TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for Januari 2021

 Kemana berpulangnya setiap air mata? Adakah pelukan yang lebih pilu dari pelukan atas diri sendiri? Bagaimana dengan resah mu? Adakah ia terjawab dalam tiap tanya yang menyesaki dada mu? Kemana mereka berpulang? Sedang engkau sendiri tanpa teman tanpa tujuan? 


Apalah hidup hanya tentang asa? Bagaimana jika mati saja? Lelah menderu di setiap waktu. Angan terbang bersama sangkaan. Hidup tapi mati, hati dan logika tidak lagi berdalih pasti.


Kemana semua ini akan pulang? Ruang di hati sudah terlukai. Ingin mempersilahkan namun tak ingin terus menyakiti. Lelah, lelah, lelah. Bersama namun tak seirama. Seperti nada nada yang dipaksa meski jelas akan sumbang dan tidak enak didengar. 

Lalu kemana aku harus pulang? Di sana pilu di sini sendu. Aku hilang. 

 


Ih kok sempet sih? Anaknya pasti ga diurus deh makanya sempet bikin ini bikin itu. Bla bla bla

Bentar deh, gimana daripada nyinyir, mending tak sual churros aja mau ndak? 

Kebetulan pagi ini berniat bikin churros mengingat masih ada stok bahan bahannya. Tanpa banyak bengong, langsung deh dieksekusi. 

Bahannya beneran simple banget! 

12 sdm tepung terigu protein sedang

30 gram mentega

250 ml air matang

2 sdm gula 

1/2 sdt garam

1 butir telur


See? Pasti punya kan bahan bahan di atas. Terus udah cukup itu aja? Emm, bisa kamu tambahin untuk saus churros dengan saus cokelat atau dilumuri gula pasir yang halus dicampur dengan bubuk kayu manis. Untuk saus disesuaikan dengan selera aja. 

Kalau sudah siap bahan-bahannya, mari kita buat. Pertama, air dan mentega dididihkan dulu. Boleh diaduk boleh enggak, tuang gula dan garam, kalau sudah mendidih pastinya si mentega udah nyatu nih sama air, kedua tambahkan terigu secara bertahap. Aduk sampai semua menjadi satu adonan. Setelah yakin semua tercampur, angkat deh! 

Sisa telur yang belum dicampur, tunggu adonan jadi hangat dulu ya baru dicampur, supaya telurnya enggak jadi scrambled egg. Nah, sambil nunggu adonan agak dingin, siapin alat serut kue supaya churros nya berbentuk gerigi gitu. Kalau enggak punya, bisa pakai garpu tapi agak lebih ribet. Selain alat serut, siapin juga piping bag ya. 

Ketiga, jika adonan sudah tidak panas, campurin deh si telur. Aduk sampai rata dan adonan lebih creamy. 

Setelah itu dimasukin ke piping bag, serut sesuai ukuran yang kalian mau. Lalu digoreng dengan api yang sedang. 

Jadi deh, insyaAllah ini cemilan yang mudah tapi tetep enak. Selamaat mencoba! 


Stay at home, healthy and happy ❤️

Dulu, dulu sekali, tentu saja saat masih single, Saya pernah membatin dan berpikir bahwa perempuan-perempuan di sekitar saya ini kok ya berlebihan sekali. Gimana, gimana? 

Iya, dulu saya menganggap reaksi mereka ketika suaminya lembur, suaminya belum chat, suaminya belum ini dan itu, para istri ini kebanyakan akan marah, akan merajuk. Dulu, daya pikir mereka berlebihan. Tapi itu dulu, karena kini saya sudah menjadi seperti mereka! Maksudnya? Iya, jadi istri yang DDM (dikit dikit merajuk) 

Kenapa bisa begitu? 

Bucin? Oh tentu tidak, saya menolak dilabeli bucin. Entah kenapa saya tidak nyaman dengan istilah tersebut. Kesannya negatif. Lah terus? 

Iya, buat saya istri tetaplah istri. Sepandai pandainya cuek, akan ada waktu di mana semua yang ia skip skip, simpan simpan akan meledak duaaaaar. Lalu sang suami bingung dan bertanya “ sayang, salah ku apa?” Duaaaaaar, bom selanjutnya meledak. “Salah mu ketika kamu tidak tahu dan sadar apa salah mu” teriaknya dalam hati.

Emang ya, rumah tangga itu super lucu, penuh suka dan duka. Tapi semoga lebih banyak suka-nya ya! Kalau kebanyakan duka, ganti aja jadi rumah duka namanya. 

Jadi, sehari hari berperan sebagai istri sekaligus seorang ibu tentu ada banyak tantangan dan tuntutannya lho. Dan harus kita akui bahwa tidak semua hal tersebut dilalui dengan suka cita. Apalagi jika, jika bertepatan dengan WMMH. Apa itu? Waktu Mood Mamak Hancur. Kapan itu? Hanya Tuhan yang tahu. Jadi si suami dan anak bisa apa? Enggak ada, siapin diri aja semanis mungkin agar ketika tiba waktunya enggak ikutan hancur juga moodnya. Duh duh duh 

Emang segitunya ya? Sebagian besar begitu. Kalau enggak berarti ya belum aja. 

Jadi kita harus gimana? Enggak gimana gimana, setiap rumah tangga ada ceritanya. Setiap pasangan punya seni dalam menyelesaikan uneg-unegnya. Ada yang hobinya marah marah kalau nahan uneg kelamaan. Ada yang semakin marah ketika udah sampaikan uneg tapi malah dicuekin. Lebih marah lagi ketika sang suami tidak merasa bersalah dan bersikap seolah olah tidak memperjuangkan senyumnya istri. Ampuuuuun, sungguh perempuan itu sebegitu spesialnya yah. Pakai telur mah enggak cukup, kudu ditambah keju, cokelat, dan tiket travelling. Lol

Jadi, untuk para suami, mengertilah! Para istri tetaplah istri, perempuan nan lembut hatinya dan (kasar) ucapannya, perbanyak perhatian, doa dan kasih sayang. Niscaya lebih banyak senyum yang terbit dari wajahnya. Kalau belum juga, coba sesekali diajak dinner berdua, jangan lupa bawain bunga, bunga apapun selain bunga bank, rigba soalnya! 


Stay at home, healthy and happy ya! 

 


Sudah terdengar seperti judul sinetron belum? Hehe 

Pagi ini menjadi pagi yang super produtif karena bangun tidur ku terus bikin kue! Sebenarnya sudah sedari lama nyari resep yang mudah dipraktekan, akhirnya setelah menjelajah jendela dunia maya, dapat juga banyak resep yang akhirnya saya modifikasi. 

Buat kamu kamu yang suka nyemil, suka laper mata saat exploring instagram, suka ikutan ngiler saat liat acara makan makan, maka mari bersama sama belajar memasak. 

Ternyata, masak itu mudah. Semudah membalikan telor dadar supaya tetep utuh dan enggak tabur. Haha

Jadi, setelah beli keju, susu cair, memaksimalkan alat baking kakak sendiri, jadilah hari ini keluarga saya nyemil cheese cake ala saya. 

Bahan-bahannya itu dikit lho


Bahan 1

Susu cair 100ml

Keju parut 3/4 (sediaan 170 gram)

Mentega 1/4 (sediaan 200 gram) 

Tepung terigu protein sedang 8 sdm

Kuning telur 5 butir

Vanila essence 1/2 sdt


Bahan 2

Putih telur 5 butir

Gula pasir 10 sdm

Perasan jeruk nipis/lemon 1 sdm


Sedikit banget kan? Yep! Makanya saya pingin banget bikin ini. Udah gitu caranya juga mudah banget. 

Pertama, kita campur susu dan keju untuk membantu keju menjadi cair. Banyak yang langsung panasin di api kecil. Ada juga yang ditaruh direbusan air, baru dilelehin di atasnya. Kalau udah meleleh menjadi satu, masukin deh si margarinnya. 

Kedua, setelah meleleh, pastiin udah enggak panas ya sebelum masukin kuning telur biar ga jadi orek telur. Setelah itu campurin deh satu per satu sambil diaduk rata. 

Ketiga, campurin si tepung yang sudah diayak sambil diaduk rata. Jangan lupa si vanila dicampurin juga biar wangi. 

Nah, bahan 1 beres nih. Lanjut bahan 2

Keempat, siapin mixer ya. Putih telur dimixer dengan kekuatan yang cukup tinggi. Kalau powernya sampai 5, mixer aja dengan power 3-4. Kalau sudah mengembang yang ditandai banyak buih seperti di lautan. 

Kelima, tambahin si air lemon/jeruk nipis. Kemudian gula pasirnya perlahan lahan ya. Mixer terus sampai adonan agak kaku tapi jangan sampai sekaku kanebo ya. 

Terakhir, campur bahan 2 ke bahan 1 perlahan lahan. Aduk rata tapi pelan pelan aja ga perlu heboh. Kalau udah rata, tuang ke loyang. Bake deh sampai matang! 

Buat mempercantik, bisa siapin gula alus dan strawberry atau buah yang kamu suka. Jadi deh! Selamaaat nyemil yaa! 


Stay at home and happy ❤️

Orang bilang hal tersulit di dalam hidup adalah memaafkan. Bisa jadi tidak semua sepakat tentang itu. Tetapi kali ini saya bagian dari yang setuju akan statment tersebut. 

Saat masih kecil, bisa jadi saya belum begitu mengerti bagaimana cara memaafkan orang lain. Beranjak remaja hingga dewasa, saya mulai mengerti, meski ternyata saya tidak benar benar bisa melakukannya. 

Benar. Ini adalah sebuah pengakuan, di lubuk hati saya yang paling dalam, ada banyak daftar nama beserta perbuatan mereka terhadap saya, yang hingga tulisan ini ada, saya belum bisa melupakan apalagi memaafkan mereka. 

Benar. Saya tentu lelah dan menyadari bahwa saya harus mempertimbangkan kesehatan diri saya, karena dengan menyimpan rasa marah,benci, dendam, tidak baik untuk kesehatan saya. Tetapi saya tidak tahu bagaimana caranya bisa melepaskan itu semua. 

Pernah saya mencoba dan mengatakan bahwa saya sudah memaafkan si a si b dan si c, tetapi ketika saya mengkonfirmasi ke diri saya sendiri, rupanya belum juga saya mampu melakukan hal itu. Memaafkan. 

Kadang, dalam sepi, dalam hening, saya bisa merasakan rasa sakit yang mereka buat. Hingga kadang air mata mengalir begitu saja. Saya biarkan, berharap dengan begitu suatu saat saya akan berhasil memaafkan mereka dan perbuatan mereka. 

Ada banyak yang bilang “Tuhan saja maha pemaaf, mengapa kamu tidak?”. Sah-sah saja mereka mau berkata apa, sebab hal itu juga tidak kunjung membuat saya bisa memaafkan orang lain yang sudah bersikap tidak baik dengan saya. 

Bagaimana saya bisa memaafkan orang orang yang mengkhianati saya? Yang bersikap baik di depan saya namun di belakang saya menyakiti saya? Bagaimana saya bisa memaafkan orang orang yang telah memperdaya saya? Membuat saya seperti manusia yang dungu? Bagaimana saya bisa memaafkan orang orang yang membenci saya, tanpa mereka mengenal saya seperti apa? 

Tetapi meskipun begitu, suatu hari saya berharap bahwa saya bisa memaafkan mereka. Saya ingin hati saya lega, tidak lagi disesaki oleh perasaan yang seperti itu. Saya ingin hati saya tidak lagi sakit, saya ingin membebaskan hati saya kembali. Begitu lelah mencoba memaafkan mereka, begitu lelah. Terlebih lagi, tidak ada kata maaf yang mereka ujarkan. Mereka mencuci tangan setelah membuat hati saya terkoyak. Mereka balik kanan tanpa sepatah kata. Tanpa tahu bahwa saya tersakiti oleh mereka. 

Manusia, iya manusia. 
Kadang kita tidak sadar telah menyakiti hati sesama.
Tak paham bahwa ada yang berjuang memaafkan kita. 
Sebab tak mudah untuk hati benar benar rela disakiti.

Tulisan ini dibuat bukan karena stress melewati masa pandemi ini ya. Tetapi memang, kematian sudah biasa menjadi isu yang datang dan pergi di kepala ini. 


Menjadi seseorang yang kerap kehilangan harapan, kehilangan rasa percaya diri, tentu rasanya ingin mati saja. Sejak kapan ini saya rasakan? Sejak beberapa tahun terakhir. Ketika lelah dengan pekerjaan dan impian impian hidup, yang kadang membuat saya terlalu keras pada diri sendiri. 


Dan isu kematian kembali hadir di hari hari saya, akhir akhir ini. Saya kerap menangis memikirkan anak saya jika saya mati. Saya tak sanggup membayangkan hari-harinya tanpa saya. 


Dengan begitu, saya berusaha untuk tetap hidup. Meski dengan hati yang sakit, meski dengan jiwa yang layu. 


Jika ada yang bertanya ada apa dengan diri saya? Maka kalian boleh membuat jawabannya sendiri. Kalian boleh berasumsi bahwa saya jauh dari Tuhan, saya kurang bersyukur, dan lainnya. Tentu saya izinkan kalian berasumsi apapun. 


Yang pasti, saya hidup dengan perasaan kecewa, saya hidup dengan hati yang dipenuhi dengan harapan kosong, rasa sakit yang berasal dari innerchild, rasa tidak berdaya dari masa masa terendah hidup saya, rasa sakit dicampakan, rasa sakit dikhianati dan lainnya. 


Ada banyak manusia yang hidup dengan perasaan seperti itu. Tentu bukan saya sendiri. Tetapi bisa jadi, orang lain bisa berdamai, bisa menerima. Namun mungkin berbeda dengan saya. 


Saya masih hidup dengan “merawat” semuanya meski kini kehidupan saya sudah berbeda. Tetapi diri saya tidak jauh berbeda, saya terus merasakan simpanan emosi datang silih berganti sesuai dengan apa yang terjadi di hari hari saya dengan tokoh yang kini ada. 


Satu yang saya syukuri saat ini, kehadiran buah hati tentu menjadi kekuatan tersendiri. Ia membuat hidup saya lebih terasa berarti. Membuat saya tidak ingin mati dulu, membuat saya ingin berusaha, termasuk berusaha bahagia, sebab saya ingin membersamainya dengan bahagia. 


Merasa dicintai membuat saya bisa menjalani hidup dengan baik. Beranggapan bahwa ia membutuhkan saya membuat saya bersemangat. Hingga akhirnya saya menyadari satu hal, salah satu obat yang saya temukan di kehidupan kini adalah rasa dicintai. Saya tentu berharap rasa cinta seorang anak akan terus bisa saya rasakan hingga akhirnya saya benar benar mati. 


Kadang saya merasa harapan saya ini salah. Sebab suatu hari akan datang masa di mana anak saya akan memiliki dunia sendiri. Saya khawatir akan membebaninya. Maka saya berusaha agar tidak membebaninya begitu banyak, saya hanya ingin ia bahagia dengan hidupnya, lalu saya akan mati dengan bahagia pula. 


Merasa dicintai memang perasaan yang positif dan menguatkan. Sebaliknya, merasa tidak dicintai, diabaikan, memang perasaan yang merusak diri. Semoga siapapun kamu yang membaca, berusaha untuk mencintai orang orang terpenting di dalam hidup kamu dengan tulus, dengan sepenuh hati. Sebab kita tidak pernah tahu bagaimana kondisi hatinya yang sebenar benarnya. 

Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ▼  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ▼  Januari ( 6 )
      • Pulang
      • Churros ala Manda
      • Karena Istri Tetaplah Istri
      • My First Cheese Cake
      • Hal Tersulit
      • Tentang Kematian
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ►  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes