14 Days Overland NTT (Rote)
Perjalanan
beberapa pekan ini memang belum berakhir ditulis. Setelah cerita perjalanan
sebelunya, maka kali ini saya akan bercerita tentang bagaimana saya menikmati
Pulau Rote dengan waktu yang sangat amat terbatas dan dana yang terbatas juga.
Bermodal nekat
dan beberapa nomor handphone yang diberikan oleh rekan di kantor Cabang, saya
memutuskan untuk mengexplore Rote. Saya membeli tiket pesawat dengan harga yang
sangat murah. Dan bisa jadi karena murah maka pada saat keberangkatan saya
ditinggal. Ya, pengalaman pertama ditinggal pesawat. Dan akhirnya saya memilih
untuk naik kapal dikarenakan penerbangan hanya satu kali per hari.
Setelah
membeli tiket kapal, saya menunggu di pelabuhan sekitar 1 jam. Perjalanan
Kupang_rote di tempuh tidak terlalu lama. Hanya sekitar 2-3 jam tergantung
kondisi pada hari itu.
Perjalanan
melalui jalur laut tidak begitu menyulitkan. Hanya saja, waktu saja terpotong
begitu saja. Apalagi ketika sampai di pelabuhan saya masih harus menunggu host
saya selama di Rote. Ia seorang relawan di kantor Cabang NTT. Kak Aci namanya,
saya harus menunggu Kak Aci yang masih menyelesaikan beberapa urusan
pribadinya. Karena saya sudah cukup merepotkan dengan “menumpang dan menjadikannya
guide” tentu saja waktu tunggu yang cukup lama harus saya bawa seriang mungkin.
Menjadi manusia yang tahu diri dan bersikap tentu tidak mudah, tetapi semoga
pada saat itu saya cukup berhasil menjaga sikap ya Kak Achi? :D
Setelah Kak
Achi siap membawa saya berjalan-jalan, kami menyempatkan untuk mengisi bahan
bakar motor dan bahan bakar diri kami sendiri. Siang itu petualangan di mulai
sekitar pukul 14.00 WITA. Dengan terik yang luar biasa saya dan Kak Achi
menembus setiap kilometer yang ada di hadapan kami. Tujuan kami adalah beberapa
titik wisata di Rote Selatan, ada 300 Tangga namanya.
Untuk menikmati pemandangan seindah ini, pengunjung membutuhkan sedikit usaha melewati ratus anak tangga. Seingat saya, lebih dari 400 anak tangga meski objek wisata ini sudah diberi nama Bukit Mando'o atau lebih terkenal sebagai Tangga 300 Mando'o di Kecamatan Lobalain, Rote Ndao, NTT.
Untuk menikmati pemandangan seindah ini, pengunjung membutuhkan sedikit usaha melewati ratus anak tangga. Seingat saya, lebih dari 400 anak tangga meski objek wisata ini sudah diberi nama Bukit Mando'o atau lebih terkenal sebagai Tangga 300 Mando'o di Kecamatan Lobalain, Rote Ndao, NTT.
Usai mengurai tenaga demi Bukit Mando'o, perjalanan selanjutnya menuju Pantai. Dan tidak lupa menikmati sunset di sebuah pantai dengan pemandangan yang berbeda. Jika memori saya tidak salah, maka pantai dengan pemandangan seperti itu baru saya lihat di sana. Vegetasi pohon kelapa sawit seolah menjadi pembatas antara pantai dan pemukiman warga. Lalu tepat di bibir pantai maka kita bisa melihat terdapat banyak bungalow yang kabarnya milik WNA. Nembrala nama pantai dengan keindahan yang istimewa ini.
Kak Achi mengatakan bahwa saya cukup beruntung bisa menikmati sunset yang begitu indah dengan pantai yang begitu tenang. Dan saya rasa Kak Achi benar, saya sangat beruntung. Tidak sedikit saya mengabadikan gambar di Pantai Nembrala, seolah begitu takjub dan tidak ingin meninggalkan pemandangan yang ada.
Keesokan harinya, meski sulit untuk move on dari Pantai Nembrala, tetapi perjalanan harus terus dilanjutkan. Lalu kami menemui sunrise di Pantai dekat rumah Kak Achi. Pantainya masih sangat bersih dan terjaga. Meski letaknya tepat di pemukiman warga namun sampah rumah tangga masih bisa dikontrol oleh masyarakat.
Setelah puas menikmati sunrise, saya packing untuk berpindah pulau, lalu menyelesaikan destinasi terakhir di Pulau Rote. Kak Achi membawa saya ke sebuah tempat, seperti pantai selatan di pulau Jawa. Sebab di sana saya bisa menikmati jajaran pantai, saya disugukan dengan pemandangan yang tidak kalah menajubkan. Potongan laut yang nyaris sempurna bagi sepasang mata milik saya. Pantai Oesasole, yang terletak di Rote Timur. Perjalanan dari pusat kota Rote Timur menuju pantai ini pun menyugukan pemandangan yang akan membuat hasrat travellers akan meningkat. Betapa tidak, suasana desa lengkap dengan pepohonan dan terik matahari melengkapi perjalanan menuju pantai ini. Pantai ini juga dikenal dengan batu karang yang berbentuk hati. Sayangnya, kunjungan saya pada hari itu begitu singkat dan saya cukup menyesalinya. Andai saja saya bisa memiliki waktu lebih lama, tentu saya akan memanjakan diri saya ke dalam air laut yang begitu jernih bahkan lebih jernih dari kolam renang.
Dan akhirnya perjalanan saya berakhir di Pantai ini. Keindahannya yang begitu sulit untuk saya jelaskan. Jika kamu ingin merasakan sensasinya, kamu bisa langsung bertandang ke Rote. Bagi saya, jauh lebih indah dari apa yang ada digambar.
Nah, sampai ketemu di perjalanan selanjutnya!
0 komentar :
Posting Komentar