TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for Mei 2013
Perkerjaan itu hanya memerlukan sedikit tempat dari rasa nikmat yang kita miliki


Pencerah Nusantara, gerakan yang bersama diusung oleh Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs. Bukan untuk dengan kilat menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi, bukan juga untuk membuat semua rakyat Indonesia keluar dari kemiskinan, melainkan ini menjadi salah satu cara untuk membuat sudut pandangan banyak pihak menjadi luas.

Dekat dengan realita bukanlah sebuah masalah, melainkan salah satu cara menemukan jalan keluar, setidaknya untuk desa ini,

Kami, Pencerah Nusantara Tim Tosari sudah berada di desa ini hampir genap tujuh bulan. Dengan serangkaian kegiatan yang kami rancang untuk bisa melebur dengan masyarakat Tengger. Pendekatan tiap desa pasti akan berbeda, begitu yang kami rasakan.
Di awal penugasan, kami sempat berpikir apa masalah yang ada didesa ini sehingga kami harus berada di desa ini. Secara kasat mata memang tidak terlihat, dan nampaknya desa ini sudah mulai maju dan tentram. Namun masalah selalu serupa dengan fenomena gunung es. Menjadi potret bahwa Indonesia memang masih layak untuk dibenahi, lagi dan lagi.

PN Tim Tosari, pada bulan ke enam baru saja menyelesaikan program pemetaan kesehatan keluarga di delapan desa se Kecamatan Tosari. Pemetaan kesehatan keluarga yang dilakukan langsung ke tiap rumah warga sesuai RT-RW setiap kepala keluarga. Hal ini yang membuat kami akhirnya menemukan banyak masalah dilingkup kesehatan maupun sosial.

Pada bulan ke tujuh, kami berhasil membuat acara yang menjadikan Lansia sebagai tokoh utama dari acara, sehingga Lansia mulai mendapatkan perhatian khusus dari perangkat desa, petugas puskesmas pun dari pemerintah kabupaten. Acara ini kami bungkus dengan serangkaian acara peringatan Hari Lansia, Hari Pendidikan, Hari tanpa Tembakau sedunia. Acara yang berskala kabupaten namun terpusat di desa Tosari, kecamatan Tosari.

Rangkaian acara tersebut berupa cerdas cermat tentang MDGs, Senam dan peluk Lansia, Long march dan teaterikal anti rokok. Acara yang dengan penuh meliobatkan banyak pihak. Acara tersebut menjadi salah satu media bagi kami, juga petugas kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan pada masyarakat. Dengan pendekatan ini, kami optimis masyarakat mulai memberikan perhatian lebih kepada Lansia, dan mulai berpikir ulang mengenai rokok. Terlebih lagi kami mengadakan acara cerdas cermat dengan mengagas tema 'Bromo Sehat, Bromo Cerdas. Cerdas dimasa muda, sehat dimasa tua ' dengan membuatkan modul MDGs pada cerdas cermat karena semua pertanyaan pun tentang MDGs.

Senam Lansia membuat Bapak Bupati beserta jajarannya nampak takjub dengan semangat para lansia yg sudah mempersipakan diri untuk mengikuti acara senam. Terbukti dengan lansia perwakilan desa Tosari yang membuat seragam berwarna cokelat hasil swadaya mereka sendiri. 

Lebih takjub lagi dengan acara Long march dan teaterikal anti tembakau. Meski saya melatih mereka hanya beberapa kali, dan notabenenya mereka belum pernah bermain teater, namun penampilan mereka sungguh memukau. Penampilan mereka berlangsung dipasar Tosari, yang sudah barang tentu membuat jalan dua arah menjadi tersendat. Namun itu menjadi salah dua tujuan saya, membuat pengendara yang didominasi oleh tourist menjadi turun dan mencari tau apa yang terjadi di tengah jalan raya dan mau tidak mau mereka menonton juga. Semua masyarakat yang ada dipasar menonton teater tersebut. Apalagi sebelum teater dimulai, selama long march, beberapa tokoh teater yang menjadi SPG yang saya tugasi untuk menukar setiap rokok yang tengah dihisap oleh perokok dengan permen dan leaflet tentang bahaya merokok. Didukung dengan teriakan peserta long march yang dengan kompak meneriakan " Rokok di jukuk " ( Rokok di ambil) berulang kali bahkan terus menerus selama long march berlangsung. Teaterikal diakhiri dengan pembakaran replika rokok, tembakau dan belasan rokok yang kami dapatkan sepanjang long march  berlangsung.

Langkah-langkah seperti ini memang sangat kecil memberikan dampak. Tetapi setidaknya dengan langkah kecil ini kami bisa menginspirasi anak-anak muda disini. Terbukti pada acara seminar motivasi kuliah, kami mampu menghadirkan dua mahasiswa asli Tosari yang memang masih menyelesaikan study mereka di Universitas Malang dan pasuruan. Pada hari minggu, usai babak penyisihan cerdas cermat, dua pemuda ini menjadi narasumber talk show tentang motivasi kuliah. Dua narasumber yang memang dikenal oleh remaja disini. Mereka cukup kontekstual dalam menyampaikan pesan-pesan yang memang harus disampaikan. Sehingga, peserta yang mendengar pun mampu menyerap pesan yang dimaksud.


Pada akhirnya, selama tujuh bulan ini memang kami belum melakukan banyak hal. Belum bisa mengubah banyak hal. Tetapi, mungkin langkah kami bisa memberikan jejak kepada adik-adik di desa ini. Semangat kami bisa menularkan pada adik-adik energik yang kami sebut sebagai Laskar Pencerah. 30 remaja dengan status siswa-siswi SMP dan SMA yang bersemangat mencari ilmu dan pengetahuan di luar sekolah. Mereka, kelak akan menjadi perpanjangan tangan kami yang akan mengubah desa mereka sendiri. Dan kami, sudah menemukan bibit unggul, hanya perlu dirawat dan dijaga agar tidak mati ataupun diserang hama.

" Kalian tidak akan melihat hasilnya dalam waktu dekat, tetapi suatu saat kalian mendengar Tosari menjadi kota yang maju, disana kalian akan menemukan salah satu keberhasilan kalian " ( Pak Agus, Dinkes )

Hidup tidak hanya sekadar mencapai titik puncak. Sama seperti mendaki, bukan hanya persoalan mencapai puncak, melainkan tentang bagaimana cara kita menikmati waktu untuk tetap melangkah pada permukaan yang tak sama..


Setiap pendakian selalu ada yang istimewa, cerita juga tulisan didalamnya.

A R J U N A, Sang raja 'PHP'

Gelar raja PHP kami sematkan pada gunung arjuna bukan tanpa alasan. Melainkan karena memang jalan yang dilalui sungguh amat menguji daya langkah dan daya sabar kami.

Pendakian ini termasuk pendakian yang nekat tetapi diniatkan. Nekat karena kami hanya memiliki waktu yang pendek dengan kondisi anggota tim tidak optimal, but its oke! Kami tetap melanjutkan pendakian ini.

Pendakian kali ini kami beranggotakan 6 orang, saya ; Mba Endah;Mas Irfan;Mas Ijef;Mas Idon, dan Aris. Kami semua berada dikawasan Jawa Timur meski bukan asli daerah ini. Dan beberapa baru saling kenal, tetapi bukan masalah. Karena dari hal baru akan terdapat banyak cerita disana.

Diputuskan bahwa akan berangkat pada hari jumat jam 9 malam dengan titik temu di sebuah masjid dibilangan Kota Pandaan. Dan cerita ini dimulai.

Pada pukul 10 malam, semua anggota berkumpul di masjid Muhammad Cheng hoo, setelah memeriksa perlengkapan dan persiapan, maka 4 motor melaju menuju basecamp Tahura Tretes, untuk mengurus perizinan pendakian. Setelah selesai terkait perizinan, kami memulai pendakian ini dengan berdoa, Alfatiha menjadi pembuka jalan..

Empat lelaki penuh dengan canda, dilengkapi dengan 2 perempuan penuh dengan tawa. Malam itu menjadi renyah dan menakjubkan dengan bintang yang berhamburan dilangit.

Jika yang mereka sebut dengan istimewa adalah sesuatu yang mahal harganya, maka bagi saya, istimewa itu berbentuk perjalanan diri mencari sebuah pembaharuan juga peneguhan akan hidup dan sekelumit kejutan didalamnya.

Perjalanan dari basecamp menuju pos pertama, pet bocor kami tempuh sekitar 1 jam termasuk beberapa kali istirahat dan tidur dijalan. Jalur yang kami tempuh memang berupa tanjakan dengan permukaan bebatuan. Dan semua itu terbayar ketika kami membalikan badan dan melihan kota bermandi cahaya lampu nun temaram, seolah melengkapi malam dan perjalanan kami, tidak berhenti kami memuja Tuhan didalam sana 

Sepanjang perjalanan dengan tingkat terjal yang cukup menguras tenaga, rasanya tidak ingin berhenti menghitung langkah dan tikungan yang sudah dilewati, dengan menerkan-nerka atau lebih tepatnya berharap bahwa dibalik jalan yang ada dihadapan mata adalah pos yang dituju. Meski berulang kali harapan itu melebur bersama tikungan-tikungan selanjutnya. Disini saya belajar bahwa hidup memang tidak lebih dari proses menerima, menerima dan menerima. Menerima kenyataan bahwa banyak hal yang tidak sama dengan apa yang ada dikepala..

Ketika harapan sudah dilepaskan, maka langkah semakin ringan. Dengan mata yang sudah semakin rekat, kami akhirnya tiba di pos kedua setelah 2 jam lebih berjalan, yakni kokopan. Saya lega, setidaknya mata saya bisa segera istirahat. Di kokopan, kami bertemu dengan tim lain yang juga mendaki.Sedikit berbagi prolog,sebelum akhirnya kami mendirikan tenda kemudian memasak lantas beristirahat. Dan hujan mulai turun, menguyupkan tenda hingga meresap kedalam 'rumah' baru kami.

Banyak alasan mengapa saya begitu mencintai hobby saya ini, karena dengannya saya memiliki banyak waktu untuk berbicara, untuk berinteraksi dengan diri sendiri. Seperti saat ini, diam menjadi pilihan. Karena sebenarnya ada yang tengah berdialog, hati dan pikiran.. 

Kami memilih untuk bangun hampir menjelang siang. Kabut menebal tetapi tidak membuat kami tetap didalam tenda, melainkan membuat kami membuka diri untuk merasakan dingin dan aneka rasa lainya. Dilengkapi dengan candaan yang tak henti membuat kami tertawa. Menyusun rencana selanjutnya sambil menunggu masakan siap disantap. Dan selalu disisipi dengan lelucon yang kadang tidak lucu, but its oke..

Bisa jadi karena kami terlalu menikmati kebersamaan, hingga tidak terasa hari semakin siang dan hujan mulai turun. Kami menunggu hujan berhenti sambil bermain "tebak jempol", dan yang kalah harus menyanyi. Pas sekali yang kalah adalah Mas Irfan, dan kami memintanya untuk menyanyikan lagu Caiya- Norman Kamaru yang kebetulan sedikit banyak memilik kemiripan wajah. Dan ini mejadi salah satu bagian yang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal.

Pendakian ini kami lanjutkan setelah hujan sedikit reda, dari pos kokopan, menuju pondokan untuk bermalam lagi. Track masih sama, tanjakan terjal dengan bebatuan padat raya, sedikit licin. untuk mencapai pondokan, kami mengabiskan waktu 3 jam untuk akhirnya sampai di pondokan. Sepanjang jalan melewati hutan pinus berkabut tebal dan gerimis. Ini mejadi bagian ter'magis' dari pendakian ini..

Sampai di pondokan, saya dan Mas Ijef langsung mendirikan tenda. Kemudian sholat, lantas memasak untuk mengganjal perut dimalam ini, dan memaksa diri untuk tidur karena jam 2 harus sudah bangun untuk summit. Untuk bisa tidur, kami harus menahan diri untuk tertawa ulah lelucon anggota tim yang masih berkicau. Sekitar pukul 10 kami beristirahat, kemudian pukul 2 bangun dan bersiap-siap untuk menuju puncak. Setelah semua siap, kembali dengan Alfatiha kami kembali memulai perjalanan ini.

Dengan mengikuti rute dan petunjuk yang ada,kami perlahan menyusuri jalan. Saling mengingatkan, saling menjaga. Disini, saya belajar bagaimana kita hidup harus saling peduli dan saling mengingatkan. Karena manusia memiliki banyak tipe, ada yang harus dibantu untuk menyadari sebuah hal, dan ada yang sudah bisa menyadari dengan sendirinya..

Menyusuri perdu, rerumputan, ranting, sungai kecil pun bebatuan, kami terus berjalan hingga perlahan jingga mulai menampakan diri pada garis langit diatas sana. Ditengah perjalanan, kami mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat subuh. Sayup suara imam terdengar membuat subuh ini kian syandu, rasa rindu semakin  memburu.

Perlahan, kami sudah berada dipersimpangan antara Arjuna dan Welirang. Tujuan kami tetap sama, Arjuna:) Saya dan Mas Jef semakin tidak sabar. Langkah kami semakin dipercepat  bahkan kadang merangkak pun sedikit berlari. Menginjak akar sebagai pijakan, mulai menikmati pemandangan indah yang Tuhan ciptakan. Hutan hijau dengan keseragaman, awan-awan berkumpul berterbangan, Indonesia, ah! Dia memang yang terindah

Namun dipuncak pertama, saya dan Mas Jef mulai merasa bahwa banyak sekali fatamorgana disini. Puncak yang ternyata bukan puncak. Dan ini berulang kali terjadi. Hingga membuat kami menertawakan diri sendiri. Ternyata, masih ada puncak dibalik puncak. Melihat bendera merah putih diujung sana membuat kami tidak mau berhenti, bahkan semakin bersemangat. Semakin berlari, kami melewati bebatuan dibibir jurang untuk menuju puncak sejati gunung Arjuna. Semakin dekat, dan ya! Kami sampai pada titik 3339 mdpl tepat pada pukul 9, Alhamdulilah, lega,merdeka, istimewa. Sujud syukur untuk semua ini :)

Hal yang terindah dari setiap perjalanan adalah merasakan semua memiliki arti, mengerti apa itu perjuangan. Menikmati apa yang sudah Tuhan sugukan, yang mungkin tidak semua orang bisa melihatnya, karena hidup tidak lebih dari sekadar memberi dan menerima. Terima-kasih :)

Menyempatkan untuk menikmati pemandangan dari puncak beberapa saat, hingga akhirnya kami memutuskan untuk turun  dan kembali pulang. Perjalanan pulang lebih singkat, namun lebih menguji kesabaran. Karena kami harus kembali berspekulasi tentang jarak antas pos. Bahkan hal ini menjadi lelucon untuk kami yang mengatakan bahwa Arjuno memang Gunung yang paling bisa PHP-in pendaki.

Dengan segala perjuangan, akhirnya pendakian ini berakhir ketika semua anggota tim sampai di basecamp pukul 11 malam. Ditutup dengan aneka cerita dan makan malam dengan menu bebek bakar yang sedari diatas sudah direncanakan. Lantas beristirahat sambil menunggu pagi yang akhirnya datang.

Kembali, setiap ada pertemuan, maka pasti  ada perpisahan. Dan kami berpisah sekitar pukul 06.35. Tetap dengan aneka keceriaan dan rencana selanjutnya.

Agama, Passion, Hobby dan teman adalah hal- hal yang berkaitan langsung dengan kenyamanan, dan rasa nyaman itu tanpa perantara diolah oleh sepotong daging didalam sana yang dikemas dalam sebungkus kehidupan.

Terimakasih untuk,

Mba End, sudah bertahan dan menikmati aneka keluhan juga rasa sakitnya demi pendakian :)
Mas Ijef , sudah menemani saya dengan percepatan ritme meski membuat dirimu merasa dikerjai :D
Mas Irfan , sudah dengan sabarnya menemani Mba End :)
Mas Idon ,selalu membuat kami tertawa dengan aneka leluconya, dan terimakasih untuk cokelatnya :D
Aris, si bocah yang gak lagi ingusan yang 'menyegarkan' suasana pendakian :)

Terimakasih untuk perjalanan sederhana namun bermakna:)

Tosari,20 may 2013
#khusus untuk memperingati Hari Bidan, tanggal 5 mei :)

"Saya itu tidak pernah berpikiran untuk menjadi seorang Bidan, mimpi pun tidak! tetapi hal ini yang membuat saya yakin, bahwa pilihan orangtua memang yang terbaik.."

Saya resmi menjadi seorang bidan ketika selama tiga tahun mengenyam pendidikan kebidanan. Tidak pernah membayangkan bahwa saya melanjutkan kuliah untuk menjadi seorang Bidan, yang semua orang juga mengetahui bahwa Bidan itu ramah, lemah lembut, sabar dan ya, she's a women!  Dan saya? itu bukan saya banget! Jangan dibayangin deh 

Selama belajar menjadi Bidan, saya mulai mempelajari tentang profesi yang salah satu profesi yang sangat mulia, untuk saya. Mengetahui sejarah tentang kebidanan,ini artikel yang saya sisipkan untuk para pembaca, saya ambil dari salah satu media untuk Para Bidan berbagi cerita, http://mediabidan.com/sejarah-ibi/, 

" Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa tanggal 24 Juni 1951 dipandang sebagai hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan atas hasil konfrensi bidan pertama yang diselengarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang merupakan prakarsa bidan-bidan senior yang berdomisili di Jakarta. Dan sebagai upaya penguatan organisasi Bidan, Konfrensi bidan pertama tersebut telah berhasil meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan bidan selanjutnya, yaitu mendirikan sebuah organisasi profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia (IBI), berbentuk kesatuan, bersifat nasional, berazaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 

Pada konfrensi IBI tersebut juga dirumuskan tujuan IBI yaitu ;

1.      Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama Bidan serta kaum wanita pada umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
2.      Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi Kebidanan, khususnya dalam pelayanan KIA serta kesejahteran keluarga.
3.      Membantu pemerintah dalam pembangunan nasioanl, terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
4.      Mengingkatkan martabat dan kedudukan Bidan dalam masyarakat.
Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun ke tahun IBI terus berkembang dengan hasil-hasil perjuangannya yang semakin nyata dan telah dapat dirasakan manfaatnya baik oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri.
Adapun tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pemrakarsa konferensi tersebut adalah : Ibu Selo Salikun, Ibu Fatimah, Ibu Sri Mulyani, Ibu Salikun, Ibu Sukaesih, Ibu Ipah dan Ibu S.Marguna, yang selanjutnya memproklamirkan IBI sebagai satu-satunya organisasi resmi bagi para bidan Indonesia. Dan hasil-hasil terpenting dari konferensi pertama bidan seluruh Indonesia tahun 1951 tersebut adalah :
1. Sepakat membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia, sebagai satu-satunya organisasi yang merupakan wadah persatuan & kesatuan bidan Indonesia.
2. Pengurus besar IBI berkedudukan di Jakarta
3. Di daerah-daerah dibentuk cabang dan ranting. Dengan demikian organisasi/perkumpulan yang bersifat local yang ada sebelum konfrensi ini semuanya membaurkan diri dan selanjutnya bidan-bidan yang berada di daerah-daerah menjadi anggota cabang-cabang dan ranting dari IBI.
4. Musyawarah menetapkan Pengurus Besar IBI dengan susunan sebagai berikut :
Ketua 1                : Ibu Fatimah Muin
Ketua II               : Ibu Sukarno
Penulis 1              : Ibu Selo Soemardjan
Penulis II             : Ibu Ropingatun
Bendahara              : Ibu Salikun
Tiga tahun setelah konfrensi, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 1954, IBI diakui sah sebagai organisasi yang berbadan hukum dan tertera dalam lembaga Negara nomor : J.A.5/927 (Departemen Dalam Negeri) dan pada tahun 1956 IBI diterima sebagai anggota ICM (International Confederation of Midwives). Hinga saat ini IBI tetap mempertahankan keanggotaan ini, dengan cara senantiasa berpartisipasi dalam kegiatan ICM yang dilaksanakan di berbagai Negara baik pertemuan pertemuan, loka karya, pertemuan regional maupun kongres tingkat dunia dengan antara lain menyajikan pengalaman dan kegiatan IBI IBI yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita telah tergabung dengan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951 hingga saat ini IBI tetap aktifmendukung program-program KOWANI bersama organisasi wanita lainnya dalam meningkatkan derajad kaum wanita Indonesia. 
Selain itu sesuai dengan Undang-Undang RI No.8 tahun 1985, tentang organisasi kemasyarakatan maka IBI dengan nomor 133 terdaftar sebagai salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Begitu juga dalam Komisi Nasional Kedudukan Wanita di Indonesia (KNKWI) atau National Commission on the Status of Women (NCSW) IBI merupakan salah satu anggota pendukungnya.
Pada kongres IBI yang kedelapan yang berlangsung di Bandung tahun 1982, terjadi perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti Pengurus Pusat IBI, karena IBI telah memiliki 249 Cabang yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. Selain kongres juga mengukuhkan anggota pengurus Yayasan Buah Delima yang didirikan pada tangal 27 Juli 1982. Yayasan ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota IBI, melalui pelaksanaan berbagai kegiatan.
Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan kongres diluar pulau Jawa, yaitu di kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam kongres ini juga didahului dengan pertemuan ICM Regional Meeting Western Pacific yang dihadiri oleh anggota ICM dari Jepang, Australia, New Zealand, Philiphina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Indonesia. Bulan September 2000 dilaksanakan ICM Asia Pacific Regional Meeting di Denpasar Bali. Pada tahun 1986 IBI secara organisatoris mendukung pelaksanaan pelayanan Keluarga Berencana oleh Bidan Praktek Swasta melalui BKKBN.
Gerak dan langkah Ikatan Bidan Indonesia di semua tingkatan dapat dikatakan semakin maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun 1998 IBI telah memiliki 27 Pengurus Daerah, 318 Cabang IBI (di tingkat Kabupaten/Kodya) dan 1.243 Ranting IBI (di tingkat Kecamatan) dengan jumlah anggota sebanyak 66.547 orang. Jumlah anggota ini meningkat dengan pesat setelah dilaksanakannya kebijakan pemerintah tentang Crash Program Pendidikan Bidan dalam kurun waktu medio Pelita IV s/d Pelita VI 1989 s/d 1997.
PERKEMBANGAN JUMLAH ANGGOTA IBI
TAHUN 1988 – 2008
TAHUNJUMLAH ANGGOTA
198816.413
199025.397
199446.114
199554.080
199656.961
199757.032
199866.547
200368.772
200887.338
Dari tahun ke tahun IBI berupaya untuk meningkatkan mutu dan melengkapi atribut-atribut organisasi, sebagai syarat sebuah organisasi profesi, dan sebagai organisasi masyarakat LSM yaitu :
1.      AD-ART, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan tiap 5 (lima) tahun sekali
2.      Kode Etik Bidan, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan tiap 5 (lima) tahun sekali.
3.      Pedoman berkelanjutan pendidikan Bidan
4.      Buku Prosedur Tetap pelaksanaan tugas-tugas bidan
5.      Buku Pedoman Organisasi
6.      Buku Pedoman Bagi Bidan di Desa
7.      Buku Pedoman Klinik IBI
8.      Buku 50 tahun IBI, yang memncatat tetntang sejarah dan kiprah IBI, diterbitkan dalam rangka menyambut HUT ke 50 IBI tahun 2001
9.      Restra IBI 1996 – 1998
Khusus melalui kepengurusan tahun 1998 – 2003 atribut-atribut/kelengkapan tersebut bertambah lagi dengan disusunnya :
1.      Majalah Bidan
2.      Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3.      Buku Pedoman Maternal & Neonatal
4.      Buku Pedoman Keluarga Berencana
5.      Buku Pedoman Pencegahan Infeksi
6.      Buku Pedoman Asuhan Persalinan Normal
7.      Buku Kepmenkes 900
8.      Buku Kumpulan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Organisasi IBI
9.      Kepmenkes 237 tentang pemasaran pengganti air susu ibu
10. Kepmenkes 450 tentang Pemberian Air Susu Ibu Secara Eklusif Pada Bayi di Indonesia
11. Kepmenkes 900 tentang Regristrasi dan Praktek Bidan
12. Rensta IBI 1998 – 2003
Pada Kepengurusan tahun 2003 – 2008
Telah dihasilkan :
1.      Pedoman Uji Kompetensi Bidan
2.      Renstra 2008 – 2013
3.      Bidan Delima
4.      Kesehatan reproduksi up-date satu set (warna ungu)
5.      Inisiasi Menyusu Dini
6.      Modul Pembelajaran untuk DIII Kebidanan (kerja sama dengan YPKP)
7.      Kepmenkes 369 tentang Standar Profesi Bidan
8.      Kolegium Kebidanan
9.      Lahirnya Asosiasi Institusi Pendidikan Indonesia
VISI IBI
Yaitu Mewujudkan bidan professional berstandar global
MISI IBI
1.      Meningkatkan kekuatan organisasi
2.      Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu Pendidikan Bidan
3.      Meningkatkan peran IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan
4.      Meningkatkan kesejahteran anggota
5.      Mewujudkan kerjasama dengan jejaring kerja
Rencana Strategis IBI tahun 2008 – 2013
1.      Mengutamakan kebersamaan
2.      Mempersatukan diri dalam satu wadah
3.      Pengayoman terhadap anggota
4.      Pengembangan diri
5.      Peran serta dalam komonitas
6.      Mempertahankan citra bidan
7.      Sosialisasi pelayanan berkualitas
Prioritas Strategis
1.      Pengembangan standarisasi pendidikan bidan dengan standar internasional
2.      Meningkatkan pelatihan anggota IBI
3.      Membangun kerjasama dan kepercayaan dari donor dan mitra IBI
4.      Peningkatan advokasi kepada pemerintah untuk mendukung pengembangan profesi bidan serta monitoring dan evaluasi pasca pelatihan yang berkesinambungan
5.      Peningkatan pembinaan terhadap anggota berkaitan dengan peningkatan kompetensi, profesionalisme dan aspek hukum
6.      Peningkatan pengumpulan data dasar
7.      Peningkatan akses Organisasi Profesi IBI terhadap pelayanan dan pendidikan kebidanan
8.      Capacity Building bagi pengurus IBI
9.      Peningkatan pengadaan sarana prasarana
10. Membangun kepercayaan anggota IBI, donor dan mitra dengantetap menjaga mutu pengelolaan keuangan yang accountable
Sejak berdirinya tahun 1951 hingga sekarang, IBI telah berhasil menyelenggarakan Kongres Nasional sebanyak 14 kali. Sesua dengan Anggaran Dasar IBI, pada setiap kongres merencanakan program kerja dan pemilihan Ketua Umum Pengurus Pusat IBI. Rekapitulasi tempat penyelenggaraan Kongres Nasional IBI dan Ketua Umum Terpilih, sebagai berikut ini :
DAFTAR PELAKSANAAN KONGRES IBI
KongresTahunTempatKetua Terpilih
Munas1951JakartaIbu Fatimah Muin
I1953BandungIbu Ruth Soh Sanu
II1955MalangIbu Selo Soemardjan
III1957YogyakartaIbu Tuti Sutijati
IV1961Lawang – MalangIbu Rukmini Oentoeng
V1969JakartaIbu Rukmini Oentoeng
VI1975JakartaIbu Rabimar Juzar Bur
VII1978JakartaIbu Rabimar Juzar Bur
VIII1982BandungIbu Samiarti Martosewojo
IXNovember 1985MedanIbu Samiarti Martosewojo
XNovember 1988SurabayaIbu Rabimar Juzar Bur
XIOktober 1993Ujung PandangIbu Nisma Chairil Bahri
XIISeptember 1998DenpasarIbu Wastidar Mubir
XIII7-11 Sept 2003JakartaIbu Dra. Hami Koesno, MKM
XIV2-6 Nov 2008PadangIbu Dra. Hami Koesno, MKM

Nah, Sejarah tentang Bidan memang sungguh sempurna dan paripurna. Mulai dari penolakan yang bertentangan dengan adat istiadat, bekerjasama dengan dukun beranak yang kebanyakan Bidan dipanggil setelah keadaan Ibu dan Bayi sudah membahayakan, atau bahkan Bidan dipanggil ketika yang terisisa hanya plasenta yang tidak terlahirkan oleh sang dukun.

Sebenarnya, banyak sekali cerita suka duka Para Bidan di Indonesia, hanya saja belum banyak wadah untuk menampung semua itu. Sehingga, dituntut kreatifitas untuk menulis di blog atau catatan pribadi. Karena suatu saat, cerita tersebut akan berguna untuk orang lain.

Tulisan ini, saya tulis untuk mengapresiasi semua rekan Bidan di seluruh Indonesia yang telah dengan tulus mengabdi untuk masyarakat, untuk para Ibu dan Anak di Indonesia. Karena, Bidan salah satu tenaga kesehatan yang teramat karib dengan masyarakat. Bidan sangat mampu menjadi sahabat bagi perempuan, terutama remaja yang ingin mengetahui tentang kesehatan reporoduksi, tentang menstruasi dan permasalahan di dalamnya, tentang kehamilan, tentang imunisasi, tentang metode kontrasepsi, tentang anak, tentang perkembangan janin, bayi, balita, bahkan tentang kelompok lanjut usia.

Bidan memang memiliki keterbatatasan wewenang, namun kami tidak akan membiarkan diri kami keterbatasan ilmu pengetahuan.

Saat ini, Bidan semakin memiliki tempat dihati masyarakat. Bidan yang diharapkan tetap on track  dan sesuai dengan wewenang. Setiap profesi, pasti memiliki celah untuk berbuat yang tidak sesuai, namun ini godaan terbesar untuk kita, karena kita dituntut untuk menggunakan hati nurani dan logika yang sesuai ketika bekerja. Bekerja sesuai dengan wewenang, peraturan , prosedur yang sudah ditetapkan. Karena hal tersebut dibuat tidak lain dan tidak bukan memang untuk kebaikan bersama. Ketika seorang Bidan melakukan tindakan sesuai SOP, maka tidak akan ada lagi Bidan yang mal praktek. Kini, hampir Bidan diseluruh Indonesia sudah memperbaharui ilmu mereka dengan melanjutkan kuliah ke Diploma III Kebidanan, karena sesuai peraturan pemerintah bahwa yang diperkenankan untuk membuka praktek adalah Bidan dengan minimal kelulusan DIII yang sudah mengantongi izin praktek. Sebagai klien, harus mengekritisi hal ini karena Bidan yang berkualitas adalah Bidan yang sudah teruji dan terdaftar didalam organisasinya. Karena Bidan yang berkualitas adalah Bidan yang memahami wewenang dan peraturan. 

Sayangnya,kalimat "setiap orang memiliki kebutuhan" menjadi sebuah kalimat yang sering digunakan untuk membenarkan tindakan yang salah. Dan kebanyakan karena desakan kebutuhan membuat seseorang tidak lagi mempertimbangkan banyak hal. Contohnya saja, melakukan praktek aborsi ilegal, menjual bayi, merujuk ke Rumah Sakit tanpa indikasi yang sesuai, dan lain-lain.

Hal tersebut yang seharusnya ditanamkan sedari seorang calon Bidan berada di bangku kuliah. Uang memang penting, tetapi ada yang lebih penting dari sekadar jumlah rupiah. Yakni, nyawa. Karena kita bukan sedang berhadapan dengan benda mati, melainkan dengan makhluk bernyawa.

Saya mungkin salah seorang Bidan yang belajar untuk tidak sekadar menjadi seorang Bidan. Namun lebih dari itu. Ini yang saya pelajari ketika praktek di rumah sakit, di puskesmas, di klinik swasta dan saat ini saya tengah berada di sebuah desa yang cukup diterpencilkan di Jawa Timur karena lokasinya yang jauh dari peradaban, katanya. Namun proses belajar ini memang sebuah proses yang tidak mudah, akan berlawanan dengan banyak hal. Tetapi semua ini bisa kita lakukan dengan membiasakan yang benar.

Saya belajar bagaimana menjadi Bidan yang bukan hanya menerima pasien, membaca buku riwayat periksa, memintanya naik ke tampat tidur,lantas memberi tindakan dan yang terakhir berbasa-basi mengantarkanya pulang! No! ada yang terlewatkan pada alur itu! Yakni konsultasi. Didalam konsultasi, saya belajar untuk tidak seperti itu, saya memberi mereka waktu untuk bercerita. Saya mulai menerapkan ini ketika saya masih di Jakarta,dengan pasien yang lebih dari satu, dua, namun saya membiarkan mereka untuk mempunyai waktu lebih walau hanya sekadar menyampaikan keluhan-keluhan yang sudah mereka siapkan sejak berencana untuk memeriksakan diri pada saya. Menjadi pendengar, itu menuntut saya untuk memiliki pengetahuan yang jauh lebih banyak dan membuat saya belajar menjadi pendengar yang baik.. 

Itu salah satu yang harus kita lakukan sebagai seorang Bidan. Karena sejatinya, itu yang diharapkan oleh klien kita.

Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ▼  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ▼  Mei ( 5 )
      • Tujuh Bulan-an
      • ARJUNA,Sang Raja 'PHP'
      • Bidan, Itu..
      • Profesi yang bercerita
      • Sepotong Pagi
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes