Dear, (Ini anak anda,kan?)

Ram, Aku mau bercerita lagi. Menulis ini dengan semangat yang berapi-api. 

Semalam keluar semua kalimat-kalimat penegasan," Ini anak Bapak, kan? Keadaanya seperti ini mau dibawa pulang? Ini masalah nyawa Pak! tolong jangan dianggap remeh ".

Tegang luar biasa. Bagaimana tidak, Ram!  Sedang bermasak-ria menyiapkan untuk berbuka puasa tetiba ada bidan desa datang meminta bantuan karena ada bayi lahir prematur dengan berat yang hanya genap 1000 gram. 

Ram, kamu tahu sendiri kan aku sedang dimana? sebuah desa pada ketinggian 1700 mdpl, dengan puskesmas yang seadanya. Bahkan abocath ( jarum yang digunakan untuk menjembatani antara infus dengan pembuluh darah ) untuk bayi pun tidak ada, bagaimana mau memberi obat untuk bayi mungil itu. Bayangkan Ram! Sementara Bapak sang bayi pun keluarganya menolak untuk di rujuk!

Aku berusaha tetap tenang ketika menjelaskan berulang kali mengenai kondisi bayinya mengapa harus dirujuk. Sementara kedua rekan masih berusaha untuk tetap memasangkan infus agar sang bayi mendapatkan nutrisi. Bayi itu lahir dengan berat badan sangat rendah,Ram. Nyawanya terancam. Tidak main- main resikonya. Yang harus disyukuri adalah kami terbantu dalam menjaga suhu atau kehangatan bayi karena dipuskesmas sudah tersedia inkubator. Tapi itu belum cukup. Bayi mungil itu harus mendapatkan perawatan yang sangat istimewa, Ram..

Aku berulang menjelaskan kepada keluarga dan meminta untuk dipertimbangkan  agar keluarga setuju bayinya dirujuk. Bapak sang bayi menolak dirujuk karena alasan tidak ada biaya dan tidak ada yang menunggu.Tuhan, lihat anak- anak belia yang entah bagaimana caranya begitu mantap untuk membangun rumah tangga. Konon Ram, Bapak dan Ibu bayi ini baru satu bulan menikah. Tetiba hari ini lahirlah bayi mungil itu kedunia tanpa bantuan Bidan. Akhirnya apa? Perdarahan terjadi, Ram! Jika perdarahan sudah terjadi saja! Keluarga baru sibuk memanggil Bidan. Mereka pikir dukun bisa menangani perdarahan? Jika bisa,jika dukun bayi sehebat itu, maka aku pengsiun saja sebagai Bidan! Akan aku ajukan sekalian ke Pemerintah untuk menutup Jurusan  Kebidanan. Buka saja sekolah perdukunan. Keterlaluan! ini sudah keterlaluan. Ini masalah nyawa Ram. Bukan sekadar barang atau mesin yang jika rusak bisa diganti.

Sebenarnya aku tidak memusuhi dukun bayi, Tidak! Bidan berteman baik dengan mereka. Sudah banyak dukun bayi yang mau bekerjasama dengan Bidan. Dengan memanggil Bidan ketika ada warganya yang mau melahirkan. Dukun bisa diajarkan untuk merawat bayi ketika sudah lahir, itu pun dengan instruksi yang benar. Semua bisa dikondisikan, tetapi sayangnya! Pada kenyataannya, masyarakat kita masih belum bisa memilah milih dan mempertimbangkan keputusan yang mereka ambil. Dan mbah dukun tidak mungkin menolak panggilan, mboten saget..

Aku berharap semua Bidan tidak bosan untuk selalu menegaskan dan selalu menekankan agar semua Ibu hamil dan yang akan melahirkan harus di Bidan itu ya untuk itu, Ram. Untuk mengantisipasi hal- hal yang membahayakan Ibu dan Bayi. Aku dari awal kehamilan semua klien, selalu memberitahu tanda- tanda bahaya pada kehamilan ; lengkap dengan hal- hal pribadi yang harus mereka ketahui. Sudah aku bilang " Sperma itu mengandung hormon prostaglandin yang bisa memicu timbulnya kontraksi dan membuat bayi lahir sebelum waktunya "  Itu salah satu rambu-rambu yang selalu aku beritahu kepada semua klien tanpa memandang usia kehamilan. Agar apa? agar mereka bisa berhati -hati dan memperhitungkan segala hal untuk keberlangsungan kehamilannya.

Pemerintah sudah dengan baik memperhatikan warganya, setidaknya pelayanan untuk kesehatan primer sudah gratis loh! Apalagi masalahnya? Periksa ke Puskesmas sudah gratis, melahirkan di Puskesmas gratis, setiap desa ada Pustu juga ada yang polindes. Kadang ada yang beralasan bahwa Bidan desanya tidak ada ditempat, Nah loh! Itu juga gak bener yang begitu. Ketika Bidan desa memutuskan untuk meninggalkan tempat prakteknya dalam waktu lama pun sebentar harus mengetahui juga apakah ada klien dengan taksiran partus dalam waktu dekat. Sehingga hal - hal tersebut pun bisa dikondisikan.

Kamu masih inget kan Ram, apa itu Pustu dan Polindes? Nih aku ingatkan! Pustu itu puskesmas pembantu sementara polindes itu pondok bersalin desa. Kurang apa lagi coba?  Setiap bulan Bidan desa dan kader posyandu pasti selalu berkeliling ke dusun- dusun. Selalu beritahu agar lahir di Bidan, periksa hamil di Bidan, Jangan lupa Imunisasi anaknya, menjelaskan bahwa imunisasi itu tidak bahaya dan tidak membuat sakit, menjelaskan juga bahwa mie instan itu tidak baik untuk pertumbuhan anak, apalagi ketika menjelaskan tentang ASI eksklusif. Sudah sampai berbusa menjelaskan hal itu, tetap saja bayi baru lahir sudah dikasih makan pisang yang dilembutkan! 

Ah Ram,  Aku akui, inilah tantangan terbesar dari pekerjaan. Membiasakan untuk berbuat yang benar. Bukan membenarkan yang biasa. Ini memang tidak mudah. Dan ini juga hanya bagian kecil dari sekelumit masalah di dalam hidup. Membuat perubahan perilaku bukan saja membuthkan waktu yang tak terhingga, tetapi juga kesabaran tanpa batas. Tidak ada kata menyerah, Ram! Dont be a pussy

Itu sebabnya, kami selalu mengatakan pada remaja, kita tidak bisa melarang orang untuk menikah pun melakukan aktifitas seksual. Tetapi setidaknya mereka harus mengetahui bahwa semua ada pertanggungjawabnya. Ketika masih usia sekolah SMP- SMA, pusatkan dahulu dengan tanggungjawab sebagai pelajar. Aku yakin Ram, kamu juga pasti yakin, Bahwa tidak ada orang tua yang tidak menginginkan anaknya memiliki masa depan lebih baik. Dan salah satunya adalah dengan kita kejam pada diri sendiri untuk menahan segala gejolak agar sekolah kita berlanjut hingga mencapai kesetaraan.

Siapa sih yang tidak ingin menikah, berkeluarga dan mempunyai anak? Aku pikir tidak ada. Tetapi semua itu membutuhkan perencanaan yang matang. Kelak, tidak ada masalah kesehatan yang terjadi karena ' spontanitas' . Berbeda kondisi jika hal itu terjadi diluar apa yang sudah disiapkan, itu sudah menjadi urusan Tuhan.

Ram, aku nampak tua dan menyebalkan ya? Ohya, Si bayi mungil pada akhirnya berhasil untuk dirujuk ditengah malam. Tetapi sayang, keputusan terlampau alot hingga pada akhirnya kabar yang kami dapatkan dari rekan dokter yang semalam merujuk bahwa bayinya meninggal dalam perjalanan. Innalilahiwainnaillahirojiun

Share this:

0 komentar :