Susahnya Copying Stress

Dan ya, bisa jadi saya akan semakin rajin menulis. Kenapa? Karena saat ini saya sedang berusaha menemukan copying stres terbaik yang bisa saya lakukan. Karena saya paham, stres bukan hal baik yang boleh disimpan apalagi jika terlalu lama. Kalau mau simpan sesuatu itu lebih baik yang berharga seperti emas atau harta karun. Jangan pula yang disimpan itu stres, masalah, kebohongan apalagi selingkuhan :p

Lanjutin topik deh ya!

Pertanyaan pertama " Kenapa kamu stres?" umm, ralat! " kenapa kamu sering stres?". Jawabannya adalah karena saya belum bisa berdamai dengan diri sendiri baik untuk hal yang sepele apalagi hal yang vital atau fundamental. Duh ngomong apa sih saya? :'D

Saya sempat tanya tentang apa sih definisi "berdamai dengan diri sendiri"? Jadi ya, artinya tuh belajar buat terima keadaan, terima kondisi, terima respon, terima apapun yang ada, apapun yang terjadi, intinya belajar buat nerima segala sesuatunya. Gak semua hal harus diprotes, gak semua hal bisa sesuai dengan apa yang ada dipikiran atau harapan kamu. Yes, absolutely can not!

Lalu masalahnya ada di mana? Di sana, dibagian tubuh kita paling atas, yang ditutupi dengan batok dan rambut, iya itu kepala namanya! karena kebanyakan pemicu terbanyak berasal dari sana, belum lagi didukung dengan ketidaksepahaman dengan hati. Duh, si hati emang kadang bikin rese yes! Maka terjadilah pertengkaran di sana, antara sesama isi kepala maupun isi kepala dengan isi hati. 

'Perang' terjadi secara terus menerus, entah apa yang diperebutkan, alhasil si pemilik badan akan sering lelah dengan sendirinya. Dengan kondisi yang seharusnya bisa ia kelola. Dengan kondisi seperti ini, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari jalan keluar agar 'perang' tersebut dapat dihentikan. 

Pertanyaan selanjutnya ''Apakah kamu sudah menemukannya?", jawabannya belum. Saya terus berusaha untuk rileks, untuk menemukan jalan keluar tetapi tetap saja, hampir setiap hari ada saja hal yang menjadi pemicu si stres kembali menyapa. Meski mungkin hanya hal-hal yang ringan, namun mampu membuat kepala tiba-tiba menjadi berat dan tidak berdaya. Jika situasi sudah seperti ini, maka dampak yang paling terasa dan mudah terlihat adalah perubahan ekspresi atau mood saya. Lalu apa yang saya lakukan dalam situasi itu? Saya biasanya melakukan hal-hal yang membuat saya lebih tenang, dengan mendengarkan musik klasik, atau menulis seperti ini, atau sekadar wisata foto di akun instagram saya dan yang paling sering saya lakukan adalah kerja!

Bagaimana jika hal tersebut tidak berhasil membuat saya lebih rileks? Biasanya saya akan berdiam diri, lalu menunggu jam pulang kantor, berjalan menuju rumah kost dan tidur lebih cepat. Dengan begitu energi saya tidak akan terbuang sia-sia hanya karena hal ini!

Pertanyaan terakhir, apakah stres itu kata lain dari gila atau gangguan jiwa? Ah come on buddies, semoga tidak ada yang berpikiran seperti itu ya. Stres belum memenuhi syarat untuk disimpulkan seperti itu. Stres itu hanya respon tubuh yang kadang berlebihan dan tidak sesuai dengan arus, semacam ada penolakan atau penentangan terhadap kenyataan. Namun jika tidak dikelola dengan baik, maka bisa mengganggu jiwa seseorang lebih dalam lagi.

Lalu apa mungkin orang yang stres bisa gila atau gangguan jiwa? Nah, seperti yang saya sampaikan sebelumnya, stres ini harus dikelola, harus ditangani, harus ada tempat untuk menyalurkannya. Dengan begitu ia tidak akan menjadi sumber penyakit untuk jiwa seseorang. Meski tidak semua orang serta merta mampu menemukan copying stresnya, tetapi setiap kita pasti akan berproses untuk bisa menemukannya. Susah ya? Susah mana dengan menemukan jodoh? Haha!

Meski demikian, semoga kita yang saat ini tengah berusaha menemukan penyalur stres bisa segera menemukannya ya. Yuk terus hidup sehat dan bahagia!

Share this:

0 komentar :