Anak 'Suket'

Aku, anak desa dengan segala batas. Memulai hari jauh sebelum matahari terbit. Jika di kota, anak seusia ku masih dalam dekapan selimut yang hangat, tidak untuk anak desa seperti aku. Sedari pukul empat pagi, aku sudah merebus air dan menyalakan kayu bakar untuk menghangatkan tubuh dalam pagi yang masih beku. Memulai pagi di desa ini selalu seperti ini. Standar yang entah oleh siapa dibuat dan menjadi rutinitas untuk semua orang di desa ini.

Aku hidup jauh dari kata layak. Hanya menjalani hari bersama wanita paruh baya yang aku panggil dengan panggilan " Mbah". Konon, ia menemukan aku dibalik kain bermotif bunga-bunga yang ditinggalkan oleh wanita yang melahirkan aku tanpa bantuan Bidan.

Aku masih berusia enam belas tahun. Masih berstatus sebagai siswa SMA Negeri di kecamatan ini.Itu pun hasil kerja keras menabung dari kelas tiga saat dibangku sekolah menengah pertama. Mbah sudah terlalu tua untuk sekedar mencari "suket".

Tidak ada yang istimewa dilain hari. Pagi dengan impian yang masih tertanam dalam dibalik bukit . Terkadang datang rasa iri pada anak-anak pipit yang sudah lihai kepakan sayap. Sementara aku, masih menjadi anak desa dengan segala batas. 

Share this:

0 komentar :