Pada Senja di Ujung Hari

Seperti kenikmatan saat menghabiskan bait-bait puisi. Duduk di tepian pantai yang tidak lagi ramai. Angin menemani sesekali. Ia memecah warna di permukaan langit tanpa kurang makna. Kuning keemasan seolah menjadi warna yang digemari. Begitu juga dengan gradasi hijau tosca dan mega merah dengan warnanya yang khas. Sesekali awan dengan warna kelabu tua mengitari senja. Ia nampak begitu sunyi meski ramai. 

Kini, banyak yang begitu setia menantinya. Duduk di tempat yang berbeda, berharap bisa menemuinya dalam beragam rupa. Senja masih menjadi kecintaan bagi banyak orang. Seakan mereka memiliki kesamaan. 

Di nanti kehadirannya, ketika sudah bertemu hanya mampu saling melihat

Dan dalam senja, ada seseorang yang duduk di balik jendela, seolah tengah berusaha menggerus rindu yang tak tersampaikan. Rindu yang tidak berhasil diabaikan. Maka tidak ada cara lain selain menitipkannya pada senja. Seakan senja mampu menjadi perantara yang tepat baginya. 

Pada senja di ujung hari, ada banyak hati yang berusaha berbicara namun tak tersampaikan. Ada banyak kata yang sudah dirangkai tetapi tidak mampu diutarakan. Ada banyak makna-makna dari setiap peristiwa yang dapat dikenang bersama senja. 

Begitulah cara banyak dari mereka menikmati senja. Setiap hari dinanti hanya untuk berbicara. Setiap sore ditunggu hanya untuk saling membisu. 

Pada senja di ujung hari, sampaikan rindu ini pada ia yang dinanti.

Share this:

0 komentar :