Dear,( Percaya )

Ram

Hari ini aku begitu semangat mengetik surat teruntuk kamu. Tadi pagi, saat sedang membersihkan lantai, tetiba aku teringat tentang salah satu permainan yang aku dapat saat menjalani karantina. 

Permainan itu nampak sederhana. Kami berbaris di depan ruangan lantai 2, sebagian ada yang ditutup matanya, sebagian ada yang menjadi instruktur untuk membimbing. Lantas ditutup mata kami dengan kain penutup berwarna hitam. Erat sekali,supaya tidak nampak apa-apa.

Kemudian kami diminta untuk mendengarkan petunjuk dari instruktur. Petunjuk yang pertama adalah diminta untuk mendengar. Kemudian diminta untuk berpegangan pada bahu teman yang ada dibaris depan. Selanjutnya kami diminta berjalan sesuai dengan arahan. 

Selangkah, dua langkah masih lancar. Tiba saat jalur selanjutnya berupa tangga, lupa ada berapa jumlah anak tangga. Yang pasti terdapat dua kali liku. Kami tetap tenang, bahkan kami masih bercanda dan tertawa. Sesekali salah pijakan dan hampir terjatuh. Dalam hal ini, kami harus seirama satu langkah. Tidak ada yang boleh mendahului atau mengutamakan ego. Karena tangan harus berada dipundak teman. begitu seterusnya sampai menuju tempat pemberhentian.

Kami berhasil melewati tangga, Ram! Kami berhasil. Tetapi permainan ini belum selesai, karena kami masih harus berjalan menuju kantin. Ya, kami tetap berjalan dengan mata tertutup juga tangan dipundak teman. Satu per satu langkah kami melaju. Menuruni anak tangga, melewati parit, melewati tanjakan, kemudian menaiki tangga, sampai pada akhirnya kami semua sampai di depan kantin tanpa ada tangan yang terlepas dari pundak.

Ram, dalam permainan itu yang kami andalkan hanya rasa percaya. Percaya pada Tuhan bahwa Tuhan tidak pernah mencelakakan, percaya pada panitia bahwa mereka tidak akan membuat permainan yang berbahaya, percaya pada teman bahwa akan saling membantu, percaya pada diri sendiri pasti mampu.

Lihat Ram,betapa sederhananya suatu masalah ketika kita yakin pada Tuhan. Kita hanya cukup yakin, bahwa Tuhan tidak pernah keliru. Takdir tidak pernah salah. Setiap kejadian tidak ada yang kebetulan. Semua sudah direncanakan dengan rapih, semua sudah tertulis.

Kita hanya cukup satu, Ram, cukup mendengar apa yang Tuhan bilang. Jangan pernah mendahului Tuhan dalam perkara apapun. Tuhan mengetahui sedang kita tidak.

Ram,mungkin terdengar aneh ya ketika aku menjadi seperti ini? Karna mungkin yang kamu lihat bahwa aku hanya gadis yang terlalu keras, moody dan egois. Ya, itu memang aku dalam ketidaksempurnaan. Aku hanya meminta satu hal, jangan bosan ya Ram, untuk membaca surat- surat ini. Aku hanya berusaha untuk belajar. Dari apapun itu.

Share this:

0 komentar :