Dia, Anis
“ Setiap kita terlahir dengan
segala kelebihan pun kekurangan yang disebut dengan Anugerah. Tidak ada daun
yang tidak berlubang. Sekalipun telah diberi obat anti kuman. Tidak ada seorang
pun yang sempurna, karena Tuhan telah memberinya banyak hal untuk disyukuri dan
tidak memberinya banyak hal untuk dipelajari“
Setiap menolong persalinan, hal
pertama yang dinilai setelah bayi lahir adalah nafasnya. Jika bayi bernafas
dengan baik maka penilaian berikutnya langsung tertuju pada kelengkapan
tubuhnya. Biasanya bidan atau dokter kandungan akan berteriak “ lengkap” sebagai tanda bahwa tidak ada
kecacatan fisik dari bayi tersebut. Dan semua ibu akan mengucap syukur ketika kata "lengkap" teredengar usai persalinan.
Seorang ibu merupakan ‘Petugas Pemerhati Kesehatan’ terbaik
untuk buah hatinya. Semenjak lahir didunia, seorang ibu akan paham benar terhadap
tiap perkembangan yang bayinya alami. Mulai dari waktu buang air kecil, buang
air besar, cara tertawa, cara menyusu, pertanda kenyang, pertanda lapar, dan
aneka cara lainnya yang hanya seorang ibu yang mengerti tanda yang bayinya berikan, mungkin hanya seorang ibu yang akan paham dengan aneka signal tersebut.
Ibu Sumi, seorang guru sekolah
dasar yang sudah mengabdi dalam hitungan tahun yang tak singkat. Merupakan
salah seorang ibu yang dikaruniai seorang anak dengan ‘kekurangan’ yang membuatnya memiliki ‘ kelebihan’.
Anis, bayi mungil yang sudah
disadarinya tidak seperti bayi kebanyakan. Sedari kecil, ketika Bu Sumi
memberikan mainan berbunyi yang biasa
disebut dengan “ krecekan”, Bu Sumi
mulai menyadari bahwa Anis bukan bayi biasa. Karena ketika memainkan “ krecekan”, Bu Sumi tidak mendapatkan
respon seorang bayi normal yang seharusnya seolah mencari sumber suara. Hal
tersebut sudah dilakukan berulang kali. Namun Anis tetap tidak merespon
keberadaan sumber bunyi yang berada tepat disamping telingganya.
“ Saya sudah mennyadari hal tersebut sejak Anis masih bayi. Saya selalu
mencoba merangsang pendengaran juga penglihatan Anis dengan beberapa permainan.
Tetapi tetap saja saya tidak mendapatkan hasil yang saya harapkan. Sampai Anis
mulai beranjak menjadi balita. Saya semakin yakin bahwa Anis memang tidak bisa
mendengar juga melihat dengan baik. Apa lagi dengan kondisi matanya yang
sebelah kanan tidak sempurna. Kata dokter, terdapat katarak pada mata Anis. Dan
Anis didiagnosa sebagai anak idiot”
Sungguh luar
biasa ketegaran yang Bu Sumi miliki. Menerima kabar dari seorang dokter yang
dengan tegas mengatakan bahwa anaknya ‘idiot’!
Betapa pemilihan kata yang sangat menghujam hati seorang ibu. Meski begitu, hal
tersebut sebuah kenyataan yang harus diterima.
Malaikat tak
bersayap, itulah seorang Ibu. Bu sumi tidak serta merta membiarkan Anis menjadi
‘beban’ dalam hidupnya. Meski kini mereka hanya tinggal berdua, Anis tumbuh
menjadi remaja yang mandiri juga spesial.
Setidaknya untuk dirinya sendiri. Meski memiliki keterbatasan, Anis mampu
melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga yang tidak pernah sama sekali dilatih
oleh Bu Sumi.
“ Saya juga sering terkaget- kaget kalau Anis
melakukan hal –hal yang menurut saya luar biasa. Suatu hari saya melihat dia
dialam kamar mandi sedang berusaha mencuci pakaian. Meski memang lebih lama
dari saya ketika saya mencuci. Pernah juga suatu sore dia memasak air untuk
saya mandi. Bahkan yang lebih mengagetkan saya, dia mampu menyetrika meski
lebih lama, namun apa yang dia kerjakan cukup rapih. Anis benar- benar membuat
saya bersyukur. Meski dokter mengatakan bahwa dia ‘idiot’, ia tetap mampu menciptakan sebuah
kebanggan untuk saya.”
“ Halo Anis anak manis, apa kabar?”
Sapa saya
ketika berkunjung diawal bulan november. Tidak ada jawaban lugas yang keluar
dari mulitnya kecuali suara seperti ‘erangan’
kecil serta senyum dipipinya. Kemudian ia langsung menjulurkan kedua tangannya
untuk meraih tangan saya, lantas diciumnya punggung tangan kanan saya.
Tiba- tiba Anis
mengarahkan kameranya seolah meminta saya untuk bergaya, saya pikir itu sekadar
‘mainan’ semata. Tetapi saya salah! Dia benar-benar membidik gambar saya. Dan
hasilnya! Tepat! Saya pikir kebetulan, saya memintanya untuk memoto saya lagi,
berulang kali. Dan hasilnya sama. Jujur saya terharu melihat sosok Anis pada
siang itu, terlebih lagi ketika dia beranjak dari duduknya lantas masuk kedalam
kamar, kemudian datang kepada saya dengan membawakan beberapa album foto
bergambar dirinya, Bu Sumi dan banyak orang lainnya yang menjadi objek kameranya.
“ semua foto itu Anis yang moto loh Mbak Fe.
Ibu juga awalnya kaget melihat Anis bisa seperti itu, tetapi melihat Anis
menyukai kegiatan barunya, Ibu jadi mendukung. Ia sering merengek untuk
mencetak hasil memotonya. Makanya semuanya Ibu cetak dan Ibu belikan album.
Sering, sebelum Ibu berangkat mengajar, Anis meminta Ibu untuk menjadi objek
fotonya. Makanya banyak sekali foto Ibu disana “ ujar Bu Sumi dengan nada penuh
suka ketika menceritakan anaknya.
Lantas
berbincang – bincang dengan Bu Sumi tentang pertumbunan Anis. Didapat sebuah
cerita bahwa Anis pernah disekolahkan di SLB meski hanya bertahan beberapa bulan.
Karena disana Anis lebih suka menyendiri, sehingga membuat petugasnya kualahan untuk memantau aktifitas Anis.
Hingga pernah suatu hari, Anis ditemukan tengah menggunting rambutnya. Sehingga
Bu Sumi memutuskan untuk membawa Anis kembali kerumah. Selain pertimbangan
keamanan dan kenyamanan Anis, Bu Sumi tidak tega berjauhan dengan puterinya.
Karena letak SLB cukup jauh dari rumah. Sehingga Bu Sumi hanya bisa mengunjungi
anis tiap akhir pekan.
“ Saya tidak melihat Anis sebagai anak ‘idoit’
Bu. Bukan untuk menyenangkan hati Ibu, bukan! Tetapi Anis benar- benar tidak
menapakan tanda- tanda bahwa ia ‘idiot’. Yang
saya lihat, secara kemampuan Anis memiliki kemampuan yang sama dengan anak
lainya, padahal tanpa Ibu latih atau beritahu. Kemampuan ‘mencontoh’ Anis bisa
saya bilang tidak jauh berbeda dari anak lain. Hanya saja,memang Anis dibatasi
oleh pendengaran dan penglihatan yang tak seperti biasa. Anis bukannya tidak
bisa berbicara, tetapi karena Anis tidak bisa mendengar, hal tersebut yang
membuat Anis tidak bisa berbicara. Karena tahap awal untuk bisa berbicara
adalah mendengar. Mendengar apa yang sekelilingnya ucapkan.”
“ Ia Mbak Fe, Ibu juga tidak tahu harus bagaimana ketika Anis
dikatakan sebagai anak idiot. Ya, ibu terima saja. Pernah ibu membawa Anis ke
dokter spesialis mata untuk konsultasi penglihatanya, dan dokter mengatakan
bahwa mata Anis katarak. Memang, ibu juga melihat bahwa ada selaput putih
dimata Anis. Dokter menyarankan untuk dioperasi. Ibu dilema. Ibu takut kalau Anis
kenapa- kenapa. “
“ Ibu, tidak ada kata terlambat. Saya tidak
bermaksud untuk mengajari atau menggurui Ibu. Anis anak yang pintar. Lihat saja
‘karya’ dan kemampuannya! Dia sangat menyukai photography, Anis memiliki
keinginan juga kemampuan yang luar biasa. Ibu harus bersemangat untuk
meminimalisir kekurangannya. Anis baru 15 tahun. Tidak ada salahnya kita
membantu Anis untuk bisa hidup lebih luar biasa lagi. Untuk mata, operasi
katarak itu sedikit sekali efek juga kegagalannya. Dokter pasti akan
mempertimbangkan banyak hal. Jika menurut dokter Anis boleh melakukan operasi
katarak, itu berarti memang tidak membahayakan Anis. Dan untuk pendengaran,
bisa kita konsultasikan lagi dengan dokter THT. Siapa tahu, dengan dibantu alat
dengar, Anis perlahan bisa mendengar dengan lebih baik. Sehingga dengan Anis
mampu mendengar juga bisa kita latih untuk berbicara. Memang Bu, semua tidak
mudah dan tidak langsung menunjukan hasil. Tetapi tidak ada salahnya kita
mencoba untuk Anis. Saya sangat terharu juga bangga terhadap perjuangan Ibu
seorang diri untuk merawat dan membahagiakan Anis. Membuat Anis menjadi anak
dengan banyak ‘kelebihan’.
Tosari, 2012
0 komentar :
Posting Komentar