Berhenti

" Mengertilah. Kamu cukup menghentikan semua yang tengah memenuhi kepala, berhenti untuk memanjakan kenangan "

Yang disebut dengan luka adalah lubang tak berbentuk dengan tepian hitam dan merah ditengahnya. Perlahan mulai mengering namun tidak sengaja ia jatuhkan air garam disana. 

Apakah berlaku janji dari sebuah harapan bahwa ia selalu ada disetiap celah? sekecil apapun? Jawaban atas pertanyaan itu mungkin IYA. Mungkin tidak berlaku untuk sebuah perjalanan dengan pengemudi yang tak lagi membutuhkan navigatornya, lebih tepatnya navigator lama yang sudah ditinggalkan didalam laci sebuah meja yg hampa.

Adakah penghapus yang mampu menghapus semua rekam atas perjalanan bersama? Adakah obat yang mampu menyembuhkan luka yang selalu menganga? Senantiasa terasa perihnya setiap waktu menyapa.

Tuhan, haruskah marah untuk semua ini?

Waktu kelak akan menyembuhkan. Namun melewati perjalanan dengan luka sedalam ini membuat air mata senantiasa menemani langkah. Selalu saja ada nafas dengan beban yang tidak mungkin bisa ditinggalkan.


Bisa saja membalasnya dengan banyak hal, sayangnya kejahatan tidak bersahabat dengan pemilik luka. Niat buruk dan bisikan setan selalu aja redam oleh naluri. 

Lalu bisa apa?
Bukankah janji sudah lekang oleh ingkar?
Bukankah harapan sudah kandas oleh kepergian?

Hidup memang bukan sebatas aku atau kamu! Tapi kamu sudah membuat hidup berbatas. Berbatas pada kenangan yang selalu mengikuti. Kamu sudah membatasi impian yang dulu mampu direka seluas langit.  Kita sudah membangun nisan diatas kenyataan.

Tetapi, tetap saja tangan ini tidak mampu melepas genggaman. Tetap berbicara tentang segala nilai mu, tentang amal mu. Tetap saja meminta pada Tuhan agar Ia menjaga mu. Tetap saja meminta pada Tuhan untuk menuntun mu kembali, pulang.


Tosari, 29 April 2013



Share this:

0 komentar :