14 Days Overland in NTT ( Interval menuju Ende)
Merasa cukup dengan keindahan Maumere-Sikka-Larantuka-Lembata, maka tujuan selanjutnya adalah Ende. Sejak saya mulai adiksi akan travelling, Ende merupakan salah satu titik tujuan saya. Selain Danau Kelimutu yang terkenal sampai manca negara, tentu saja saya sangat penasaran dengan kain tenun dan aneka ragam budaya di sana. Sttt, ini menjadi rahasia kita saja ya, diam-diam saya berencana untuk jatuh cinta dengan kain-kainnya :D
Siang itu jelas sekali saya sangat mengejar waktu. Ketika kapal yang membawa saya dari Lembata menyandar di pelabuhan Larantuka, tidak ada cela untuk membuang waktu. Dengan berjalan cepat saya langsung mencari bus menuju Maumere, sayangnya hari paska sudah tiba. Tidak ada bus yang ngetem (angkutan yang sedang berhenti menunggu penumpang) di sekitar pelabuhan, sehingga mau tidak mau saya harus naik angkot terlebih dahulu untuk mendapatkan bus.
Tidak terlalu jauh ternyata, karena sekitar 2 kilo di depan sana, banyak bus yang begitu bersemangat mendapatkan penumpang. Saat itu ada sedikit masalah kecil, masalah yang biasa terjadi di dunia perangkutan : perebutan penumpang. Saat itu juga, "taring" saya mau tidak mau harus keluar. Ketika mereka memperebutkan saya, tanpa rasa takut bahkan sedikit berteriak saya mengatakan " Saya ini mengejar waktu, sebelum jam 4 saya harus sampai di Maumere! Saya dari pelabuhan ke sini sendiri tanpa bantuan siapapun termasuk pak supir bus di depan, jadi hak saya mau memilih bus yang mana yang lebih dahulu akan jalan. Kalau bapak-bapak masih ribut juga, sini saya bayar dua-duanya!" Ups! sangarnya keluar kan :D Salah satu yang tidak saya sukai dari travelling kali ini ya ini salah satunya, saya harus berurusan dengan supir-supir yang "kelaparan" dan egois sekali. Tapi semua menjadi beres setelah saya berhenti berbicara dan langsung naik ke bus yang sudah siap berangkat! bye!
Gosh! sebagai penumpang yang sudah menciptakan suasana yang cukup heroik saya sadar diri dong, di dalam bus saya tidak lagi berhak memilih tempat duduk, alhasil saya mendapatkan kursi tengah di bangku paling belakang. Saya sudah bingung sendiri membayangkan kegagalan saya nanti saat mengambil gambar sepanjang perjalanan.
Perjalanan Larantuka-Maumere bukan perjalanan yang membosankan. Sebab, di sebelah kiri saya, sepanjang jalan selama 4 jam, saya disugukan dengan laut! laut yang hijau kebiruan, mangrove bersisian, batu karang, perbukitan, ah! saya semacam menyesal menggunakan bus, seharusnya saya sewa motor saja supaya lebih mudah untuk berhenti di mana pun tempat yang saya suka :D
Setengah perjalanan bus berhenti di satu rumah makan padang di daerah Boru, kecamatan Wulangitang. Rumah makan padang yang menurut saya menunya tidak biasa, sebab apapun makannya selalu dilengkapi dengan satu mangkuk kuah ikan. Saat melihat pelayan menghidangkan saya sempat membatin, ini kobokan ( air untuk cuci tangan) atau? melihat raut wajah bingung saya, seorang bapak dihadapan saya memberitahu bahwa itu kuah ikan. Seketika kami tertawa terbahak-bahak.
Masih dalam perjalanan, di sisi kiri saya yakni hamparan laut, terdapat kampung Konga, kecamatan Larantuka, ia merupakan kampung penghasil mutiara letaknya tepat di bawah perbukitan. Informasi ini saya dapatkan dari seorang penumpang yang berdomisili di Lembata dan akan berlibur bersama keluarganya di Maumere. Ia bercerita banyak tentang Lembata, Larantuka, dan pulau Flores tentunya. Teman perjalanan yang menyenangkan menuju Maumere.
Setelah melewati jalan berliku selama empat jam, sampai juga akhirnya di Maumere. Saya sudah membuat janji dengan seorang teman lama untuk menghabiskan weekend kami bersama menuju Ende dan berakhir di Labuan Bajo.
0 komentar :
Posting Komentar