(Anti) dot

Racun itu bernama kegagalan yang diracik oleh tangan dan kakinya sendiri lengkap dengan antidot bernama harapan. Keduanya selalu ada bersamaan, meski kadang kita tidak bisa menemukan antidot karena sudah terperangkap dengan racun itu sendiri.

***

Sebab hidup bukan hanya ada di perut pun tenggorokan, tetapi juga berada di kaki dan kepala. Sebab kita bukan pecundang yang hanya menggantungkan hari dengan tangan terbuka ke atas, melainkan dengan jemari mengangah.

***

Tiga kali terlambat dengan penyebab yang sama. Hari pertama, berangkat pukul lima pagi, membiarkan hujan menembus pori-pori jilbab, memilih rute yang dianggap akan lebih cepat,ternyata salah karena terjebak macet lebih dari lima jam. Hari pertama,terlambat.

Hari kedua, berangkat pukul lima pagi, masih membiarkan rintik hujan membasahi pakaian. Tetap dengan rute yang sama. Dan doa terkabul, jalan tol lebih lancar dibandingkan hari pertama. Namun saat mencari tempat, ternyata berulang kali salah. Akhirnya terlambat lagi.

Hari ketiga, mencoba rute baru. Berharap lebih cepat dan tidak terjebak macet. Tetapi kesenjangan masih disugukan hari itu. Air memenuhi jalan raya dan akhirnya macet tidak bisa dihindari. Bahkan lebih parah dibandingkan hari pertama dan kedua. Akhirnya tetap terjebak macet dan tetap terlambat.

***

Aku melihat ada banyak rasa tidak percaya pada Tuhan di dalam hati mu. Aku melihat,kamu hanya berpura - pura bersikap bahwa semua akan baik- baik saja. Tetapi kamu belum mempercayainya. Kamu hanya melakukan apa yang menurut mu itu sudah cukup. Kamu tidak berusaha lebih dan memperjuangkannya dengan usaha yang paling bisa kamu lakukan. Bahkan kamu dengan senyum sinis berpikir bahwa kamu begitu dibutuhkan. Secara tidak sadar, kamu sudah menanam bibit kesombongan.

Dan ketika kamu tidak mendapatkannya, maka disana kamu mulai menyusun penyesalan. Menjawab pertanyaan yang kamu ajukan untuk menyalahkan diri sendiri mengapa saat itu kamu hanya mengikuti arus dan hanya mencari alasan beralaskan keadaan. Ya, jelas kamu menanam kebodohan ditunas- tunas keangkuhan.

Aku melihat dengan jelas bahwa jiwa mu rapuh karena iman mu tidak cukup mampu untuk menahan diri supaya kesombongan tidak berada di dalam sana. Kamu gagal, pun aku.

Tetapi kita sama- sama melihat bahwa Tuhan selalu ada untuk mengulurkan tangannya, meraih kita dan kembali menuntun kita. Bahkan Tuhan tidak pernah menolak ketika kita ingin bersandar dan mendekapnya.

Kita terlalu sibuk menyalahkan diri sendiri dan keadaan atas semua kegagalan hingga kita tidak melihat bahwa selalu ada harapan menyetai kegagalan. Setiap terjatuh, kita selalu punya kesempatan untuk berdiri bagaimana pun caranya.

***

Sebab hidup bukan bagaimana cara mengalahkan orang lain, melainkan mengalahkan diri sendiri. Tersebab hidup tidak harus seperti orang lain, karena Tuhan sudah menuliskan cerita yang berbeda setiap kita. Tidak ada yang lebih perlu dibandingkan, karena penilaian tidak pada mata dan mulut kita, tetapi tunggal padaNya.

*Di tulis sambil mendengarkan lagu terbaru dari Bondan Prakoso " I Will Survive " :)

Share this:

0 komentar :