Traffic Light

Kenapa judul tulisannya bahasa Inggris? Biar simple aja. 

***

Pagi ini sebelum mengerjakan pekerjaan kantor, seperti biasa saya datang lebih awal untuk mereview pekerjaan saya sebelumnya. Hingga saya menemukan tulisan di buku catatan saya, tulisan berbahasa Inggris yang pernah saya tulis saat saya di pesawat. 

" When life like a traffic light, I just can wait the lights will change without efforts to change it"

Sepotong kalimat yang saya kutip dari catatan empat lembar yang berisi tentang isi hati saya akhir-akhir ini. Sebuah pemaknaan yang sederhana namun sangat -iya di hati saya. 

Banyak dari kita yang saat ini mundur dari panggung sandiwara dan memilih hidup di belakang layar. Hidup dengan apa adanya, semangat yang disesuaikan juga impian-impian yang jauh lebih realistis. Semakin hari kita semakin lelah dengan tuntutan-tuntutan yang tak bertuan, tuntutan yang hadir bukan karena rasa tanggungjawab melainkan hasil dari perbandingan dengan kehidupan orang lain. Nyatanya, semua itu semu dan membuat kita lelah mengejar bayangan diri sendiri. 

Saya menyadari bahwa kehidupan saat ini menjadi amat berbeda, ada banyak nilai yang dianggap sudah tidak sesuai, ada budaya-budaya yang sudah semakin berkembang mengikuti jaman, tetapi ada juga yang tidak hilang dan berubah yaitu waktu. Sedari abad sebelum Masehi hingga saat ini, waktu masih 24 jam, 1 jam masih 60 menit, 1 menit masih 60 detik. Saya paham benar bahwa waktu ini memiliki batasan, ia sangat terbatas. Maka dengan sadar saya ingin sekali menggunakannya dengan maksimal. 

Meski keinginan ini kadang membuat saya seperti mengejar bayangan saya sendiri. Pernah suatu hari saya merasa kehilangan tenaga hingga membuat saya hanya bisa terbaring di tempat tidur, tidak sakit hanya ya seperti kehabisan tenaga. Dan pada waktu yang bersamaan, saya menyadari bahwa dalam satu pekan saya tidak beristirahat dengan baik. Padahal jika diingat lagi, pekerjaan saya hanya menghabiskan waktu 8 hingga 10 jam per hari, sisa 16 jam saya berada di rumah dengan aktivitas sederhana. Jika tidak menulis, membaca buku, ya menghabiskan waktu di depan laptop dan handphone. Dengan rutinitas seperti itu, saya merasa waktu yang saya gunakan masih belum maksimal, masih belum bermanfaat secara optimal. 

Dengan begitu saya berusaha untuk menggunakan waktu saya dengan lebih baik lagi. Dengan melibatkan diri pada komunitas sosial, dengan berolahraga, dengan berlatih bahasa dan berbincang secara virtual dengan keluarga. Tapi pertanyaan yang ada dipikiran saya "Apakah sudah lebih bermanfaat?"

Saya hanya tidak ingin hidup hanya menunggu kapan ia akan berubah, seperti kutipan dari catatan saya. Saya ingin melakukan banyak hal untuk membuat kehidupan saya berubah menjadi lebih bermanfaat, tentu harus bertindak, harus bergerak, tidak bisa menunggu, tidak bisa hanya menanti waktu bergerak. Maka untuk bisa memanfaatkan waktu dengan maksimal dan sebaik mungkin, saya memilih untuk mengambil tantangan dalam pekerjaan, mempelajari banyak hal, menuntut ilmu, dan menemukan peluang-peluang menebar manfaat lainnya. 

Bisa jadi tidak hanya saya yang menginginkan hidup yang lebih bermanfaat lagi, dan tentu saja tidak hanya saya yang ingin disayang Tuhan lalu masuk surga. Tetapi sebelum jauh ke sana, saya hanya ingin menjadi seseorang yang tidak menyia-nyiakan waktu, karena kita paham sekali bahwa waktu ada limitnya. Setiap kita memiliki limit yang berbeda, sehingga tidak adil jika harus ada perbandingan antara kita. Dan memang tidak perlu membuang waktu untuk membandingi hal yang tidak bisa dibandingkan. 

Saya berharap kita semua bisa mengisi waktu luang dengan baik, tidak harus dengan menulis, bisa dengan berdoa, bisa dengan mengerjakan hal-hal kecil namun bermakna.

Share this:

0 komentar :