Tinggal

Seperti jarum jam yang tidak mengenal kata berhenti kecuali terjadi masalah pada baterai atau mesin. Ia terus berjalan sesuai ritme dan aturan, tidak pernah berusaha mempercepat atau memperlambat. Ia bergerak sesuai porosnya.

Tidak beda dengan kendaraan yang lalu lalang di jalanan Ibukota. Mereka melaju dengan kecepatan yang berbeda-beda, sesuai dengan tujuan masing-masing dari mereka. Aku hampir tiap saat mau tidak mau menyaksikan kedua pemandangan ini, meski jauh di alam pikir sedang bekerja dengan hal yang lain. 

Sesekali aku menikmati dahan pohon yang digerakan oleh angin, sesekali aku terkikih melihat gambar-gambar yang berada di newsfeed instagram, dan beberapa kali aku harus memejamkan mata dan menggerakan tubuh agar bisa lebih rileks. Semakin hari semakin tidak mengerti atas keinginan diri, terlalu berambisi dengan kesempurnaan, meski aku tahu itu sebuah kemustahilan. 

Ambisi yang serupa akan hubungan  dengan seseorang yang dahulu seolah menjadi pusat segala perhatian, yang pada akhirnya hanya memperluas luka. Sebab ia datang lalu pergi, datang kembali sebelum akhirnya memutuskan pergi selamanya. 

***

Pagi ini aku menghabiskan segelas kopi asli Lampung, konon kopi kesukaan dari Bapak, sembari berharap tidak akan memicu penyakit klasik, ditemani beberapa potong pisang goreng yang tidak perlu menunggu hitungan jam sudah lenyap.

Bahagia. Sejak dahulu selalu berupaya mendefinisikan dan mengurai salah satu emosi yang selalu diinginkan oleh setiap makhluk. Beragam cara ditempuh hanya untuk merasakannya. Begitu berharga emosi yang satu ini rupanya.

Sama persis seperti apa yang aku alami. Jatuh bangun mencari kebahagiaan, hingga beralih jalan agar bisa membangunnya sendiri, namun masih belum berhasil hingga menggantungkannya pada yang lain, baik benda hidup pun yang mati. Berganti-ganti cara beribadah, keluar masuk tempat ibadah, menghabiskan banyak teori tentang bagaimana mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Hingga akhirnya menyadari, aku hanya membuang waktu mencari satu hal yang keberadaanya sangat dekat dengan diri.

Perjalanan panjang itu kini membawa aku pada hari di mana aku akan menghabiskan waktu menciptakan kebahagiaan itu di sini. 

Share this:

0 komentar :