Saya Tidak (Mau) Gila
Karena hidup terlalu banyak rasa, terlalu banyak harapan, terlalu banyak impian, terlalu antusias, terlalu berambisi, hasilnya jadilah seperti ini. Tidak heran jika di negara Jepang, Korea, India dan banyak negara lainnya memiliki angka kejadian bunuh diri sangat tinggi. Mengapa? Banyak sekali alasannya.
Tidak hanya karena himpitan ekonomi, kemiskinan, meski rata-rata paling banyak memang disebabkan oleh hal tersebut. Terlahir dari keluarga miskin, lingkungan miskin, tidak bisa sekolah, tidak tahu akan makan apa, melakukan tindakan kriminal, berujung pada penjara atau depresi berat akhirnya bunuh diri.
Selain itu juga karena pola asuh dan pergaulan yang tidak terkontrol, patah hati, banyak remaja puteri yang kemudian hamil, tidak tahu harus melakukan apa, malu, tidak berani mengatakan kepada keluarga, laki-laki yang menghamili cuci tangan lalu pergi tanpa dosa, meninggalkan ia lengkap dengan penderitaanya, lalu terbawa pada kondisi di mana ia tidak mampu melakukan apa-apa dan merasa tidak memiliki harapan lagi, dan akhirnya jalan yang dipilih dengan bunuh diri.
Saya harus mengakui bahwa hidup memang sangat tidak mudah. Terlebih dari bagi orang yang memiliki kepribadian seperti saya, perfeksionis, berambisi dan selalu memikirkan banyak hal dengan detail dan seriuse. Tipe kepribadian seperti ini tentu saja sangat mudah depresi, sangat rentan terhadap stress, tidak bisa cuek dan santai seperti di pantai. Apalagi jika belum memiliki coping stress atau bahasa sederhananya adalah cara mengalihkan atau menyalurkan stress. Bisa jadi salah satu penyabab banyaknya kejadian bunuh diri adalah karena seseorang sudah tidak mampu mengelola tekanan yang terlalu kuat di dalam diri. Sebab tekanan ini bukan main sangat menganggu dan sangat melemahkan diri.
Saya pernah mengalami depresi yang berkepanjangan beberapa waktu yang lalu. Penyebabnya tentu saja bukan karena hal-hal sepele, tetapi ini perkara besar dan menyangkut kehidupan saya. Sebagai tenaga kesehatan, saya cukup peduli dan cukup menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan saya, khususnya dengan mood (suasana hati) saya. Dalam satu bulan, saya bisa mengalami mood swings hampir 25 kali. Artinya hampir setiap hari.Perubahan suasana hati saya bisa dipicu dengan hal yang sangat kecil, contohnya rekan kerja terlambat, mitra kerja mengubah jadwal seenaknya, menelpon orang rumah tidak diangkat, dan lain-lain.
Menyadari bahwa hal tersebut tidak baik bagi saya dan orang lain, saya mencoba menganalisa kesehatan mental saya. Saya mencoba melakukan bipolar test secara online berulang kali, hasilnya negative, kemudian saya berdiskusi dengan sahabat saya yang sarjana psikologi, dan ia menyarankan saya untuk memeriksakan diri jika sudah merasa sangat terganggu dengan perubahan mood atau emosi yang sering lepas kontrol. Kemudian saya mencari psikolog yang berada di tempat saya berdomisili, membuat janji lalu bertemu.
Lebih dari satu jam kami berbincang, mulai dari memperkenalkan diri hingga bercerita tentang banyak hal, tentang banyak perasaan yang mungkin selama ini hanya Tuhan dan hati yang mengetahui. Saya bercerita hingga dengan nafas yang berat, hingga air mata mengalir, hingga semua perasaan tumpah ruah. Lalu psikolog saya memberikan hasil, Alhamdulilah mental saya tidak sakit, prognosisnya masih bagus, bahkan sangat baik ketika saya menyadari bahwa ada tekanan yang tidak sehat di dalam diri dan saya mencari bantuan untuk itu.
Saya sangat bersyukur dengan proses ini karena kemudian membantu saya untuk mentreatment diri sendiri dengan tepat. Kesehatan jiwa, kesehatan mental memang sangat amat penting dan perlu di jaga, sebab tanda dan gejalanya tidak mudah untuk dideteksi seperti penyakit pada fisik.
Itu sebabnya kita disarankan untuk memiliki teman bicara, teman berbagi, agar tidak memendam segala sesuatu seorang diri. Karena memang setiap orang miliki keterbatasan, termasuk dalam mengelola emosi dan mengelola masalah.
Saya sangat bersyukur mendapati bahwa saya tidak gila dan tidak mau gila. Salah satu pesan psikolog saya adalah biarkan diri untuk marah pada saat memang seharusnya marah, jangan ditahan terlalu sering. Ungkapkan ketidaksukaan jika memang tidak suka, jangan terlalu sering menahan perasaan-perasaan negatif. Tidak ada manusia yang sempurna, jadi tidak perlu menuntut dan membuat semuanya sempurna. Kamu oke, kamu bisa, dan kamu layak untuk mendapatkan kebahagiaan dan reward untuk diri kamu sendiri.
Because perfectionism will kill you slowly
Because perfectionism will kill you slowly
Well, yuk sehat lahir dan batin !
0 komentar :
Posting Komentar