Sekapur Sirih diPenghujung Tugas
Seperti inilah cara kami sebagai
pemuda mengambil bagian untuk mengabdi pada negeri terlepas dari (si)
apa yang berada dibelakang kami.Satu hal yang pasti, Merah Putih tidak
akan terganti!
Waktu tidak pernah menunggu, dengan itu jangan banyak berdiam diri
Waktu tidak pernah tergesa- gesa, maka tidak perlu terburu-buru
***
Pencerah Nusantara Angkatan 1, masih diberikan belasan hari untuk menikmati kidung didesa
Tengger. Setelah hampir satu tahun berada di desa ini dengan segala
pernak-pernik kehidupan yang dengan hati terbuka kami terima.
Perjalanan
yang sulit tidak pernah terasa sulit sedari awal, karena kami telah
mempersiapkan kondisi terburuk yang akan kami terima dalam gerakan ini. Niat baik akan berbanding lurus dengan proses pun hasil..
Kami
memang belum melakukan banyak hal dengan sempurna, tetapi mimpi dan
harapan yang kami bagi pada anak-anak di Tengger adalah tanaman yang
suatu saat kami yakin, mereka akan menjadi bibit unggul yang dapat
melahirkan generasi yang unggul.
Saya selalu mengatakan kepada mereka pun pada diri sendiri bahwa " Dunia tidak hanya memiliki satu sisi, Apapun yang ada di dunia selalu berpasangan. Jika ada tawa, maka ada tangis. Jika ada kebaikan, maka ada kejahatan, dan seperti itulah hidup mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam menjalaninya " Hal ini saya sampaikan supaya mereka mempersiapkan diri pun hati untuk menerima segala "perbedaan" antara harapan dan kenyataan. Karena kekecewaan akan selalu ada ketika harapan kita gantungkan pada sesama.
***
Masalah
kesehatan tidak ubahnya seperti luka yang membusuk karena penyakit gula
yang tidak diobati dengan benar. Kita hanya mengatasi bagaimana luka
itu bisa mengering dan sembuh, tetapi tidak mengobati supaya penyakit
gula itu sembuh dengan sempurna. Terlalu banyak alasan yang kita jadikan
sebagai pembenaran, menghabiskan banyak waktu dan percobaan hanya untuk
mencari perhatian. Padahal sederhana saja untuk membuat semuanya
perlahan lenyap. Dengan Pendidikan, adalah salah satu jalan keluar yang
tepat meski tidak cepat.
Anak
muda hanya membutuhkan media pendukung untuk mereka bisa mengenyam
pendidikan yang tak terhingga. Tidak perlu dibuat pusing dengan
mengganti konsep belajar sesering mungkin terlebih lagi dengan
menggunakan dana berjumlah besar. Bagaimana jika dana-dana tersebut
dialokasikan untuk anak-anak pemburu beasiswa dan pemburu ilmu? bukankah
jauh lebih bermanfaat? Memang tidak mengubah angka yang dicari, tetapi
untuk masa depan bersama, bukan begitu? (ah, mungkin saya yang salah.)
***
Kami,
Pencerah Nusantara selama mengabdi 1 tahun tidak menghabiskan waktu
kami untuk mengobati orang sakit saja, atau hanya membantu melahirkan
saja. Tetapi kami berjalan bersama, untuk membuat saudara kami di
Tengger untuk tetap sehat, supaya melahirkan anak yang sehat sempurna,
dengan membagi ilmu yang tidak pernah bosan kami sampaikan kepada mereka
apa bahaya dan bagaimana cara agar mereka bisa menjaga kesehatan diri
mereka. Sebagian besar mereka memang hanya mengenyam pendidikan sekolah
dasar, tetapi bukan masalah. Mereka adalah masyarakat yang hebat.
Menerima kami dengan tangan, hati, dan pintu rumah yang terbuka.
Bagaimana tidak kami begitu semangat untuk menjadi " sales" di profesi
kami.
Pendekatan
dengan kearifan lokal menjadi alat yang kami gunakan untuk masuk ke
dalam masyarakat Tengger. Membuat kami tidak dipandang sebagai orang
kota yang membawa " ke-sok-tahuan", melainkan dianggap sebagai sanak
saudara yang membawa penyegaran, pembaharuan. Seperti itulah kami
akhirnya, menyebarluaskan misi kami, membuat mereka merasa memiliki
tugas untuk bersama menjaga kesehatan.
***
Pak, Bu!Betapa kita, orang kota 'terlalu pintar' dalam membuat kebijakan atau program untuk anak desa pun masyarakat desa tanpa kita benar-benar mengetahui apa yang mereka butuhkan. Benar! kita punya tugas masing- masing. Mungkin, Bapak-Ibu disana tidak mendapatkan pesan yang sebenarnya dari antek-antek yang ditugaskan entah apapun alasannya. Yang pasti, banyak sekali dipelosok negeri anak muda yang ingin menjadi "Agent of Changes" diberbagai bidang yang sudah menyiapkan semangat, tetapi membutuhkan "peluru" dan "pasukan" untuk bisa menjalankan misi mereka.Pak, IbuIndonesia merdeka setelah ratusan tahun dijajah, dan saat ini kita hanya membutuhkan keberanian dan kematangan konsep untuk kembali merdeka. Bukan lagi melawan menir, tetapi pribumi yang tengah menghancurkan bangsanya hanya karena rupiah dan keserakahannya sendiri.
Tidakkah begitu?***
Ah, rasanya
lebih tenang menjadi bagian dari anak-anak Tengger. Yang tidak perlu
pusing ketika rupiah semakin merosot,ketika angka kematian Ibu dan Bayi
meningkat,ketika kemiskinan semakin ekstrim, ketika penyakit akut bernama korupsi semakin merata penyebarannya,
ketika negara terombang-ambing oleh issue ini itu, ketika narkoba-miras
menjadi pilihan banyak generasi untuk membuat masalah tidak
terasa,ketika kesenjangan sosial menjadi pembeda.
Ya! kadang berada ditempat ini membuat kami jauh lebih tenang. Sayangnya, semua hanya sementara. Kami tetap harus menyampaikan realita ini, dekat dengan realita namun jauh dari sistem.
***
Pengabdian
kami mungkin mengecewakan karena selama 1 Tahun tidak mampu membuat
angka-angka itu berubah. Maafkanlah kami yang tidak seberapa ini, karena
kekecewaan akan terus ada ketika kita hanya menginginkan tujuan kita
tercapai tanpa mempertimbangkan prosesnya.
Beberapa
belas hari lagi, kami akan kembali menjadi pribadi masing-masing dan
tetap mengabdi dengan cara masing-masing. Tetap berbagi dengan konsep
masing-masing. Tetapi percayalah! dengan harapan dan mimpi yang
sama,akan ada sebuah perubahan menjadi lebih baik, jika tidak hari ini,
masih bisa kita usahakan esok, jika tidak esok, mungkin lusa. Kesempatan
dan harapan pasti ada untuk kita yang selalu berusaha dan
mengusahakannya.
Pencerah Nusantara hanya sebagian kecil dari kita yang menginginkan perubahan ke arah yang jauh lebih baik dan lebih bermanfaat.
Salam Semangat dari saya,
Bidan Fe
0 komentar :
Posting Komentar