(Menggambar) Masa Tua

Aku menggambar masa tua yang sempurna.Lengkap dengan kamar berjendela kaca,sehingga setiap pagi aku akan dibangunkan oleh sinarnya maha dewa.Menikmati kelembutan udara yang membawa kesegaran disetiap tarikan nafas.

Mendapati seorang lelaki yang separuh usianya dihabiskan bersama untuk mendaki gunung, mencapai puncak tertinggi, mengarungi lautan melihat terumbu karang, berlari kecil dijalanan sepi dengan hamparan ilalang berwarna kekuningan,menghabiskan malam diatap rumah pada pertengahan bulan demi mengabadikan purnama,menyiram melati,anggrek dan teman-temannya dipagi yang cerah, memberi makan kucing-kucing kampung kesayangan. ah,masa tua...

***

Kita sudah melewati begitu banyak jalan cerita, yang akhirnya membawa kita pada satu masa dimana hanya ada ketenangan dan kenyamanan.Pudar sudah semangat membara berisi ambisi masa muda. Tenggelam pula matahari yang membuat peluh kita berwujud nyata.

Tidak ada yang mudah dan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini..

***
Aku menggambar masa tua lengkap dengan anak-cucu. Anak yang tumbuh dalam kedewasaan dan didikan alam.Membuat mereka kuat,setidaknya mereka tidak menyerah begitu saja pada hidup. Karna aku,tidak pernah benar-benar menjadi dinding untuk mereka bersandar,melainkan aku jadikan diriku sebagai permukaan agar mereka bisa melombat lebih tinggi dengan pijakan yang memang mumpuni.

Anak-anak yang tidak sama sekali aku warisi harta,melainkan aku jejali mereka dengan kesempatan untuk banyak belajar dari masalah pun dari kebahagiaan.Aku jejali mereka supaya mereka menyadari bahwa aku tidak punya cukup waktu untuk menyuapi mereka sambil bermain-main ditaman. Karena waktu tidak pernah menunggu,yang tertinggal harus mampu berlari lebih jauh dari yang lain. Aku khawatir! anak-anak tidak sekuat itu untuk berlari, karenanya aku jejali mereka setiap waktu dengan aneka pelajaran hidup.Hingga di minggu pagi, aku mengajak mereka untuk berlari. Mengelilingi pantai dari ujung ke ujung. Mereka terengah-engah, mungkin karena belum terbiasa. Seperti pertama kali mereka mampu makan dengan cepat, seperti diburu waktu! memang, karena belum saatnya mereka menjadi penikmat.

Setelah mereka mampu berlari, anak- anak tidak lagi aku jejali dalam hari. Mereka sudah terlatih untuk makan dengan cepat, berlari dengan kecepatan yang seimbang. Anak- anak sudah siap untuk "pergi" dan aku sudah siap untuk "melepaskan". Kelak mereka akan menjadi buah jatuh yang tidak jauh dari pohonnya,kecuali pohon itu berada ditepi pantai,ombak bisa saja membawanya pergi jauh.Pun ketika pohon itu berada di puncak gunung,angin dan gravitasi bisa saja membawanya jauh menuju lereng. Tetapi sejatinya, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya

***

Pagi dengan ribuan sinar berisi kehangatan mentari pagi.Masih berada dikamar yang sama.Dikelilingi kaca-kaca tertutup kain putih berbahan sutra melengkapi kesyahduan hari.Masih lengkap dengan seorang lelaki dengan senyum simpul sederhana.Lelaki dengan hati bersih yang membawa aku dari keputusasaan menjadi seorang kaya akan harapan. Lelaki lembut yang meluruskan segala sisi bengkok aku,perempuan.

***
Aku menggambarkan masa tua didalam doa-doa masa muda. Aku menabungnya dari hari ke hari, tidak pernah lupa. Selalu berbagi apa saja yang bisa dibagi tanpa harus merasa rugi. Aku melakukan apapun yang bisa membuat orang lain merasa ada. Karna aku juga pernah melakukan kesalahan-kesalah di bumi. Membuat mata orang lain menahan air, membuat goresan luka dihati orang lain. Aku pernah menabung rasa bersalah pada orang lain. Aku mencicil untuk menebus semua itu, sedikit demi sedikit, sampai tanda-tanda masa akan datang.

***
Aku menggambar masa tua dengan warna- warna yang ku dapat pada masa lalu. Memaafkan diri sendiri dan melupakan apa-apa yang perlu dilupakan.

 Aku,kamu, kita terlahir tanpa bisa memilih,apapun! 
Aku,kamu, kita akan berakhir pun tanpa bisa memilih!

Share this:

0 komentar :