Kilometer Itu Bernama, Kamu.

Sejatinya kita tengah berjalan, bergerak mengitari bumi. Mencari sesuatu yang mungkin kita sendiri tidak yakin dengan hal tersebut. Mimpi, cita-cita, harapan, kenyamanan, dan apapun kita menyebutnya. Masing-masing kita tengah menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak pernah kita pahami dengan sungguh, bisa jadi kita hanya sekadar berpura-pura memahami.

Berawal dari berpura-pura bahwa kita paham akan membawa kita pada satu titik pemahaman, kita semakin belajar, semakin mencari, semakin berusaha untuk melepaskan jubah ketidakpahaman yang kemudian membuat kita mendapatkan pelajaran darinya. Tidak ada yang benar-benar benar dari dunia ini. Perjalanan tetap memberikan kita dua makna, dua sudut pandang, dua sisi; kiri dan kanan. 

Kini aku berjalan menuju titik yang sama dengan yang ( mungkin ) kamu tuju. Aku memulainya dari barat dan kamu memulainya dari timur. Kemudian kita bertemu di satu titik yang sama dekat sama jauh.

Kilometer itu bernama kamu.

Ini bukan perkara berapa kali kamu pun aku singgah di tempat yang lain. Tetapi ini tentang perjalanan kita akan berhenti di mana. Tempat kita kembali pulang usai perjalanan panjang. Tempat di mana kita tidak perlu menjadi orang lain, tempat di mana segala amarah; kecewa; harapan; bahagia; air mata bisa tercurah begitu saja. Tempat di mana kamu dan aku bisa kembali jalan bersama dengan arah dan langkah yang seirama. 

Kilometer itu bernama kamu.
Sekali lagi aku ingin mengatakan. Tidak peduli seberapa kali kamu singgah ditempat lain, sebab kamu mengetahui kemana kamu harus pulang.  

Seperti perjalanan, tak berlangsung sepanjang waktu. Tetap ada interval didalamnya. Karena jarak antara bayang dan kita hanya sebatas mata.



Share this:

0 komentar :