ARJUNA,Sang Raja 'PHP'


Hidup tidak hanya sekadar mencapai titik puncak. Sama seperti mendaki, bukan hanya persoalan mencapai puncak, melainkan tentang bagaimana cara kita menikmati waktu untuk tetap melangkah pada permukaan yang tak sama..


Setiap pendakian selalu ada yang istimewa, cerita juga tulisan didalamnya.

A R J U N A, Sang raja 'PHP'

Gelar raja PHP kami sematkan pada gunung arjuna bukan tanpa alasan. Melainkan karena memang jalan yang dilalui sungguh amat menguji daya langkah dan daya sabar kami.

Pendakian ini termasuk pendakian yang nekat tetapi diniatkan. Nekat karena kami hanya memiliki waktu yang pendek dengan kondisi anggota tim tidak optimal, but its oke! Kami tetap melanjutkan pendakian ini.

Pendakian kali ini kami beranggotakan 6 orang, saya ; Mba Endah;Mas Irfan;Mas Ijef;Mas Idon, dan Aris. Kami semua berada dikawasan Jawa Timur meski bukan asli daerah ini. Dan beberapa baru saling kenal, tetapi bukan masalah. Karena dari hal baru akan terdapat banyak cerita disana.

Diputuskan bahwa akan berangkat pada hari jumat jam 9 malam dengan titik temu di sebuah masjid dibilangan Kota Pandaan. Dan cerita ini dimulai.

Pada pukul 10 malam, semua anggota berkumpul di masjid Muhammad Cheng hoo, setelah memeriksa perlengkapan dan persiapan, maka 4 motor melaju menuju basecamp Tahura Tretes, untuk mengurus perizinan pendakian. Setelah selesai terkait perizinan, kami memulai pendakian ini dengan berdoa, Alfatiha menjadi pembuka jalan..

Empat lelaki penuh dengan canda, dilengkapi dengan 2 perempuan penuh dengan tawa. Malam itu menjadi renyah dan menakjubkan dengan bintang yang berhamburan dilangit.

Jika yang mereka sebut dengan istimewa adalah sesuatu yang mahal harganya, maka bagi saya, istimewa itu berbentuk perjalanan diri mencari sebuah pembaharuan juga peneguhan akan hidup dan sekelumit kejutan didalamnya.

Perjalanan dari basecamp menuju pos pertama, pet bocor kami tempuh sekitar 1 jam termasuk beberapa kali istirahat dan tidur dijalan. Jalur yang kami tempuh memang berupa tanjakan dengan permukaan bebatuan. Dan semua itu terbayar ketika kami membalikan badan dan melihan kota bermandi cahaya lampu nun temaram, seolah melengkapi malam dan perjalanan kami, tidak berhenti kami memuja Tuhan didalam sana 

Sepanjang perjalanan dengan tingkat terjal yang cukup menguras tenaga, rasanya tidak ingin berhenti menghitung langkah dan tikungan yang sudah dilewati, dengan menerkan-nerka atau lebih tepatnya berharap bahwa dibalik jalan yang ada dihadapan mata adalah pos yang dituju. Meski berulang kali harapan itu melebur bersama tikungan-tikungan selanjutnya. Disini saya belajar bahwa hidup memang tidak lebih dari proses menerima, menerima dan menerima. Menerima kenyataan bahwa banyak hal yang tidak sama dengan apa yang ada dikepala..

Ketika harapan sudah dilepaskan, maka langkah semakin ringan. Dengan mata yang sudah semakin rekat, kami akhirnya tiba di pos kedua setelah 2 jam lebih berjalan, yakni kokopan. Saya lega, setidaknya mata saya bisa segera istirahat. Di kokopan, kami bertemu dengan tim lain yang juga mendaki.Sedikit berbagi prolog,sebelum akhirnya kami mendirikan tenda kemudian memasak lantas beristirahat. Dan hujan mulai turun, menguyupkan tenda hingga meresap kedalam 'rumah' baru kami.

Banyak alasan mengapa saya begitu mencintai hobby saya ini, karena dengannya saya memiliki banyak waktu untuk berbicara, untuk berinteraksi dengan diri sendiri. Seperti saat ini, diam menjadi pilihan. Karena sebenarnya ada yang tengah berdialog, hati dan pikiran.. 

Kami memilih untuk bangun hampir menjelang siang. Kabut menebal tetapi tidak membuat kami tetap didalam tenda, melainkan membuat kami membuka diri untuk merasakan dingin dan aneka rasa lainya. Dilengkapi dengan candaan yang tak henti membuat kami tertawa. Menyusun rencana selanjutnya sambil menunggu masakan siap disantap. Dan selalu disisipi dengan lelucon yang kadang tidak lucu, but its oke..

Bisa jadi karena kami terlalu menikmati kebersamaan, hingga tidak terasa hari semakin siang dan hujan mulai turun. Kami menunggu hujan berhenti sambil bermain "tebak jempol", dan yang kalah harus menyanyi. Pas sekali yang kalah adalah Mas Irfan, dan kami memintanya untuk menyanyikan lagu Caiya- Norman Kamaru yang kebetulan sedikit banyak memilik kemiripan wajah. Dan ini mejadi salah satu bagian yang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal.

Pendakian ini kami lanjutkan setelah hujan sedikit reda, dari pos kokopan, menuju pondokan untuk bermalam lagi. Track masih sama, tanjakan terjal dengan bebatuan padat raya, sedikit licin. untuk mencapai pondokan, kami mengabiskan waktu 3 jam untuk akhirnya sampai di pondokan. Sepanjang jalan melewati hutan pinus berkabut tebal dan gerimis. Ini mejadi bagian ter'magis' dari pendakian ini..

Sampai di pondokan, saya dan Mas Ijef langsung mendirikan tenda. Kemudian sholat, lantas memasak untuk mengganjal perut dimalam ini, dan memaksa diri untuk tidur karena jam 2 harus sudah bangun untuk summit. Untuk bisa tidur, kami harus menahan diri untuk tertawa ulah lelucon anggota tim yang masih berkicau. Sekitar pukul 10 kami beristirahat, kemudian pukul 2 bangun dan bersiap-siap untuk menuju puncak. Setelah semua siap, kembali dengan Alfatiha kami kembali memulai perjalanan ini.

Dengan mengikuti rute dan petunjuk yang ada,kami perlahan menyusuri jalan. Saling mengingatkan, saling menjaga. Disini, saya belajar bagaimana kita hidup harus saling peduli dan saling mengingatkan. Karena manusia memiliki banyak tipe, ada yang harus dibantu untuk menyadari sebuah hal, dan ada yang sudah bisa menyadari dengan sendirinya..

Menyusuri perdu, rerumputan, ranting, sungai kecil pun bebatuan, kami terus berjalan hingga perlahan jingga mulai menampakan diri pada garis langit diatas sana. Ditengah perjalanan, kami mempersiapkan diri untuk melaksanakan sholat subuh. Sayup suara imam terdengar membuat subuh ini kian syandu, rasa rindu semakin  memburu.

Perlahan, kami sudah berada dipersimpangan antara Arjuna dan Welirang. Tujuan kami tetap sama, Arjuna:) Saya dan Mas Jef semakin tidak sabar. Langkah kami semakin dipercepat  bahkan kadang merangkak pun sedikit berlari. Menginjak akar sebagai pijakan, mulai menikmati pemandangan indah yang Tuhan ciptakan. Hutan hijau dengan keseragaman, awan-awan berkumpul berterbangan, Indonesia, ah! Dia memang yang terindah

Namun dipuncak pertama, saya dan Mas Jef mulai merasa bahwa banyak sekali fatamorgana disini. Puncak yang ternyata bukan puncak. Dan ini berulang kali terjadi. Hingga membuat kami menertawakan diri sendiri. Ternyata, masih ada puncak dibalik puncak. Melihat bendera merah putih diujung sana membuat kami tidak mau berhenti, bahkan semakin bersemangat. Semakin berlari, kami melewati bebatuan dibibir jurang untuk menuju puncak sejati gunung Arjuna. Semakin dekat, dan ya! Kami sampai pada titik 3339 mdpl tepat pada pukul 9, Alhamdulilah, lega,merdeka, istimewa. Sujud syukur untuk semua ini :)

Hal yang terindah dari setiap perjalanan adalah merasakan semua memiliki arti, mengerti apa itu perjuangan. Menikmati apa yang sudah Tuhan sugukan, yang mungkin tidak semua orang bisa melihatnya, karena hidup tidak lebih dari sekadar memberi dan menerima. Terima-kasih :)

Menyempatkan untuk menikmati pemandangan dari puncak beberapa saat, hingga akhirnya kami memutuskan untuk turun  dan kembali pulang. Perjalanan pulang lebih singkat, namun lebih menguji kesabaran. Karena kami harus kembali berspekulasi tentang jarak antas pos. Bahkan hal ini menjadi lelucon untuk kami yang mengatakan bahwa Arjuno memang Gunung yang paling bisa PHP-in pendaki.

Dengan segala perjuangan, akhirnya pendakian ini berakhir ketika semua anggota tim sampai di basecamp pukul 11 malam. Ditutup dengan aneka cerita dan makan malam dengan menu bebek bakar yang sedari diatas sudah direncanakan. Lantas beristirahat sambil menunggu pagi yang akhirnya datang.

Kembali, setiap ada pertemuan, maka pasti  ada perpisahan. Dan kami berpisah sekitar pukul 06.35. Tetap dengan aneka keceriaan dan rencana selanjutnya.

Agama, Passion, Hobby dan teman adalah hal- hal yang berkaitan langsung dengan kenyamanan, dan rasa nyaman itu tanpa perantara diolah oleh sepotong daging didalam sana yang dikemas dalam sebungkus kehidupan.

Terimakasih untuk,

Mba End, sudah bertahan dan menikmati aneka keluhan juga rasa sakitnya demi pendakian :)
Mas Ijef , sudah menemani saya dengan percepatan ritme meski membuat dirimu merasa dikerjai :D
Mas Irfan , sudah dengan sabarnya menemani Mba End :)
Mas Idon ,selalu membuat kami tertawa dengan aneka leluconya, dan terimakasih untuk cokelatnya :D
Aris, si bocah yang gak lagi ingusan yang 'menyegarkan' suasana pendakian :)

Terimakasih untuk perjalanan sederhana namun bermakna:)

Tosari,20 may 2013

Share this:

1 komentar :

sarjana agel mengatakan...

mana fotonya tante, pengen liat juga dong