Lelah

Apakah hari kita sampai pada kondisi di mana isi kepala sama? Hingga banyak orang yang mengaku bahwa apa yang orang lain pikirkan sama dengan apa yang ia pikirkan? Bahkan tidak sedikit yang mengaku bahwa impiannya sama dengan orang lain. Apakah mimpi semakin tidak kreatif di alamnya?

Ada banyak kalimat sakti yang kerap mereka keluarkan untuk menghantam orang lain. Ada banyak pula tatapan sinis dan rasa iri yang mulai mencuat dari mata mereka, dari senyum mereka bahkan dari tawa bahagia mereka. Ironi, sebab dunia semakin banyak menghasilkan manusia-manusia yang sibuk mengurusi hidup dan alur kebahagiaan orang lain. Bahkan kini, halusinasi semakin terasa menjadi trend di banyak kalangan. Di mana standar yang harusnya berbeda dibuat menjadi sama rata, padahal mereka memulai hidup dari awal, modal dan upaya yang berbeda. Lantas apakah mungkin semua dijadikan sama rata?

Fenomena ini saya lihat hampir setiap hari, setiap saat ketika saya berada di jalan raya atau di stasiun atau di tempat umum lainnya. Melihat ada banyak manusia yang berjuang untuk mampu memenuhi kehidupannya di hari yang sama, ada banyak manusia yang berjuang untuk mampu melanjutkan hari selanjutnya dengan kondisi yang berbeda. Ada ragam emosi yang dapat dirasakan, ada wajah-wajah lelah, ada senyum-senyum pemulih jiwa, ada tawa-tawa penutup kesedihan atau kegagalan, ada senyum-senyum tulus penerimaan, ada mata yang lelah akan hidup yang tak sesuai harapan, dan sebagainya. Hati manusia memang hanya Allah yang mengetahui isi yang ada didalamnya. Tidak perlu berpura-pura mampu menerkanya, jangan juga seolah-olah memahami segalanya. Apa yang kita lihat dan nilai bisa jadi tidak sama, tidak utuh dan berbeda. Saya hanya menuliskan apa-apa yang nampak tanpa mencampur asumsi saya tentang hidup mereka. 

Jika boleh mengakuinya, ada banyak orang yang sudah lelah dengan hidup. Lelah berjuang, lelah dengan kondisi, lelah atas diri sendiri. Seorang pemuda yang bingung dengan kehalalan pekerjaanya namun merasa tidak memiliki pilihan, seorang isteri yang menggantungkan hidup pada suami namun merasa tidak tercukupi, seorang anak yang berharap pada orangtua namun kepapaan seolah tak mau pergi dari kehidupan orangtuanya. Seorang perempuan yang setiap hari mengajukan do'a yang sama, dan pada alur kehidupan ini ada banyak rasa lelah yang bertebaran secara kasat mata. 

Dan pada akhirnya, rasa lelah akan bermuara pada rasa ikhlas ketika semua diniatkan untuk pemilik hidup, Allah SWT. Masalahnya, untuk sampai pada muara tersebut, tidak semua orang mampu meraihnya. Ada banyak pola, ada banyak hambatan, baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri dan pada akhirnya, semua akan bergantung pada masing-masing manusia tersebut, pada hati-hati mereka yang merasakan emosi-emosi yang berbeda dan kembali pada kehendakNya. 

Berharap lelah-lelah yang kita nikmati ini menjadi nilai kebaikan tersendiri dihadapanNya. 





Share this:

0 komentar :