari kehidupan orangtuanya. Seorang perempuan yang setiap hari mengajukan do'a yang sama, dan pada alur kehidupan ini ada banyak rasa lelah yang bertebaran secara kasat mata. 

Dan pada akhirnya, rasa lelah akan bermuara pada rasa ikhlas ketika semua diniatkan untuk pemilik hidup, Allah SWT. Masalahnya, untuk sampai pada muara tersebut, tidak semua orang mampu meraihnya. Ada banyak pola, ada banyak hambatan, baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri dan pada akhirnya, semua akan bergantung pada masing-masing manusia tersebut, pada hati-hati mereka yang merasakan emosi-emosi yang berbeda dan kembali pada kehendakNya. 

Berharap lelah-lelah yang kita nikmati ini menjadi nilai kebaikan tersendiri dihadapanNya. 





Yay, finally I write this journey. I call it, the epic journey and here we go ..

Well, this trip so impulsive because I never plan it before. I just saw promo tickets in Instagram, you can check @Ekoardiansyah if you want to get promo ticket to KL or Singapore from Banda Aceh or Medan. Alhamdulilah , I got the ticket only 650K for flight on 29 March and back on 3 April 2018. I decided to travel on March because it will be awesome gift for my birthday. Lol

Yay, happy birthday, sweetheart!

Do you believe if I say that I counted the days everyday? Yep , I did it, like I can not wait to feel the epic journey. Finally, I woke up on 29 March, after slept for 4 hours because like usual, I can not sleep well if I will go to somewhere, because I was excited, maybe! Last night, I packed my stuffs for a long trip. I brought 2 long skirts, 1 pajamas, 4 tshirt, 4 veils, and underware (2 course), 2 shocks, neck pillow, skin routine, notebooks, sanitary bags, hat and glasses. Is it not too much, right? : D

I flight from Banda Aceh on 03.50 PM, then landed in KLIA2 on 06.09 PM. Wait, almost forget, in this journey, I was not alone because my staff joins the journey. She wants to try be a backpacker. After we bought some snacks and mineral water, we bought bus tickets from airport to KL Sentral only with 12 RM or Rp 42.000. 

The bus will departure on 07.00 PM, so I waited in bus then got slept again. Distance between airport and KL Sentral 56 about KM, so we need 45 minutes. How to get the ticket? You can buy it in bus ticket counter in ground floor, but if you wanna use skytrain, you can buy the ticket in first floor.

I woke up when the bus almost arrive in KL Sentral. I saw the city from window, I enjoyed every single lights, wonderful buildings, the people and of course the feelings. I never let the moment passed without being captured first. As usual, I always use my feelings to feel it, of course! And so happy for it. One hours passed, we arrived in KL Sentral then went to upstair to got the skytrain and stoped in Pasar Seni station. I thought that this station so strategic because its really closer than my shadow to reach the city. Lol !

We exit from train in Pasar Seni station, we went to hotel just walking because the hotel not too far from night market in Central Market. Honestly, I love this place because full of people but still clean and good looking. The night we ate India food or maybe Bangladesh or Turkey, upssorry because I can not make sure it. Actually, I would like to eat seafood but I was so tired and wanna get sleep as soon as possible, because I do not like beef so I chose ate fried chicken and briyani rice. If you want to eat same menu, you have to pay 12,5 RM as 43.750 rupiah. We finished the dinner almost 10.00 PM, felt so tired, so we excited and went to hotel faster, Alhamdulilah China town hotel closer damn and not bad for backpacker, the price under 200.000 rupiah. There are lifts, hot water, the bad good enough, clean, smell not bad, but I hate because we can hear voice or ngorok from other rooms.



Second day, I woke up earlier to pray then I took a bath and prepared to go. We had plans to visit many places like Twins Tower, Petronas Tower, KLCC, Dataran Merdeka and a lot of places which have great history. We checked out from China Town hotel and went to find halal food around china town. When we will cross the road, we met someone wearing uniform and we knew him member of KL City Hall. I tried to know what is that but google can not help me at the time. But after we had a talk and got breakfast, finally I knew him, he is like administrative police who has responsibility to check every tourist. I felt so blessed met him because he is so kind and explained about KL and Malaysia also accompanied us going to Jame 'Mosque and around that. 

As planned, for this trip, I just want to walk randomly, so I do not have itinerary and plan like usual. I just want to follow the maps and my travel mate. You know why I like this concept? Because I missed to be stranger or feel free passed the day. Haha!

I felt tired, I felt hungry, I felt angry, I felt it so much. I just miss to be myself. The reason I love travel because I can be my own and the reason I insist to solo travel because I do not want to bother people and vice versa. Because not easy to be my travel mate. Haha

As long walk around KL, we just walk and take the bus, the famous bus in here is Go KL, like trans Jakarta but free means  free . Oh, I love it so!

But in this moment, I regret because I cannot try delicious food as my hope like seafood or local food because I don’t have any reference about it. So, I just ate whatever food we met. It’s bad part of this journey, indeed. 

I enjoyed some place in KL, they have detail pattern and vintage designs. Sometimes, I felt so bless that my country have stories with great country like England or another country in Europe. Because they borrow awesome cultures to my country when colonization period. I though, we cannot become like this, be independent country, able access education freely, etc without passed it. Even we cannot deny bad effect like mental illness or another effects. 

Well, back to my trip. Third day, we planned to join with city bus tourism but it was so expensive then we decided to take the Go KL and then went to National Mosque and some buildings around it before we went to airport and went to we went to Thailand by airplane. We booked one room in Glur Hostel in Bangkok. My first impression not good enough because we flight around 7 PM and arrived in Bangkok around 8 PM. The airport not good enough, the worse part because the toilet in there and also the rubbish. I just hate every dirty place. Like usual, after passed the immigration, we went to information center and took the map. I got it. While I read the maps, I tried to ask aiport security. 

I asked how to get hotel around river in Bangkok and she told me to got the bus number A2, we have to buy ticket amount 50 Bath and then stop around national monument. It's not far, around 30 minutes. As my hope, I became stranger, after stopped in bus station, I look around, tried to find the location. I asked another tourist, checked the maps, kept walking, tried to get tuk-tuk and finally I got one kind tuk-tuk because he accept my deals. He asked me to pay amount 150 Bath, but I just wanna pay only 100 Bath. Deal!

Tuk-Tuk like bajaj in Indonesia, one of famous transportation in Bangkok but more expensive than bus. We arrived in Glur Hostel 30 minutes later, almost 00.00 AM, all store closed, we did not have choice to buy some halal food. After checked in, we bought some snack in 7 eleven and got slept. Fyi: this hostel not bad, I loved the rooms, meals, and of course the receptionist, he is so handsome: D but i hate the bathrooms, smell so bad and dirty enough.


First time in Bangkok, it was awesome. I can not to stop looking around because the landscape and buildings so stunning for me. We went to Wat Arun across the river only pay 5 Bath. The large boat helped us to enjoy the Bangkok City widely. Totally happy. Then across the river again went to Wat Pho only pay 4 Bath, I bought fresh manggo only 20 Bath and It was delicious. After felt enough in Wat Pho, we walked to another place and met someone and talked to him about Bangkok. He gave me advice to visit some place and helped me to got the cheaper tuk-tuk.


We planned to take the boat tour but because it was expensive 900 Bath, we decided to change the plan. Short stories, we met driver of tuk-tuk which gave us cheaper budget to bring us looking around Bangkok City and we said yes because only 200 Bath for a hours. He brought me to visit some historical places like Golden Mountain, Standing Buddha, etc


When time is over,  we wasted our time to find Royal mosque around Royal museum, got lost totally, I felt so tired because we walked so far. Take a breath in small mosque around it. I little worried because rain will fall and I did not have umbrella or rain coat, yeah I will play in the rain.  We walked so far to reach bus even rain fallen gradually, at the end we got the bus after asked twice in police station, so difficult to have a talk with them because they do not understand English. We went to Siam Mall then dinner before flight to Phuket.













Kembali ke Ibukota berarti saya sudah siap dengan segala konsekuensi tentang rupa yang sudah bisa ditebak saat menjalani kehidupan di sini. Akhir-akhir ini saya harus akui bahwa proses adaptasi saya berjalan sedikit tidak baik, dipostingan sebelumnya saya mengisyaratkannya. Saya memahami bahwa saya membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama, terutama karena saya memilih untuk menarik diridari beberapa interaksi. Saya semakin mengerucutkan dengan siapa saya ingin berbicara, berinterkasi, bercerita dan sebagainya. Saya hanya ingin mencegah diri saya untuk tidak bahagia akibat interaksi yang langsung maupun tidak langsung yang memicu hal tersebut. 

Akhir pekan kemarin saya bersilaturahmi dengan kerabat saya yang berada di Bogor, menikmati suasana kereta yang dingin setelah beberapa menit sebelumnya saya harus menikmati hempasan debu dan terik matahari yang sama sekali tidak memikat. Meski berdiri sepanjang di kereta, tetapi saya sangat mampu menikmati. Terlebih saya ditemani beberapa lagu yang sedang saya suka, semakin bahagia ketika saya semakin mencerna bait-bait tiap kalimatnya. Lagu-lagu dari Fourtwnty semakin membuat saya menikmati hari, mereka sungguh paham bagaimana bermain dengan perasaan anak muda seperti saya yang mulai jenuh denganhidup yang sia-sia tanpa makna. Berat!

Bogor, tidak ada yang istimewa jika dilihat oleh mata. Tetapi bagi saya, kota ini menyimpan rasa yang berbeda. Entah karena begitu banyak kenangan di tempat ini atau memang daya ikatnya masih kuat untuk saya? Entahlah!

Menghabiskan waktu di Bogor bersama orang-orang yang nyaman bagi saya membuat saya memiliki semangat baru. Meski tidak banyak hal yang dibahas atau diskusikan namun ada banyak pelajaran yang bisa saya ambil dan cerna. Seperti bahwa hidup memang hanya perlu dijalankan, ketika kita membuka mata di pagi hari, kita hanya perlu menjalani apapun rencana yang sudah Allah siapkan untuk hari ini, besok, lusa dan seterusnya. Karena kadang saya menjadi salah satu orang yang overthinking atas apa yang ada di dalam hidup. Menyusahakan diri sekali kan? Yap! Itu sebabnya saya berusaha mengubah diri saya sendiri. Saya juga belajar bagaimana mengatur banyak aspek dalam hidup, mengatur bagaimana hidup bisa lebih sesuai dengan apa yang kita inginkan terhadap hal-hal yang bisa diubah dengan ikhtiar kita sebagai manusia. 

Bogor masih memberikan rasa nyaman untuk saya, setidaknya saya mendapatkan banyak kesempatan untuk berkontemplasi, bermonolog dan mengenang. Alhamdulilah Allah masih memberikan saya banyak kesempatan untuk merasakan aneka perasaan yang menyenangkan seperti ini, feel like I found home.
Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ▼  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ▼  Mei ( 4 )
      • Mengapa Zakat?
      • Lelah
      • 6 Days Overland In Malaysia-Thailand
      • Found Home
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ►  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes