TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for Agustus 2013



" Hamparan daisy masih memenuhi pandangan,itu artinya kita tengah berada di Juni | Oh tidak hanya pada Juni, Sayang! kita bisa bertemu dengannya pada juli,agustus juga september.."


Ribuan kaki jarak yang kita jejakan pada setiap perjalanan. Hanya berdua,membayar lunas semua penantian yang pernah ada." Kita hanya punya waktu delapan bulan dari sekarang" ucap mu tujuh bulan yang lalu setelah kita menerima kabar bahwa mulai ada kehidupan didalam rahimku. Itu artinya kita hanya memiliki waktu satu bulan untuk menikmati perjalanan berdua, sebelum (si) apa yang kita nanti hadir menemani kita, pada perjalanan berikutnya.

" Anak kita pasti juga menikmati wangi dari bunga daisy ini. Semoga saja, saat daisy merekah indah, anak kita sudah bisa menikmati warna warni daisy, entah pada Juni, Juli pun bulan berikutnya "

" Kamu tahu, mengapa kita menutup perjalanan kita di tahun ini dengan menikmati keindahan daisy ?"

Aku menggelengkan kepala, sedikit tersenyum menebak jawaban mu.
" Karena daisy, adalah bunga dengan keistimewaan tersendiri. Bunga yang tetap indah meski pun berada di musim kemarau.Bahkan puncak keindahanya bertepatan dengan periode pancaroba. Dari daisy kita bisa belajar, bahwa bertahan untuk tetap indah itu adalah pilihan yang bisa diwujudkan."

***

Nak, kamu mendengar rangkaian kalimat ayah mu baru saja? ia begitu bijak,hampir setiap waktu :) Semua hal yang tidak baik selalu bisa diolah oleh sudut pandangnya supaya tetap menjadi sajian yang baik. Nak, Ibu rasa, setengah dari hati ayah mu adalah milik malaikat.

" Karena daisy itu Ayah mu,Nak. Dan kemarau adalah Ibu :) "


Aku menggambar masa tua yang sempurna.Lengkap dengan kamar berjendela kaca,sehingga setiap pagi aku akan dibangunkan oleh sinarnya maha dewa.Menikmati kelembutan udara yang membawa kesegaran disetiap tarikan nafas.

Mendapati seorang lelaki yang separuh usianya dihabiskan bersama untuk mendaki gunung, mencapai puncak tertinggi, mengarungi lautan melihat terumbu karang, berlari kecil dijalanan sepi dengan hamparan ilalang berwarna kekuningan,menghabiskan malam diatap rumah pada pertengahan bulan demi mengabadikan purnama,menyiram melati,anggrek dan teman-temannya dipagi yang cerah, memberi makan kucing-kucing kampung kesayangan. ah,masa tua...

***

Kita sudah melewati begitu banyak jalan cerita, yang akhirnya membawa kita pada satu masa dimana hanya ada ketenangan dan kenyamanan.Pudar sudah semangat membara berisi ambisi masa muda. Tenggelam pula matahari yang membuat peluh kita berwujud nyata.

Tidak ada yang mudah dan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini..

***
Aku menggambar masa tua lengkap dengan anak-cucu. Anak yang tumbuh dalam kedewasaan dan didikan alam.Membuat mereka kuat,setidaknya mereka tidak menyerah begitu saja pada hidup. Karna aku,tidak pernah benar-benar menjadi dinding untuk mereka bersandar,melainkan aku jadikan diriku sebagai permukaan agar mereka bisa melombat lebih tinggi dengan pijakan yang memang mumpuni.

Anak-anak yang tidak sama sekali aku warisi harta,melainkan aku jejali mereka dengan kesempatan untuk banyak belajar dari masalah pun dari kebahagiaan.Aku jejali mereka supaya mereka menyadari bahwa aku tidak punya cukup waktu untuk menyuapi mereka sambil bermain-main ditaman. Karena waktu tidak pernah menunggu,yang tertinggal harus mampu berlari lebih jauh dari yang lain. Aku khawatir! anak-anak tidak sekuat itu untuk berlari, karenanya aku jejali mereka setiap waktu dengan aneka pelajaran hidup.Hingga di minggu pagi, aku mengajak mereka untuk berlari. Mengelilingi pantai dari ujung ke ujung. Mereka terengah-engah, mungkin karena belum terbiasa. Seperti pertama kali mereka mampu makan dengan cepat, seperti diburu waktu! memang, karena belum saatnya mereka menjadi penikmat.

Setelah mereka mampu berlari, anak- anak tidak lagi aku jejali dalam hari. Mereka sudah terlatih untuk makan dengan cepat, berlari dengan kecepatan yang seimbang. Anak- anak sudah siap untuk "pergi" dan aku sudah siap untuk "melepaskan". Kelak mereka akan menjadi buah jatuh yang tidak jauh dari pohonnya,kecuali pohon itu berada ditepi pantai,ombak bisa saja membawanya pergi jauh.Pun ketika pohon itu berada di puncak gunung,angin dan gravitasi bisa saja membawanya jauh menuju lereng. Tetapi sejatinya, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya

***

Pagi dengan ribuan sinar berisi kehangatan mentari pagi.Masih berada dikamar yang sama.Dikelilingi kaca-kaca tertutup kain putih berbahan sutra melengkapi kesyahduan hari.Masih lengkap dengan seorang lelaki dengan senyum simpul sederhana.Lelaki dengan hati bersih yang membawa aku dari keputusasaan menjadi seorang kaya akan harapan. Lelaki lembut yang meluruskan segala sisi bengkok aku,perempuan.

***
Aku menggambarkan masa tua didalam doa-doa masa muda. Aku menabungnya dari hari ke hari, tidak pernah lupa. Selalu berbagi apa saja yang bisa dibagi tanpa harus merasa rugi. Aku melakukan apapun yang bisa membuat orang lain merasa ada. Karna aku juga pernah melakukan kesalahan-kesalah di bumi. Membuat mata orang lain menahan air, membuat goresan luka dihati orang lain. Aku pernah menabung rasa bersalah pada orang lain. Aku mencicil untuk menebus semua itu, sedikit demi sedikit, sampai tanda-tanda masa akan datang.

***
Aku menggambar masa tua dengan warna- warna yang ku dapat pada masa lalu. Memaafkan diri sendiri dan melupakan apa-apa yang perlu dilupakan.

 Aku,kamu, kita terlahir tanpa bisa memilih,apapun! 
Aku,kamu, kita akan berakhir pun tanpa bisa memilih!





Tidak pernah saya lihat, kemegahan merah putih berkibar di setiap rumah meskipun tidak dalam nuansa kemerdekaan.

Sampai pada tulisan ini saya terbitkan di 'ruang' pribadi ini, perlombaan dalam memperingati hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia tengah berlansung. Semangat nasionalisme yang terbungkus di dalam acara- acara perlombaan sederhana tetap saja memperlihatkan betapa masyarakat ingin turut serta dalam memeriahkan ulang tahun negaranya.

Di Tengger, saya bisa menikmati semangat anak bangsa yang begitu bangga dengan lambang garuda dan merah putihnya. Sangat terasa saat malam pengukuhan dimana putera-puteri terpilih menjadi pasukan pengibar bendera di kecamatan Tosari, dengan gagah mencium bendera dan berjanji untuk melanjutkan perjuangan sesuai masa. Mereka menangis karena bangga, menghormati perjuangan Pahlawan Bangsa, semangat membakar rasa,Berkibarlah Merah Putih di Indonesia Raya...

Rangkaian acara disini menggiring saya pada sebuah mimpi untuk Ibu Pertiwi. Mimpi yang tidak pernah saya pudarkan cahayanya, mimpi saya untuk bersama mereka membuat anak-anak tidak lagi menghabiskan waktu hanya untuk menjadi kuli,pesuruh dan sejenisnya. Mimpi yang mungkin juga menjadi mimpi banyak orang diluar sana, yang ingin anak Indonesia bisa mengenyam pendidikan yang sama, mimpi yang membuat anak Indonesia tidak lagi terbagi oleh kelas- kelas yang kita ciptakan sendiri. Mimpi yang menjadikan anak-anak kita sebagai Guru Teladan untuk diri mereka sendiri. Selama hayat masih dikandung badan, mimpi itu akan sama-sama kita perjuangankan..

ah ya, mimpi itu masih dirajut dengan usaha-usaha kecil yang mungkin tak nampak oleh mata.


Selamat ulang Tahun Indonesia,
Akan kami tunaikan janji kemerdekaan
Dengan cara yang beradab dan bermartabat
Teruntuk Indonesia,Bumi dengan keragaman warna



Tengger, 17 Agustus 2013



Awan itu selalu nampak lebih tinggi dimana pun aku berdiri, pun ketika aku berada didalam GA B737 800 melaju didalamnya. Terasa turbrulensi berulang kali setiap melaju didalam awan. Aku tidak panik, namun menikmatinya. Meluaskan pandangan keluar, merekam cepat bagaimana terbang menabrak awan yang keberadaannya selalu membuat aku merasa ingin menggapainya.

***
Turbrulensi itu juga terasa didalam sini,meski belum mengepakan sayap hanya sampai diujung landasan. Pesawat Kuning yang membawa sebuah harapan untuk bisa mendapatkan status sebagai mahasiswa ditahun ini harus menunda penerbangan. Bukan karena badai, bukan karena gangguan satelit, tetapi karena ada pesawat dengan muatan lain yang harus lebih dahulu terbang.

Pesawat dengan muatan apakah yang harus lebih dahulu terbang? Seperti itulah kiranya pertanyaan yang ada didalam benak pilot pesawat kuning. Ia hanya mampu bertanya didalam hati, karena sudah menjadi aturan agar tidak bertanya apapun pada pemberi perintah.

"Ya, mungkin pesawat dengan suatu muatan yang lebih penting sehingga harus didahulukan " guman sang pilot dalam hati "

Kata mereka, sekarang sedang musim kemarau. Terlihat dari dedaunan menguning kecokelatan, rerumputan mati layu, air sedingin es dan bintang menguasai malam. Dan suara anjing semakin panjang bernyanyi dimalam hari.

Debu kian ringan diterpa angin. Bau tanah kering-gersang melekat resap kedalam sepasang sarung tangan. Tumpukan sampah tidak lagi basah, sisa embun semakin ditelan sinar. Sepertinya benar yang mereka katakan, sekarang musim kemarau.

***

Kata mereka, Puncak gunung itu dekat seperti kita dengan Jantung. Yang degupnya terdengar juga terasa. Puncak gunung itu memang bukan akhir dan pendakian, tetapi ia titik balik dalam pendakian. Dan jantung, ia bukan yang utama dalam tubuh kita, tetapi jantung merupakan tempat kehidupan kita bersirkulasi, saling memberi tempat, tempat untuk saling menghidupkan dan memberi. Kehidupan yang kotor akan memiliki tempat dijantung kemudian diganti dengan kehidupan yang bersih. 

Ini yang mereka sebut sebagai titik balik, Puncak Gunung dan Jantung, ia serupa meski tak sama. Untuk kedua kali, apa yang mereka katakan benar adanya.

***
Kini mereka enggan berkata, mereka tidak lagi berkata, namun meminta, aku diminta untuk memahami dan belajar dengan indra,satu, dua, tiga, sampai enam pun. Meminta aku supaya tidak banyak berpangku tangan seperti anak gadis yang ditinggal kerbau, namun harus seperti anak kelinci yang tidak pernah berhenti untuk mencari- apapun- yang ada dibenaknya. 

***

Mereka memulainya dengan berkata, lantas meminta, kemudian melepaskan. Melepaskan aku agar aku mampu berjalan tanpa bantuan, agar aku bisa berlari tanpa banyak mencaci, dan aku bisa terbang tanpa takut akan terjatuh lagi.




Setiap kita pasti pernah berjalan didalam sebuah lorong dengan kegelapan nun panjang yang memang kita pilih dengan atau tidak menyadari untuk dijalani. Hanya menggandakan penglihatan yang mungkin tak seberapa. Tanpa raba tanpa jabat tangan. Karna kedua tangan sibuk menghitung siapa dan apa yang sudah menjadi anak tangga hingga kita sampai pada titik tertinggi dalam bejana dosa. (Mungkin) ini menjadi perjalanan terberat bagi (si) apa yang tidak mampu memijakan kaki pada sebenarnya bumi.

***
Dosa, siapa dan apa itu dosa? yang ku tahu, aku kerap bersamanya. Karna aku masih ingkar janji pada Tuhan. Aku masih sering mengunyah makanan sambil berjalan, aku masih sering menggerutu orang lain meski tak ada suara, aku masih mengendapkan rasa untuk seseorang yang (mungkin) bukan aku, aku sering berkompromi dengan setan untuk berpura-pura tidak berdosa.

Dan mungkin ini yang terbesar, hari dimana diri dalam sekejap memutuskan bersahabat dengan setan. Melupakan semua tentang Tuhan hanya untuk yang sesaat dalam kenistaan. Menikmati kepura-puraan seorang terhadap sebuah janji. Janji yang mungkin hanya berdasarkan lidah tanpa tulang. Mengingatnya seperti mengeluarkan nyawa dari raga. Tidak ada kalimat yang diminta selain pengampunan. Begitulah sesal yang datang ketika semua menjadi tiada.

***
Dalam gelap, diri menjadi satu-satunya pembawa terang. Setidaknya jauh didalam sana, masih tersimpan sisi dari hati yang berlumur dosa yakni harapan. Ia yang menuntun langkah untuk terus berjalan, hingga hitam perlahan memudar.

***
Aku memang si tamak | yang berburu dosa | meski tahu tentang neraka | mungkin aku (tidak ) dengan benar mengetahuinya | atau memang aku tengah Tuhan uji | dengan atau tanpa lorong ini | mungkin juga Tuhan tengah memberi satu pelajaran terbesar dalam hidup | supaya tidak lagi pernah melupakan Tuhan dalam dan dengan apapun | Tuhan hanya ingin memberi satu pelajaran | Dan aku tidak bisa ingkar
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
 

Pagi ini kami diberi kesempatan oleh Tuhan untuk belajar mengingat hakikat kita sebagai manusia. Dan berasal dari tanah dan akan kembali ke asal..

Kematian itu dekat, lekat dan tak bersuara

Ia bisa datang kapan saja dan dengan cara yang mungkin tak sama. Sebuah kepastian yang akan datang pada semua yang hidup.

Di dalam Alquran Allah sudah menyampaikan tentang hal ini, saya mengutipnya (kembali) tidak lebih dari sekadar ingin mengingatkan diri sendiri juga orang lain.Mungkin dengan membaca ayat-ayat Allah kita semakin diyakinan tentang kematian yang cepat atau lambat akan menemui kita, semua.

028. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan
 

180. Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

145. Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

185. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.


002. Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).

122. Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.

035. "tidak ada kematian selain kematian di dunia ini. Dan kami sekali-kali tidak akan dibangkitkan,


Al Waaqi’ah:

060. Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali, tidak dapat dikalahkan,


Al Jumu’ah:

007. Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim.

008. Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".


Al Munaafiquun:

010. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"

011. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.


Al Haaqqah:

027. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.


Yunus:

049. Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfa`atan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan (nya).


Al Hijr:

099. dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).


As Sajdah:

011. Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.


Muhammad:

020. Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka.

027. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat (maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka?


Al Anbiyaa’:

034. Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?

035. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.


Al Mu’minuun:

015. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.


Al Ankabuut:

057. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.


Az Zumar:

030. Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).

042. Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.


Innalilahi wa innailaihi rojiun..

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Sejatinya kita mengerti tentang kematian, hanya saja kita terlampau terlena dengan dunia, dengan kehidupan yang memang hanya sementara. Allahu, semoga kita selalu Allah bersamai untuk terus mempersiapkan diri bertemu denganNya. 


Bukankah seharusnya kamu berbahagia? bukan sembunyi dengan tumpukan air mata?

***
Aku begitu dekat dengannya seperti pembatas buku dengan halaman terakhir, tidak pernah terhalang oleh apapun, pun oleh lembar kosong.

Aku begitu menyita waktu tidurnya, meski sering ia mengatakan bahwa ia masih terjaga dengan segelas robusta tanpa gula yang menjadi sahabat baiknya. Ia sering menghabiskan waktu hanya untuk sepasang kesukaannya. Robusta dan gadis itu. Dan aku, berada diantara keduanya.

Aku tidak pernah bertanya mengapa ia memilih untuk menjadi pecandu dan tidak pernah dengan sungguh memiliki, hanya mampu menjadi penikmat dengan batas rasa. Ia hanya menjadikan dirinya sebagai bayangan yang hanya nampak pada malam lantas menghilang pada waktunya. Katanya, Menjadi pecandu bukanlah pilihan, namun aturan dari nasib yang menggariskan. Kadang kamu memang sungguh rumit,sungguh!

***

Bukankah kamu yang menyulam pertemuan itu dengan kedua tangan mu? Lantas mengapa kamu membiarkan sulaman itu tersimpan begitu saja?

Ada macam rupa hati didunia ini.Tanpa bisa kita terka pun bertanya. Rupa dengan segala rahasia. Ia kotak dengan kebisuan dan sunyi yang paripurna.

Masih tertahan air mata diujung kelopak? Sampai kapan kamu akan menahannya? Sudah! Biarkan ia jatuh bersama kebahagiaan mereka. Kamu hanya pagar yang ada ditepi jalan. Jangan pernah bermimpi pagar akan ada diruang makan!

***
Aroma robusta aku biarkan menguasai udara kamar, menyatu dan meninggalkan jejak. Kemarin, aku masih tergila-gila dengan aroma cengkeh basah. Aku juga pernah begitu menyukai aroma baju mu. Bau tubuh bercampur parfum kegemaran mu. Tetapi kata "pernah" membuat aku saat ini sudah tak lagi mengingatnya. Apalagi nomor handphone mu, senyum, ataupun rayuan mu. Kata "pernah" hanya menandakan bahwa waktu sempat berpihak pada kenangan yang membawa kita pada satu kenyataan.

Kamu sesederhana robusta, mencerminkan bahwa ketradisionalan dirimu yang membuat aku tidak sanggup untuk membiarkan ada yang mencampuri atau hanya sekadar menjadi penghias, Cappucino sekalipun. Karna kamu akan tetap menjadi istimewa hanya dengan kesederhanaan.









 Dialog antara saya dengan dokter spesialis syaraf saat terakhir check up 

Dokter  : Nak Fe apa kabar? Apa nih  yang dikeluhin sekarang?
Saya    : Biasa dok, sakit kepalanya belum reda-reda tiga bulan terakhir.

 Dokter nampak membaca rekam medis saya kemudian meminta saya untuk ke meja periksa. Dengan izin, dokter mulai menekan titik-titik syaraf dari kepala hingga wajah dengan selalu menanyakan respon nyeri ketika ia periksa. Lengkap dengan uji senyum apakah masih simetris atau tidak.


Dokter  : Kamu belum berkeluarga kan? kamu masih muda loh. Vertigo yang kamu derita pun masih gejala. Bisa dicegah supaya tidak berlanjut. ( saya menyimak). Kamu gak saya kasih obat-obatan lagi ya. Kamu cukup atasi dengan 2 R, kamu cuma butuh itu kok.
Saya : Apa dok 2R?
Dokter : Rekreasi dan Rileks. Kamu terlalu banyak menyimpan pikiran. Belum ada teman untuk berbagi? Percayai sahabat atau keluarga kamu.Supaya kamu gak stress sendiri.

 ***

Dialog antara saya dengan sorang teman

Saya     : Kenapa  ya saya terlalu seriuse ? semua dipikirin.
Teman  : Emang kenapa? gak ada masalah dong ya?
Saya    : Masalah banget! Karna pada akhirnya penyakit lama kambuh
Teman : Penyakit?
Saya   : Iya.Kepala saya ini gak pernah berhenti sakit.Bedanya cuma ditingkatan      nyerinya aja.Kata okter sih gejala vertigo kalau pas sakit banget.
Teman : Makanya, kamukan gak hidup sendiri. Jadi apa yang ada di benak kamu, dibagi lah yang memang pantas untuk dibagi. Minimal kamu bisa cerita dengan Tuhan deh kalau pun kamu gak bisa cerita dengan siapapun.
 ***
Why (I'm) too serious?

Saya dengan sadar mengakui bahwa saya salah satu orang yang terlalu 'berat' dalam menanggapi suatu hal- apapun itu. Bahkan tidak jarang  saya nampak kaku. Oh men! Padahal saya ini sangat suka bercana, tertawa dan hal- hal lucu lainnya. Tetapi disamping itu, saya memang orang yang dengan tamak memikirkan banyak hal dari yang sangat tidak penting hingga yang sangat amat penting. 

Apa hal ini dipengaruhi oleh buku yang dibaca? lawan bicara? topik yang dibicarakan? sudut pandang saat menanggapi? atau apa? Entahlah! Yang saya tahu, saya masih bertanya-tanya why im too serious?

Hingga seorang teman berkata " Semoga pasangan kamu nanti adalah seseorang yang memiliki tingkat humoris jauh lebih daripada kamu.Supaya kamu selalu terhibur "

Mungkin ada benarnya. Terbayangkan seperti apa jika saya berdampingan dengan seorang yang sama-sama terlalu serious merespon umpan dari kehidupan. hihihi :D



( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu ketergantungan, dan hasil yang menunggalkan tujuan



Kita membiarkan apa saja berjalan dengan ritmenya. Pun kita dengan langkah teratur juga hening. Membiarkan daun kuning jatuh diantara sekelebat memori yang membuat kita tersadar bahwa kita sedang melangkah. Terus melewati trotoar berlumut sampai pada ujung tangga yang sesak dengan debu dan plastik bekas.

***

Ia begitu sendu, langit diatas sana yang mulai menjatuhkan rintik. Aku sedikit bertanya, mengapa hujan selalu turun meski tidak ada yang meminta? apakah hujan tahu bahwa banyak yang menghardiknya? meski tidak bisa dipungkiri banyak juga yang memujinya. 


Lantas bagaimana dengan aku? aku pecandu hujan. Aku selalu merasa damai ketika aku bertemu dengannya, karna aku layak api yang dipadamkan olehnya. Sering aku merindunya lebih dari sekadar merindukan seorang yang pernah ada.  

 ***

Langkah sesaat terhenti karena kita aku sedang berada didalam gerbong kereta khusus perempuan. Gerbong ini mencerminakan betapa perempuan lebih dihargai, saat ini. Perempuan memiliki tempat yang layak didalam lingkaran sosial. Aku menyukai tempat yang memperlihatkan kehomogenan. Aku bisa menikmat aneka ekspresi dengan nuansa kebebasan kaum ku. Melihat seorang ibu yang dengan leluasa menyusui anaknya. Melihat anak remaja yang tengah tumbuh dewasa dengan kalimat-kalimat telephonenya. Mengamati para wanita karier dengan blazer andalan dan pantopel kesayangan yang warnanya kian meredup. Didalam gerbong ini aku bisa menyadur aneka rupa dari kaum ku sendiri.

***

Aku menikmati langkah yang belum berarah seperti hujan yang turun tanpa memberi kabar juga seperti cara aku menikmati kado kecil dari sang tuan untuk kaum ku lebih mudah dalam 'berjalan'. Aku menikmati apa saja yang tertera dihadapan, meski kadang juga menerka sedikit tentang rasa takut akan hari esok.

Mempertanyakan kapan hujan kembali turun, kapan aku bisa berada di gerbong kereta khusus perempuan, dan masih seragam pertanyaan yang membuat aku semakin ingin melangkah meski belum berarah.

Satu atau dua mungkin juga tiga atau sampai angka selanjutnya, aku percaya aku akan tetap menikmati perjalanan yang sesungguhnya sudah terpetakan olehNya. Hanya saja aku (masih) berpura-pura lugu seolah tidak mengetahui apa dan siapa.

***

Hujan kembali memulangkan rintiknya satu demi satu tepat diatas kemeja berwarna abu yang menjadi salah satu favoritku. Membuat kacamata menjadi berembun kemudian bermandikan buliran. Aku teramat menyukai saat- saat ini. Membiarkan segala rasa meluap berpadu dengan aroma daun, tanah dan kedamaian. Memejamkan mata berusaha menyempurnakan kekhusyukan menikmati hujan.

***

Hujan tidak mampu menyelinap kedalam kenangan | Ia hanya bisa mendekap dari luar sebelum meninggalkan uap pada ruang | Seperti biasa, seperti kita memaknai sebuah kepergian | Karna cepat atau lambat waktu akan tetap melepas topeng | Hujan tidak akan pernah mampu menyelinap pada permukaan yang sempurna rata | Karna hujan adalah wujud dari kedamaian dan kesetiaan | Setiap kita akan kembali | Kepada (siapa) pemiliknya
Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ▼  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ▼  Agustus ( 10 )
      • Daisy
      • (Menggambar) Masa Tua
      • Selamat Ulang Tahun,Indonesia
      • Turbulensi (Hati)
      • Kata (Mereka)
      • (Apa ) itu Dosa ! (?)
      • Ke-(Mati)-an
      • Robusta
      • Why (I'm ) Too Serious (?)
      • ( Karna ) Hujan
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes