Mencerna Makna
Di kantor cabang ini, saya memiliki jam istirahat yang lebih banyak tiga puluh menit dari kantor cabang sebelumnya. Dan hal tersebut tentu berdampak pada jam pulang kerja saya. Tapi saat ini saya tidak akan membahas hal tersebut. Karena ada topik yang lebih seru yaitu bagaimana saya mengahabiskan jam istirahat saya dalam tiga minggu terakhir.
Yep! dengan menonton. Saya memang hobi menontoh film dengan genre adventure atau thiller, horor dan romance kadang. Seperti siang ini,sambil menghabiskan 1 porsi nasi uduk ikan nila, saya melanjutkan film The Jungle hingga jam istirahat berakhir.
Film ini diperankan oleh aktor yang memerankan film Harry Potter, yang tentu saja saya tidak tahu namanya. Salah satu ciri khas saya adalah sebanyak apapun film yang saya tonton, saya tidak mengetahui nama aktornya. Who cares? Haha
Di dalam film The Jungle, pemeran dalam film itu ada beberapa orang. Ada Yossi, Kevin, Marcus dan Karl. Pemeran cameo saya ga sempat kenalan yes. Nah, di film ini ceritanya Yossi, Kevin, Marcus adalah tiga pemuda yang lagi cari jati diri ceritanya. Memutuskan untuk travelling atau berpetualang semacamnya. Mereka memilih lokasi-lokasi yang masih adem secara kehidupannya dan jauh dari negara mereka yaitu Amerika.
Alih-alih lagi di negara orang, saat sedang berkeliling, Yossi ketemu sama si Karl. Konon dia seorang guide yang sudah keluar masuk hutan dan ketemu suku Indian. Dia sampai kasih tunjuk ke Yossi foto dia bareng dengan suku Indian. Karena Yossi memang lagi tertarik banget sama hal-hal seperti itu dan Karl bisa menangkap hal tersebut, jadilah si Yossi berhasil di'genggam' oleh si Karl.
Alih-alih lagi di negara orang, saat sedang berkeliling, Yossi ketemu sama si Karl. Konon dia seorang guide yang sudah keluar masuk hutan dan ketemu suku Indian. Dia sampai kasih tunjuk ke Yossi foto dia bareng dengan suku Indian. Karena Yossi memang lagi tertarik banget sama hal-hal seperti itu dan Karl bisa menangkap hal tersebut, jadilah si Yossi berhasil di'genggam' oleh si Karl.
Setelah itu Yossi menceritakan apa yang ia ketahui dari Karl dengan antusias. Singkat cerita akhirnya mereka pergi meski awalnya Kevin dan Marcus menolak.
Sampai di hutan, mulai banyak hal yang membuat mereka semakin antusias, main-main di hutan itu seru, seriuse. Tapi memang harus benar-benar penuh pertimbangan. Perjalanan mereka membahagiakan sebelum akhirnya terjadi juga konflik saat Marcus mulai sakit dan semakin parah. Di hutan yang lembab memang kebersihan diri harus tetap terjaga. Karena semakin sering terkena hujan maka kondisi tubuh kita juga akan semakin menurun daya tahannya. Mulai ada luka, semakin parah dan parah.
Di momen itu saya teringat ke beberapa pendakian saya. Saat ada rekan yang mulai lemah atau sakit. Dan saya tetap berjalan dengan cepat dan paling terdepan. Dahulu, saya pernah menganggap bahwa yang seperti itu cukup menghambat perjalanan. Dan hal ini juga yang sering membuat saya enggan melakukan perjalanan beramai-ramai. Tetapi pada saat yang sama, saya juga menyadari betapa egoisnya saya.
Meski tidak melakukan apa yang Kevin lakukan saat keadaan Marcus semakin parah. Kevin menolak dengan keras melanjutkan perjalanan bersama Marcus. Hingga akhirnya Yossi menawarkan kepada Marcus untuk melanjutkan perjalanan bersama Karl melalui jalur darat. Dan Marcus lebih setuju seperti itu ketimbang melanjutkan perjalanan bersama Kevin melalui jalur sungai.
Dan perpisahan mereka pada saat itu menjadi perpisahan selamanya. Sebab hingga film berakhir, dijelaskan melalui narasi bahwa Marcus dan Karl tidak pernah ditemukan. Sementara perjalanan Yossi dan Kevin mengarui sungai sangat membuat saya deg-deg-an.
Betapa tidak, setelah Kevin dan Yossi berpisah akibat arus yang begitu deras, Yossi yang harus terpental dari satu batu ke batu lain membuat saya tidak tega membayangkannya. Ditambah psikis yang semakin terganggu dan mulai berhalusinasi. Belum lagi masalah perut yang saya gak tahu sudah berapa lama kosong. Teriak sana sini berusaha mencari bantuan. Dan lebih dari tiga minggu Yossi terus berusaha dengan keras untuk bisa diselamatkan. Ada beberapa bagian yang saya pun ga sampai hati melihatnya. Misal saat Yossi harus makan telur yang sudah ada janin burung mentah-mentah, saat berhalusinasi ketemu dengan mba-mba suku di sana, dan yang terakhir keluar dari lumpur dan dengan sengaja bikin semut api mengigit tubuhnya sampai dia berlari dari hutan menuju sungai. Terharu ketika akhirnya ditemukan oleh Kevin dengan begitu dramatis.
Film ini cukup membuat saya mengingat masa-masa di mana saya begitu mencintai hutan. Menghabiskan hampir setiap weekend saya berada di sana untuk sekadar menjauhi keramaian, tidur dan bersantai di tenda, melihat-lihat alam yang indah. Bukan sekadar hutan biasa memang, selain treck yang beragam, setiap hutan di gunung memiliki sejarah dan cerita yang berbeda-beda. Dan beberapa lokasi saya mengalami beberapa hal-hal dramatis meski tidak sedramatis film ini.
Seperti saat mendaki Gunung Arjuno, selain kondisi salah satu rekan kami tidak sehat, di puncak kami bertemu dengan jenazah pendaki lain. Atau saat mendaki Mahameru, tiba-tiba saya harus membantu seorang pendaki lain yang kepalanya terkena batu dan berdarah-darah. Atau pada saat saya ke Mahameru untuk kedua kalinya, dan saat beberapa langkah akan sampai di Mahameru, saya merasa tidak mampu lagi. Nyaris menangis dan ingin turun, namun ada seseorang yang tidak dikenal memberikan tangannya dan perlahan membantu saya untuk mencapai puncak, lalu di puncak saya menangis sungguhan. Atau pada saat tengah menjalani survival training bersama tim, saya menjadi arogan seperti Kevin dan membuat anggota tim saya merasa seperti Marcus. Dan saya, pada saat yang sama, saya menyesali sikap saya pada mereka, rasanya ingin meminta maaf pada saat itu juga.
Seperti saat mendaki Gunung Arjuno, selain kondisi salah satu rekan kami tidak sehat, di puncak kami bertemu dengan jenazah pendaki lain. Atau saat mendaki Mahameru, tiba-tiba saya harus membantu seorang pendaki lain yang kepalanya terkena batu dan berdarah-darah. Atau pada saat saya ke Mahameru untuk kedua kalinya, dan saat beberapa langkah akan sampai di Mahameru, saya merasa tidak mampu lagi. Nyaris menangis dan ingin turun, namun ada seseorang yang tidak dikenal memberikan tangannya dan perlahan membantu saya untuk mencapai puncak, lalu di puncak saya menangis sungguhan. Atau pada saat tengah menjalani survival training bersama tim, saya menjadi arogan seperti Kevin dan membuat anggota tim saya merasa seperti Marcus. Dan saya, pada saat yang sama, saya menyesali sikap saya pada mereka, rasanya ingin meminta maaf pada saat itu juga.
Moments yang mungkin memiliki kesamaan makna, di mana saat melakukan perjalanan, kita berusaha untuk bertahan dan mencapai tujuan bagaimana pun caranya semua dicoba. Pahit, getir bahkan penuh bahaya, namun pilihan untuk hidup tetap menjadi yang utama. Kita semua bertahan untuk hal itu, hidup.
Kadang, ketika saya sedang mendaki, atau sekadar treckking di hutan, sekalipun hanya snorkling, saya memikirkan banyak hal. Ini-itu semuanya muncul di kepala saya. Mencoba mencerna semua makna baik yang usai, yang sedang terjadi, ataupun mencoba merangkai rencana untuk esok.
Rekam jejak setiap orang sangat layak untuk dituliskan. Saya meyakini bahwa setiap dari kita akan menghasilkan makna-makna baik yang serupa maupun yang berbeda. Perjalanan hidup yang kelak akan bisa dikenang oleh banyak orang. Seperti film ini yang memang berdasarkan kisah nyata.
Ada banyak orang yang memilih jalan hidup yang berbeda. Mungkin dari cerita perjalanan hidup orang lain yang tidak kita lakoni, kita bisa belajar dari sana. Seperti yang saya lakukan ketika saya menonton atau membaca sebuah cerita. Ada banyak sekali hidangan makna yang bisa disantap lalu dicerna. Bagaimana rasanya? Nikmat!
0 komentar :
Posting Komentar