TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for 2012

“ Ia hidup dalam diam, perlahan berkembang lantas datang ke permukaan dan mengambil banyak hal dari kekuatan penopang raga untuk tetap bertahan dalam kehidupan” (HIV-AIDS)

Mendengar sepenggal kalimat yang keluar dari perbincangan dengan seorang perempuan sekaligus seorang istri yang tengah melawan penyakit tanpa obat. Penyakit yang baru diketahui dua tahun terakhir itu pun setelah sederet penyakit lainnya menghampirinya.
“ Saya menikah diawal tahun 2010 dengan seseorang yang sudah saya kenal sejak lima tahun terakhir,sejak saya dibangku kuliah. Saya mengenalnya dengan baik, hingga ketika ia dan keluarganya datang melamar, tidak ada alasan bagi saya dan keluarga untuk menolak lamaran tersebut. Kami menikah satu bulan setelah acara lamaran berlangsung. Apakah saya bahagia? Tentu saja saat itu saya bahagia hingga satu tahun pertama.”
Tidak mudah bagi seseorang yang belum sukses menciptakan kebahagiaan didalam rumah tangga untuk berbagi cerita pada orang lain. Menyaksikan ketegaran yang ia bangun juga merangsang semangat hidup yang lebih teruntuk aku, pendengarnya.
“ Di awal pernikahan, hidup kami layaknya pengantin baru lainya. Penuh bahagia, tawa, canda, mesra, dan cinta. Semua masih bertahan ketika memasuki tahun kedua, mulai banyak pertanyaan tentang kapan akan merencanakan memiliki anak? Saya dan suami selalu berusaha dan tidak berencana untuk menunda. Sama seklai tidak. Hingga kami memutuskan untuk memeriksakan diri di sebuah rumah sakit bertaraf internasional, berharap akan mendapatkan hasil yang sangat akurat. Tetapi bukan hasil yang menggembirakan melainkan hasil pemeriksaan yang membuat kehidupan kami seolah terhenti pada hari itu.”
Ketegaran itu mulai redup bersamaan air hangat yang mengalir langsung dari sumbernya, mata. Sebagai pendengar, aku membantu menyekanya seolah menyalurkan kekuatan untuk tetap bertahan.
“ Di depan saya juga keluarga, suami bersumpah tidak pernah melakukan seks diluar nikah ataupun menggunakan obat terlarang. Hingga hal ini membuatnya tersudut. Saya hanya bisa menangis pun kedua keluarga. Saya ingin memeluknya, tetapi saya juga enggan mendekatinya. Meski saya paham benar bahwa penyakit ini tidak menular melalui sentuhan kulit biasa. Karena penyakit ini hanya bisa menular melalui cairan tubuh seperti sperma, cairan vagina, darah, juga selaput selaput tipis yang berada disekitar mulut itupun jika tengah luka. Saya bertanya- tanya dari mana suami saya mendpatkan penyakit tersebut jika tidak pernah melakukan hal yang tidak- tidak. “
Ia menghela nafas, dalam. Seolah menerawang kejadian yang sudah merenggut kekasih hatinya.
“ Sampai pada akhirnya, suami saya mengatakan bahwa ia pernah mendapat donor darah dari temannya semasa ia mahasiswa ketika kecelakaan sehingga membutuhkan darah. Setelah dicari tahu, teman yang suami saya maksud sudah lebih dahulu meninggal karena penyakit ini. Hati saya bahagia mendengarnya, tetapi tetap nelangsa. Sejak kejadian itu, suami saya secara khusus mendapat pengobatan anti virus yang diharapkan membantu agar tidak semakin buruk keadannya. Pengobatan yang membuatnya seolah 'sehat'. “
“ Belum selesai menghadapi masalah ini, saya harus dihadapi dengan permintaan keluarga saya untuk berpisah dengan suami karena alasan penyakit  HIV AIDS ini. Tentu saja saya menolak dengan keras permintaan yang tidak masuk akal tersebut. Mana bisa saya meninggalkan ia dalam keadaan terbuturk didalam hidupnya. Saya memilih jalan untuk tetap bertahan dengan resiko terburuk sekalipun.  Saya berusaha sekuat mungkin meyakinkan suami bahwa semua akan  baik-baik saja. Begitupun saya dan suami meyakinkan keluarga bahwa kami akan baik-baik saja. “
Seolah ada keyakinan yang terpancar dari sepasang mata yang tak lagi terang.
“ Saya selalu mendukung suami agar tetap percaya diri dalam pekerjaannya. Saya selalu menemaninya untuk berobat dan memotivasi untuk tetap sehat. Hal ini berlangsung terus menerus hingga pada suatu saat tiba-tiba suami saya mendadak tidak sadarkan diri. Saya terkujut bukan main. Padahal tadi malam kami masih mampu merencanakan untuk berlibur diakhir pekan. Namun pagi memberikan kenyataan yang berbeda. Dibantu supir, saya membawa suami menuju rumah sakit yang selama ini menangani rawat jalan suami saya. “
Mengulang cerita duka seperti merobek kembali luka lama yang sudah mengering. Tetapi ia tetap saja ingin bercerita.
“ Jujur saja, saya tidak siap jika suami  saya harus pergi dalam waktu dekat. Atau mungkin selamanya saya tidak akan siap. Ketika kami dibangku kuliah, kami juga salah dua orang yang menyebarluaskan informasi tentang penyakit ini. Tentang virus yang menyerang imunitas atau daya tahan tubuh manusia. Virus yang sampai saat ini belum juga ditemukan obat yang bisa menyembuhkannya. Rasanya saya seperti dicekik oleh tangan sendiri. Saya hanya mampu menangis. Mengingat lembaran informasi yang pernah kami bagikan untuk masyarakat tetapi kami lupa untuk memberotahukan pada  diri kami sendiri. Saya dan suami adalah seorang dokter. Dokter yang tidak mampu mengobati diri kami sendiri. Inilah takdir, kami sudah semaksimal mungkin menjaga diri tetapi semua terjadi tanpa permisi. Setelah koma selama empat hari, suami saya resmi meninggalkan saya juga dunianya. Saya sudah tidak lagi bernafas sempurna. Hanya menunggu kapan giliran saya.terdengar pesimis mungkin, tetapi inilah kenyataannya.”
“ Saya mengingat salah satu pasien saya yang bercerita bahwa ia sedih karena dijauhi oleh orang- orang yang ia sayang ulah penyakit ini. Dan saat itu saya merasakan benar apa yang dirasakan oleh pasien saya terdahulu. Karena setelah kematian suami saya, masyarakat sekitar saya mulai membicarakan saya dan suami. Meski sudah saya jelaskan bahwa penyakit ini tidak menular melalui jabat tangan, pegangan tangan, sentuhan, batuk, atau bahkan berciuman. Kecuali pada daerah yang tersentuh terdapat luka sehingga darah atau cairan terserap didalamnya. Itupun hanya kemungkina kecil. Meskipun sudah begitu, tetap saja saya dipandang sebagai ‘kuman’ berjalan yang harus dihindari. Sehingga saya memutuskan untuk pindah rumah dan hidup sendiri sebelum akhirnya saya berada disini.”
“ Jika saya boleh berpesan untuk siapapun yang nanti membaca tulisan kamu, pesan saya adalah lebih berhati- hati pada sesuatu yang tidak nampak, yang diam. Karena itu lebih berbahaya. Jaga diri dari banyak hal. Dan jangan pernah mengucilkan orang-orang ‘beruntung’ seperti kami. Karena jika berada diposisi ini, teramat tidak menyenangkan. Karena saat saat seperti ini kami hanya membutuhkan kasih sayang juga dukungan meski mungkin keberadaan kami hanya tinggal menghitung waktu. Saya senang, ada anak muda seperti kamu yang mau menjadi pendengar untuk saya. Apalagi jika kamu mau berbagi cerita dengan banyak orang tentang kesalahpahaman terhadap kami juga penyakit ini. HIV AIDS itu seperti api yang berawal dari satu percikan lantas membakar hutan yang besar. Penyakit ini tidak mengenal gender, status sosial, bahkan siapa Tuhannya. Penyakit ini juga bisa menyerang bayi mungil tanpa dosa. Hmm,jika masih ada waktu yang tersisa, saya ingin sekali menulis buku tentang apa dan  bagaimana penyakit ini bisa dicegah. Karena itu yang terpenting. Mencegahnya!”
Kami bertukar senyum. Menjabat tangannya seolah menyalurkan kekuatan yang dimiliki,sambil berdoa semoga Tuhan berbaik hati memberikan kelegaan untuknya, seorang perempuan dengan segenap cinta untuk banyak orang yang senasib. 

Dalam proses pengobatan, perempuan berusia 32 tahun ini masih berkeliling menyuarakan suara hati ODHA agar tetap diperlakukan sebagaimana mestinya, karena mereka jugaberhak mendapat hidup yang sama.



Pembaharuan 'Hidup'

Selamat datang aku ucapkan teruntuk empat 'tokoh' terbaru yang kini muncul dalam season ini. Tuhan telah menakdirkan kita untuk mengaitkan tali yang dahulu masih samar...

Pencerah Nusantara,sebuah program yang secara langsung membuat kita menjadi satu tim. Dengan dasar dan pertimbangan oleh para pakar yang berpikiran bahwa kita akan menjadi tim yang sangat cocok:)Dan ini, saya pikir hanya menjadi keranjang untuk menyatukan kita. Seperti buah dengan aneka warna juga rupa. Kita berbeda, namun ulahnya kita menjadi satu kesatuan.

Tidak ada dari kita yang pernah menyangka bahwa kita akan menjadi 'keluarga' sederhana dengan tujuan hidup saat ini yang mungkin tidak jauh berbeda. Kita menjadi sebuah 'barisan' yang menceburkan diri kedalam sebuah 'elegi' kehidupan. Bermimpi mampu memberi sedikit olesan keemasan pada suatu daerah yang akan kita berikan tambahan cahaya. Dan mimpi ini sedang kita usahakan untuk menjadi nyata,perlahan. Dengan satu persatu 'kupasan' yang menjadi bagian dari masalah hidup. Tidak perlu berlebih, santai saja. Ini hanya permulaan dari apa yang akan kita jalani.

Ya, satu dua bulan kita masih berpeluh dengan tawa dan lelucon yang kadang tak lucu namun tetap kita tertawakan. Dalam do'a menyelipkan harapan agar kita tidak pernah kalah dengan amarah. Hingga jalinan ini menjadi rantai silaturahmi yang baik. 

Kawan! sepertinya kita jangan terburu-buru mengatakan bahwa kita 'cocok' menjadi kawan yang menyenangkan. Karena saya khawatir, suatu saat akan ada sekat yang membuat kita berjarak. Semoga kekhawatiran itu tidak akan pernah terjadi. 

Empat tokoh terbaru ini adalah
Pertama, Seorang dokter dengan cerita hidup yang mengesankan. Setidaknya untuk saya pribadi. Hafiidhaturrahmah, seorang dokter kelulusan Universotas Sudirman, Purwokerto. Sudah sering 'hidup' diluar negeri karena kemampuannya menakhlukan banyak hal. Mengenalnya seperti melihat seorang wanita dengan kompleksitas hampir 90 %. Pribadi yang ceria, supel, penyayang, penuh semangat, uniqe:) Kami memanggilnya dengan panggilan " emak". And you know what? I'm really loving her:) meski diawal pertemuan pada saat seleksi 2, sempat mengganggap dirinya seorang yang sombong. "ups, maafkan saya mak:)"
Kedua,Seorang Perawat alumni Universitas Indonesia yang begitu ramah. Mahasiswa dengan prestasi yang cukup membanggakan. Perawakannya cukup mewakili bahwa ia seorang yang sudah dewasa:) " hahahha, jika dibandingkan dengan aku yang seperti ini. wkwkwk". Biasa memanggilnya dengan panggilan "Nea'nea' a.k.a Nenek" lengkapnya Neala Mustika Khikmah, asli Kebumen. Nenek akan menjadi salah satu orang yang akan sering 'menasehati' saya dalam banyak hal. " welcome to my zone" hihi:P
Ketiga,Seorang sarjana psikolog yang parasnya sangat 'menarik'.hahaha. Bersyukur dia adalah seorang perempuan, karena jika tidak maka akan 'kerepotan':p Gadis asli Aceh yang cukup nampak 'membatu' tetapi jauh lebih lembut dari penulis#ngaca. Fairuz Humam,saya biasa memanggilnya dengan sebutan " Kak Fai atau kakak kedua". Pribadi yang menyenangkan meski kadang melihat ada persamaan 'koin' dengannya ketika kak Fai sedang berwajah jutek atau sedang' mengumpat' hahaha. Kak Fai merupakan psikolog lulusan Universitas Syiah Kuala,Aceh. Tidak perlu diragukan kemampuan dan pengetahuannya karena dengan apa yang ia miliki ia sangat berpotensi menjadi 'bule'. She looks so smart, guy:). Hati -hati kau akan patah  hati ketika  bertemu dan menyukainya:P
Keempat,Seorang sarjana farmasi Intitude Teknologi Bandung yang sangat lucu dan tampilannya cukup manis. Pribadi nun lembut dan cukup berbakat menjadi 'melaikat', setidaknya untuk kami berempat. Kami biasa memanggilnya 'Dede Oyip". hahahah. Seorang yang sangat lucu dan menyenangkan. Tetapi janngan salah. Meski tampak paling muda, kepiawayannya dalam banyak hal tidak bisa diragukan. Bahkan ada kalimat begini " Kami yanng kelewat gaptek atau dede oyip yang terlallu hightek?" hahaha. Olivia Herlinda, sosok manis keturunan tionghoa yang sangat menyenangkan juga menyegarkan:)

Yap, inilah 'pasukan' kami yang akan memberikan warna baru untuk siapapun yang membutuhkan:) Tidak berlebih tujuan kami. Sekadar mewujudkan mimpi untuk membangun peradaban dari akar, setidaknya membuat apa yang kami miliki menajdi lebih bermanfaat dan tepat guna. Doakan kami menjadi 'keluarga' sederhana yang akan selalu bermanfaat untuk siapapun di dunia ini. Meski kami bukan pahlawan yang selalu siap membantu orang lain, namun setidaknya kami berusaha untuk selalu bermanfaat:)


" Bukan masalah berbeda rupa, yang terpenting bisa menawarkan aneka rasa tentang hidup. Karena hidup bukan sekadar tentang benar atau salah. Bukan tentang hitam atau putih. Karena ada yang lebih utuh darinya, yakni perbedaan yang membuat makna bahwa kita memang Hidup"


Salam Semangat dari kami:)
Jakarta, 29 September 2012 


Semakin dewasa semakin memahami akan kebersamaan dengan keluarga. Bersama  Ibunda dan Ayahanda yang semakin menua. Rindu tak lagi mampu terhitung oleh waktu. Sepersekian detik selalu membelah diri hingga tak lagi mampu aku.

Membiarkan potong demi potong melewati irigasi saluran yang biasa kenangan tertumpuk tak sengaja.

" Tuhan, biarkan segenap yang aku punya hanya untuk mereka. Sebelum Kau mengizinkan aku untuk lebih jauh menjadi utuh"

Dan kini rindu semakin jelas, benderang dilangit-langit kamar. Berusaha memeluk walau akhirnya tetap meregang. 

" Izinkan aku untuk mencintai dengan sebenarnya. Memahami arti bahwa hidup berlangsung dalam keseluruhan yang tiap bagianya sudah Kau tentukan. Mampukan aku untuk bisa berbuat lebih, untuk mereka yang ku cinta..."
" Jalan kamu masih panjang, sayang"
Lebih kurang rangkaian kalimat berisi penyemangat yang banyak mereka ucapakan kepada aku dalam durasi waktu tiga puluh hari sejak 'surat putusan' yang tanpa persetujuan bisa sampai pada hari itu.

" Ya, sangat memahami bahwa waktu yang aku punya memang masih panjang ( mungkin). "Membatin. Kian memunggungi sisi diri yang selalu berpelukan dengan kesedihan. Walau aku tahu bahwa ini memang yang terbaik setidaknya untuk saat ini.

" Suatu hari, kamu akan menertawakan apa yang kamu tangisi hari ini" Ujar salah satu rekan yang turut merasakan betapa tak bernilai ketika kau harus di'buang' begitu saja dari tempatmu,semula.

Tak ada yang mampu dilakukan selain berusaha untuk tegar dan menerima. Seperti yang pernah aku katakan sebelumnya bahwa penerimaan itu tidak lebih dari sekadar membuka pintu hati dan mempersilahkan udara untuk menyegarkan ruang-ruang padat juga hampa didalamnya. Kesiapan untuk merasakan rasa kecewa sudah dinonaktifkan hingga rasa itu harus mengampiri tiba-tiba.

" Pesan dari ku untuk wanita dimana pun kalian berada. Jangan mencoba untuk percaya dengan rangakaian janji ataupun mimpi yang diutarakan oleh kekasih mu sebelum ia benar-benar meminta mu pada Tuhan lewat ijab-qobul yang sah. Karena semua itu hanya semu, maka hanya rasa kecewa dan sakit yang akan kau raup. Aku tidak pernah menyesal dengan apa yang sudah terjadi. Karena tidak akan ada manis ketika tidak pernah pahit"

" Ketika wanita berbicara tentang pernikahan itu berarti normal, ketika laki-laki berbicara tentang pernikahan itu berati serius" Ucap seorang rekan penulis yang sempat berbagi cerita pada sabtu siang. Mungkin itu berlaku untuk kalian? karena tidak bagiku. Dia sudah sangat rapi menulis rencana didalam buku kecil yang ia punya. Rencana-rencana yang sudah dipersiapakan untuk 'kami' nanti. Tetapi nyatanya? Nihil.

" Apapun yang terjadi dalam kurun waktu dua tahun terakhir adalah bukti Tuhan begitu menyayangi makhluknya."
Perlahan, kembali membuka mata bahwa apa yang salah selamanya akan tetap salah. Hukum Tuhan bukan barang dagangan yang bisa dinanti potongan harga. Ya, jangan meremehkan Tuhan!

Perlajari petunjuk-petunjuk kecil dariNya yang tanpa disadari sering diabaikan. Tidak ada kata terlambat untuk mengakui kesalahan dihadapanNya. Hanya itu yang bisa dilakukan:)

Now! move on.
Perbaiki diri sebaik-baiknya.
Belajar dan selalu belajar.
Semamgat, Karena Tuhan tidak pernah meninggalkan dalam keburukan sekalipun:)

*Dan untuk kamu yang disana, Semoga kamu selalu bahagia dengan keputusan kamu tiga puluh hari yang lalu:) Selalu ada do'a untuk kamu. Tidak terbesit rasa benci meski sedemikian rupa perlakuan itu. Bukan karena bodoh melainkan karena 'rasa' yang kita punya memang berbeda. Berbeda penampang ketulusan.
Dua Puluh

1. Berhenti mengutuk waktu yang tak mampu dikelabui
2. Sejenak menghirup kearifan dari masa lalu yang tak kelam juga tak terang pula remang
3. Memulai (kembali) jalani ketunggalan selesaikan deretan hari
4. Pagi tetap indah dengan kesyahduan irama bumi
5. Meski hati sedang tidak memiliki 'hati'
6. Bukan hampa hanya tak lagi tertata
7. Lebih berharga dari apa yang ku beri
8. Meski tak mampu menerima apa yang harus ku terima
9. Masih percaya Tuhan tidak pernah meninggalkan
10. Walau aku dalam keburukan dan hina
11. Memahami, tidak ada yang sama
12. Rasa, cipta hanya rupa
13. Janji sekadar tulisan dengan pensil yang mudah terhapus dan lupa
14. Semudah membuang sampah tidak pada tempatnya
15. Lepas dan lupakan!
16. Mengenang, tersenyum
17. Merasakan frekuensi akselerasi juga deselerasi dalam detik yang sama
18. Ini bukan sekadar tentang rasa
19. Karena ada yang hidup didalamnya
20. Harapan
Ber-Terimakasih-Lah

Sederhana sekali untuk menguraikan kata terima dan kasih yang disatukan dengan berbeda arti. Kembali, menjadi pendengar atau lebih tepatnya saling mendengarkan adalah salah satu 'jalan' untuk memperkaya diri dengan kearifan.

Siang ini saya 'berbincang' melalu salah satu media dengan teman lama. Dia memiliki perawakan yang tenang, sederhana dan tidak neko-neko. Saling bertanya kabar dan perkembangan diri masing-masing. Simple! Tetapi dari bincangan itu, saya bisa menyerap banyak hal. 

Pertama, selalu mengondisikan diri tetap sebagai pribadi yang 'zero' agar tidak pernah merasa menjadi 'hero'. Kenapa begitu? karena ketika kita menganggap diri masih 'NOL' maka kita akan selalu berusaha untuk membuat diri kita menjadi 'SATU' . Namun ketika kita sudah puas dengan keberadaan kita pada titik 'SATU', maka akan ada penurunan kesempatan kita untuk memperkaya diri dengan segala kesederhanaan. Merasa tinggi akan membuat kita berada diawang-awang dengan sifat sementara. Tetap berpijak pada bumi adalah jalan terbaik untuk konsisten dalam memperkaya diri. Sedikit tapi sering lebih baik daripada banyak namun sekali.

Kedua. selalu mengadopsi sifat air yang bisa menyesuaikan diri dengan wadah. Air ketika berada digelas, maka ia akan berbentuk menyesuaikan gelas,ketika berada dipiring maka ia akan menyesuaikan. Begitu juga dnegan kita. Sehingga kita bisa menjadi pribadi yang easy going dan diterima disemua kalangan. Sebenarnya sederhana! Bersikap biasa saja dan jangan berusaha 'menonjolkan' diri. "Ini loh gue yang bisa ini, bisa itu. ini loh gue yg alim. ini log gue yg kaya. ini loh gue yg cantik. dan ini loh ini loh lannya". Masing-masing kita bisa menilai tanpa harus lebih dahulu diberitahu dengan "ini loh-nya". Hal ini yang akan membuat kita menjadi pribadi yg Ekslusif.

Ketiga, Perlahan tapi pasti. Diam tapi bergerak. Nah loh, bisa dibayangin gak tuh bagaimana kita diam tapi bergerak? Yap! pereumpamaan yang satu ini pas banget untuk kita yang gak banyak omong tapi melakukan sesuatu! Saya pribadi punya daftar rencana atau ide yang brilian, tapi terbentur dengan satu masalah yaitu M-E-M-U-L-A-I! satu pekerjaan yang paling sulit untuk dilakukan. Manusia gak akan pernah bisa sendiri. Harus tetep punya patner, dan satu hal yang cukup sulit adalah, menemukan teman kerja yang SESUAI.


Keempat, seperti judul tulisan saya kali ini. BER-TERIMAKASIH-LAH. Kekeliruan yang sering kita lakukan adalah ketika kita dalam perasaan kecewa, gagal, sedih, terpojokkan, mendapat masalah, dan kondisi dimana kita selalu menyalahkan Tuhan atas apa yang menimpa kita. Saya juga sama, seperti itu ketika saya sedang merasa Tuhan tidak berpihak pada saya. Tetapi dewasa ini, tanpa mengada-ngada saya hampir kehabisan kata untuk mengucap terimakasih padaNya atas apapun yang Tuhan beri. Termasuk rasa sakit, rasa tidak mampu dan aneka rasa negatif lainnya yang membuat saya terbuka matanya kalau Hidup itu ya memang begini! Gak ada yang perlu kita caci, kita sesali, atau kita takuti. Dengan atau tanpa hakiman dari kita, waktu tetep berjalan dan hari tetap berlangsung. Gak ada yang bisa kita tahan, kita putar, kita rubah kecuali sikap menerima dari kita. Apa yang kita terima, itu juga yang kita kasih. Apa yang kita punya, itu juga yang kita bagi.

Banyak belajar dari banyak tempat, banyak orang dalam waktu yang berbeda. Semua ada manfaatnya kalau hati dan pikiran selalu menerima dengan luas dan 'kosong'. 

Pelajaran untuk saya pribadi, dan ( mungkin) kita:)

Thanks God for everything i have, feel and enjoy:)
Kata orang, jalan pulang itu tidak selalu sama dengan jalan pergi. Bagiku hanya ada satu jalan,pergi adalah pulang. 
(Kilometer itu bernama, Kamu)
Menikah??
*Ayeye! sengaja banget judulnya dibuat mini:)

Dari mengeja judulnya saja sudah memancing 'sesuatu' yang gak biasa,bukan? Sama! Inilah repotnya kita yang masih betah M-E-L-A-J-A-N-G!

Terlepas dari teori klasik tentang takdir dan jodoh ya:)Bukan kapasitas saya untuk panjang lebar berbicara tentang hal tersebut.

Pada dini hari yang cukup dingin ini, setelah sahur saya tergerak untuk menulis tentang ini. Ada yang mengatakan pengalaman atau true story ya silahkan saja:)

Menikah? pertanyaan yanng kadang membuat seseoraang dirundung masalah. Betapa tidak? pertanyaan tersebut biasanya ditujukan pada sosok yang sedang bergelut dengan satu rasa atau satu keinginan untuk menyegerakan tetapi sulit untuk dibuat menjadi nyata.

Contohnya saja saya sendiri. Anggaplah saat ini saya ingin menikah. Tetapi saya masih ingin melanjutkan kuliah terlebih dahulu, juga ingin berbuat banyak melalui kegiatan sosial yang saya gandrungi, ingin ini itu banyak sekali:).

Yap! saya tahu dengan pasti, alasan-alasan tersebut memang belum cukup bisa dijadikan alasan yang tepat untuk menunda menikah. Tetapi kalau alasannya karena belum punya PASANGAN??? OMG! saya juga gak bisa banyak omong. hehehe. Cari dong. Semua juga butuh usaha. Makanya, sering-sering hadir ke tempat-tempat yang banyak orang. Contoh, seminar, bedah buku, talkshow, diskusi in formal, atau kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan passionnya kamu deh. Kenapa begitu? karena jodoh kan gak selalu dateng gitu aja. Punya cara masing-masing tentunya.

Atau dengan alasan belum punya uang, belum mapan eh tapi tiap hari pacaran, nonton, makan, ngemall, smsn, telponan, BBMan,Wassapp-an,Fb-an de el el??? Pake uang gak tuh??

Atau apa lagi yaaa???? Gak dapet restu?? hehe. Ini mah masalah yang sebenernya bisa diantisipasi kalau dari awal kamu sudah melibatkan orangtua. Ya, setidaknya sebelum menentukan pilihan, selain konsul dengan Allah, Harus konsul juga dengan orangtua dong:)
Tapi, terlepas dari apapun alasan itu, benang merahnya adalah masalah Kesiapan. Kesiapan yang kompleks meliputi lahir dan batin, materiil maupun non materiil. Lengkap kalau kita bicara tentang kesiapan- persiapan.

Beberapa malam yang lalu, Bos saya melontarkan satu pertanyaan " Kapan kamu mau menikah?" saya hanya menjawab dengan senyum, ya! jawaban yang selalu saya kasih kalau ada yang bertanya pertanyaan yang sama. Kadang saya heran, apa perempuan berusia 22 tahun sudah dianggap tua kalau belum menikah? kalau dibandingkan dengan pasien-pasien saya yang sudah melahirkan diusia 15 tahun ya tentu aja saya kalah:( tapi bukan itu sebenarnya masalahnya.

Buat saya pribadi, nikah itu gak segampang buat pisang goreng. Yang cuma modal tepung, pisang, minyak, wajan, api. But More Than!Oke, masalah calon sudah terselesaikan. Tapi kalau pasangan kita belum mengarah kesana?? Aha, terlepas dari rasa yang disebut 'cinta' saya sih menyarankan untuk Go ahead aja deh! Coba dipikir, menjalin hubungan serius tapi gak punya ujung ke pernikahan, so For WHAAAT??
Lain lagi masalahnya. Banyak banget loh buat nikah aja susah banget. Kenapa??? Karena memang Gak mudah!

Intinya mah, Yuk kita minta aja deh sama yang Punya Hidup. Dari pada makin galau, mending kita banyakin istigfar, banyakin sujud dan banyakin silaturahmi plus sedekah. Ya, bisa jadi semua diperlancar. Dan satu lagi, selain libatkan Tuhan, jangan lupa libatkan orangtua juga:)) Niat yang baik insyaallah dipermudah:)
Menikah? Yuk Yak Yuk:D

By Agha Sam Tirta



 Pada akhirnya kita akan menemukan akhir dari perjalanan kita
Menemukan dermaga usai berlayar dengan dinamika yang tak pernah sama
Memeluk waktu yang hampir meregang
Meminta jarak untuk sedikit melemah
Pilu, kaku, dan sendu.

Mata-mata sayu membisu dalam isak beradu
Menyisakan kebohongan penghantar tidur
Ini bukan dongeng!
Ini bukan kotoran pena !
tetapi ini ungkapan hati yang berwujud 

Satu persatu tertinggal
anak cacing siap menggeliat diantara
hanya saja aku tak bisa meminta
menikmati senja dikota itu
bersama, kembali




K.I.T.A


Tentang sebuah cara dalam menerima. Ketika memutuskan untuk menjadikan sebuah kata menjadi ada. KITA, yang terdiri dari dua buah komponen. Aku dan Kamu. Kita, seperti penyatuan minyak dan air, tidak akan pernah bersatu. Tapi itu kata mereka! Kini minyak dan air bisa bersatu dengan surfaktan.Surfaktan yang membuat keberadaan kita menjadi ada. Penyatuan dua manusia berbeda cara, berbeda hati, berbeda kepala bukan hal yang mudah. Tidak sekadar berbagi hahahihi tanpa makna, tetapi lebih dari itu. Karena ini akan menjadi dasar mendirikan kehidupan selanjutnya.Sebut saja kita tengah mengadu elegi. Saling menciptakan sajak tentang hari. Saling menunjukan kedua sisi. Kembali, sebuah penerimaan.

...........................................................................................................................................................

Jelas, pertemuan kita tanpa rencana. Hingga menjadi sebuah rencana untuk bertemu kembali. Kita saling mengagahkan asa. Kupikir begitu.

Sekali, dua kali, tiga kali, .... kali. Pertemuan itu semakin menjadi candu. Candu yang membiarkan rasa semakin berkembang didalam ruang berkantung harapan. 

Serasi tidak selalu sama. Dan kita terlamapau berbeda. Hanya dua hal yang membiarkan kita merasa sama. Tuhan dan rasa. Hanya keduanya, memberi kesempatan untuk kita memiliki persamaan. Diluar itu kita begitu berbeda. Wajah kehidupan berbeda rupa.

Aku menyebutnya dengan konsep alam. Konsep penerimaan dengan sejuta ruang keadaan. Konsep tunggal yang tepat untuk kita uji coba. Aku manusia dengan ribuan celah kekurangan, begitu juga dengan mu. Dan kita adalah dua orang yang memiliki harapan untuk kita dengan konsep dan cara yang berbeda.

Saling menunjukan taring, menunjukan sisi gelap, menampakan wajah murung, dan aneka perwakilan ekspresi lainya. Semua sebagai test penerimaan sebagai pasangan terbaik. Inilah jala terbaik untuk saling mengenal. Bukan menjadikan sentuhan-sentuhan sebagai alasan.

Marah, merajuk ngambeg dan aneka istilah yang lain ku sebut sebagai alat agar didengar, agar diperhatikan. Alat pancing yang mudah dan sering digunakan. Tentu saja dengan manfaat yang cukup menghasilkan. Namun harus dengan resep yang sesuai. Jangan sampai berlebihan hingga membuat keruh sebuah pertalian.

Sebuah penerimaan itu penting selain kita saling mengoreksi kekurangan. Mengoreksi bukan berarti mencari-cari kekurangan. Kekurangan bukan hal yang mutlak buruk! Kekurangan adalah sebuah sekresi tubuh yang bersifat absurd. Disaring kemudian dibuang. Mekanisme rendah resiko:)

Ya, banyak belajar tentang sebuah cara menerima orang lain. Tidak menunggalkan sikap keras kepala dan keegoisan diri. Menyenangkan ketika terjadi 'peperangan' yang menunjukan wajah utuh berpeluh rasa sayang. Membuat hati tengah terbakar menjadi adem. Ya, memiliki sensasi tersendiri. Namun yang pasti tetap dengan alur dan ritme yang terkontrol agar semua masih dalam rel yang sama.





Budaya (Ramah) Tanpa 'Brand'


Sudah terbiasa indera pendengaran kita mendengar bahwa senyum adalah ibadah, Senyum dalam 'kepercayaan' apapun menjadi simbol keramahan seseorang, Senyum dalam dunia kesehatan juga menjadi salah satu olahraga untuk otot-otot yang tedapat diwajah dan sekitarnya. Ya, senyum memang menjadi ikon terlumrah mewakili keramahan.

Akhir-akhir ini tanpa sengaja saya mengamati sebuah budaya yang lahir dari masyarakat,Indonesia khususnya.

Keramahan,dari kata dasar ramah yang artinya baik hati dan menarik budi bahasanya, manis tutur katanya,suka bergaul, menyenangkan. Budaya yang kini sering saya lihat kerap dilakukan oleh lapisan marginal. Jika kita berbicara tentang lapisan masyarakat, tentu saja lapisan terbawah merupakan lapisan yang paling dekat dengan kita. Atau dikenal juga dengan orang pinggiran.

Tenggok saja perkampungan 'kumuh' yang tumbuh dibalik tembok nun tinggi. Tembok yang seolah memang dibangun untuk menciptakan sekat, batas atau apapun kita menyebutnya. Sekat yang sengaja dibangun sebagai pembeda. Mereka yang berkeliling 'membersihkan' tong sampah didepan rumah kemudian dipindahkan kedalam karung yang melekat dibahu mereka. Mereka 'membersihkan' kemudian menyapa dan memberi senyuman. Meski ada yang membalas dengan senyuman namun tak sedikit yang membalas dengan wajah yang dipadamkan.

Sering kita mendengar " tidak level " atau " oh, bukan kelas kita" dan ungkapan sejenisnya. Tentu saja ini yang membuat sebuah himpunan kelas sesuai golongan ataupun  kelas sosial.

Kadang, saya cukup risih dengan tontonan dengan pemeran utama si kaya dengan si miskin. Kenapa? karena yang saya lihat pada kenyataan yang berbeda.

Suatu hari saya melihat si miskin lebih sering membudayakan keramahan ini dari pada si kaya. Pada saat yang berbeda, si miskin seolah tidak mengenal keramahan saat sedang dalam himpunan sesama si miskin. Berbeda ketika si kaya berada dalam himpunan si kaya, keramahan si kaya seolah luruh dan mencair menjadi senyum dan manisnya kata. Apakah budaya ini dilahirkan dengan rumus berbanding terbalik?

Saya tertegun. Sesekali mengoreksi hati dibalik rongga dada ini. Bertanya? Mungkin saya pernah melakukan hal yang sama. Dengan atau tanpa disadari. Mungkin. Atau bahkan itu yang disebut sebagai 'ke-profesionalitas'? atau ' fleksibelisme'?

Sebenarnya apa yang dibudayakan? sebuah kepura-puraan yang menjadi topeng dari keramahan? atau budaya ini hanya berlaku sesuai dengan hukum diagonal ruang? entahlah! saya tidak tahu pasti. Yang saya ketahui hanyalah, budaya ini wajib kita terapkan dengan siapapun, kapanpun, dimanapun, tanpa harus mengetahui siapa yang dia sembah, apa yang dia yakini, dari mana dia berasal, apakah merk bajunya dan 'brand' lainnya. 

Keramahan yang berwujud ter-ringan adalah SENYUM. Jika suasana hati sedang dalam titik yang tidak seimbang, maka terseyumlah. Tidak perlu memaksa untuk menyapa atau bertutur manis, senyum pun sudah cukup. Tetapi keramahan memang kompleks, dan tidak ditunggalkan hanya dengan senyum. Ingat apa yang saya tulis, senyum hanya bagian dari keramahan itu, bukan wujud tunggalnya.

Buatlah menjadi nyata apa yang dunia kenal dari masyarakat kita, kita terkenal dengan keramahan dikancah dunia, bukan suatu masalah jika itu nyata didalam kehidupan kita, di Indonesia dengan sesama orang Indonesia:)

Tersenyumlah:)
karena tersenyum bagian dari keramahan,
Budaya (ramah) tanpa ' brand'




Simple ' L'
*Sepotong cerita tentang L



Kita saling membelakangi matahari yang tertutup awan kelabu. Aku melayangkan pandangan pada gerimis yang perlahan memperbanyak diri. Diruang kerja yang luas ini cukup membuat imajinasiku berhasil menari-nari diatas sepi. Membayangkan dirimu didalam gedung yang tengah sibuk dengan angka angka yang mungkin membuat kau mengerutkan dahi. Sesekali kau memandangi lukisan diseberangmu, lukisan Tuhan yang tak bisa kau sentuh, sebuah perkampungan dengan latar gunung salak nun gagah dengan awan dipuncaknya.

Waktu masih bisa dihitung oleh jari. Meski membutuhkan jari tambahan oranglain. Aku mencoba menguatkan hati ketika harus kembali berjarak dengan mu. Walaupun dalam dekatpun kita tak sering mengadu senyum. Namun tak mengerti mengapa kali ini memberatkan ku. Kau harus berada di kota yang menjadi salah satu rencana untuk kita hidup disana. Kota hujan yang membuatmu semakin damai dalam hari. Sepertinya kau sangat menikmati tempat itu, dan aku semakin menekuk wajahku. Bukan karena tak senang tetapi lebih seperti ‘iri’ karena kau disana belum bersamaku.

Perjalanan ini masih terlalu lambat. Bahkan kita baru berada dikilometer awal. Meski dalam benak ku sudah tertayangkan tempat terindah yang sedang kita tuju. Berusaha menjaga kekuatan kaki agar dapat tetap berdiri dan melangkah, menutup mata kala debu berlalu dibawa angin, bahkan kita tidak lupa mempersiapkan mantel hujan untuk melindungi diri ketika tidak ada tempat untuk berteduh.

Seperti yang kita ketahui tidak ada yang pasti didunia ini kecuali ketidakpastian itu sendiri. Aku tak memungkiri bahwa keraguan itu kerap membangunkan aku sejenak, kembali menimang ‘tentang’ kita yang belum sampai pada dermaga. Namun kau selalu mengatakan bahwa jika bukan diri sendiri yang meyakinkan, lantas siapa yang akan menumbuhkan kepastiaan dan keyakinan tersebut. Hati memang mampu menyerap kalimat itu, namun logika tetap saja bergantung pada realitas. Kenyataan yang membuatku ingin terus bermimpi dan bermimpi. 

Baru aku memahami mengapa sebagian besar wanita gundah ketika beranjak pada fase dewasa namun belum mendapatkan tanda untuk mengakhiri masa lajang, aku paham itu sekarang. Meski kini aku menamai diriku dewasa awal, dan belum merasakan kegundahan yang serupa dengan mereka. Hal tersebut belum menjadi masalahku, tapi tetap saja aku terpaksa turut merasa gundah akan beberapa rekan ku yang memang sudah waktunya menjadi seorang isteri namun belum juga terwujud. Ya, jodoh memang ditangan Tuhan. Tetapi bukan berarti kita berdiam diri dan hanya menunggu. Mintalah pada Tuhan, dan jemput dia. Bukankah ini menjadi sunnah Nabi demi kesempurnaan agama? Jika sudah waktunya mengapa harus ditunda hanya karena belum memiliki harta yang berlimpah? Rasanya itu cerminan dari ketidakyakinan bahwa Tuhan akan melipatgandakan rezeky mereka yang sudah menikah? Ya, aku senang sekali dengan materi yang ku baca dan ku dengar akhir-akhir ini. Tentang hidup, tentang pernikahan, dan tentang berbagi..

Usai romantisme dengan Tuhan tiap menjelang matahari terbit, kita selalu berbagi tentang hari. Tentang rencana dan beberapa impian terdepan. Aku menyampainkannya penuh semangat yang kadang berlebih, dan kau menjadi pendengar yang baik sebulum giliranmu mengutarakannya. Aku menyukai moment itu, saat dimana kita saling menyalurkan semangat dan energi positif, dan satu hal yang ku ingat tentang mu! Tentang senyum dan kedewasaanmu, yang mungkin tak kudapati pada sosok beda meski lebih baik dari mu.

Beberapa hari yang lalu ada kegetiran yang menciptakan tawa. Kebetulan sekali aku memiliki golongan darah AB dan yang ku ketahui golongan darah mu O. Menurut salah satu dosen keperawatan ditempatku bekerja, beliau mengatakan bahwa jika AB dan O menikah akan ada beberapa resiko yang akan diderita oleh anak. Tentu saja aku khawatir akan ini, ketika rekan-rekan ku menyarankan untuk mengganti pasangan, dengan spontan aku menjawab “ lebih baik mengganti golongan darah dari pada harus mengganti pasangan”lantas tawa membahana. Ya, tampak terlalu sinetron, namun inilah dunia hati. Tidak mudah untuk mendapatkan penghuni hati yang pas dengan rumahnya. Seperti rhesus, jika berlawanan akan berakibat fatal.


Menjadi edelwise yang berada dipuncak gunung, yang tidak mudah untuk dijangkau oleh khalayak kecuali seseorang yang berjuang ke puncak untuk melihatnya. Edelwise tidak boleh dibawa ke sembarang tempat, karena suhu akan membuatnya terjaga. Tempatnya memang disini, dipuncak- dipuncak hatiJ

Dalam do’a yang terurai, perlahan meminta pada Tuhan agar menjaga kita dari keburukan, keburukan manusia. Membatasi dengan aneka sekat agar terjaga. Kau selalu menghargaiku layaknya aku sebuah gelas nun cantik yang berada didalam sebuah lemari hias. Yang hanya bisa kau sentuh dan kau bawa jika kau sudah membelinya pada Sang Pemilik. Kini kau belum berhak atas ku. Hanya mata mu yang diizinkan untuk sesekali melihat, itupun dari sudut pandang yang tak terjangkau. Bersabarlah seperti katamu, karena Tuhan bersama hambaNya yang sabar.

Jika Tuhan menggerakan tanganNya untuk kita, kelak akan ku lanjutkan cerita ini. Dan kita tidak lagi pada ruang yang berbeda, melainkan aku menulisnya disamping mu menikmati senja dihiasi gerimis dikota hujan, seperti impian kitaJ,semoga..
Insomia 'Terencana'

pictures by Bhakti N.A

Meski satu siang dihabiskan oleh pekerjaan yang tidak seberapa, namun tetap saja mengurangi energi. Well, akhir-akhir ini memang sedang 'bergelut' kembali dengan sisi lain. SISI LAIN? terdengar horor? bukan, bukan itu. Tetapi sisi lain dari diri :)


Hmm, begini. Saya ingin bertanya suatu pertanyaan yang mungkin sudah banyak orang lain tanyakan terlebih dahulu sebelum saya. ehm, Pernah melakukan sesuatu yang terpaksa? atau menjadi sesuatu karena permintaan orang yang kita sayangi??

" oh iya, saya bisa merasakan hal itu karena saya juga pernah...."


atau

" Saya pikir itu wujud sebuah pengorbanan demi..., meski saya tidak pernah mengalaminya..."

atau bahkan

" Ya, bukan masalah. Saya gak tahu harus bagaimana dan jadi apa. So, saya ikuti saja:)"

Beragam tentunya jawaban dari 'responden' yang menjawab pertanyaan. Ini tentang PILIHAN dan apa yang kita pilih adalah benar sebuah PILIHAN?

Saya ingin bercerita tentang saya, meski saya bukan siapa-siapa, tapi anggaplah saya seseorang yang kelak akan mejadi 'SIAPA'. 
Saya mungkin salah seorang yang bingung terhadap pilihan. Misalnya saja ketika harus memilih sebuah pekerjaan. Saya memiliki profesi karena kuliah saya dibidang kesehatan,sebagai Bidan. Apa yang kalian ketahui tentang bidan? semacam 'dukun beranak' atau yang biasa kalian panggil 'suster'?? jika Ya, maka kalian salah! Bidan itu profesi yang sangat komplit. Jika tidak percaya, datangi saja Bidan terdekat, atau saya, mungkin?:). 
Ketika saya menjalani kuliah dikebidanan pun merupakan 'pilihan' dari Ayahanda yang menginginkan saya menjadi seorang bidan. Dengan pertimbangan agar usai lulus kuliah tidak kesulitan mencari kerja. Ya, memang tidak sulit bagi bidan untuk mendapatkan perkerjaan. Tanpa mencari pun akan mendapatkan tawaran itu, namun tidak bagi saya. Saya pernah mencoba untuk mengabdikan diri menjadi seorang bidan. Saya menyukai pekerjaan ini,sebenarnya. Tapi, saya sering dihantui oleh sisi lain saya. Saya seolah dituntut untuk menjadi ini dan ini. Keduanya sama berat. Saya tidak mungkin meninggalkan predikat sebagai bidan karena saya menghargai kerjakeras Bapak dan do'a Ibu untuk saya menyelsaikan kuliah ini tahun lalu. Namun saya juga tidak bisa ' membunuh' sisi lain saya yang masih ingin terbang lebih jauh  bersama terik matahari yang berbeda koma. Hingga saat ini saya masih 'bingung' memilih yang mana. Menjadi salah satu penyebab semakin tak menentu, dan insomia malam ini memang terencanakan. Saya ingin menghabiskan malam ini untuk membaca, menulis dan berdiskusi.


Menjelang isya, saya pun mengakhiri sebuah diskusi dengan beberapa penulis 'sejarah'. Mereka yang mampu mengepakan sayap dengan pilihan yang tepat. Salah satu dari mereka mengatakan "temukan pekerjaan yang tidak membebani mu, lantas berkaryalah dibumi Tuhan yang luas". Kalimat itu seolah merebus semangat saya yang sempat saya 'bekukan' dalam enam bulan terakhir. Saya belum juga mantap memilih meski sudah beberapa kali meminta petujuk pada Sang MahaTahu, mungkin saya yang kurang seriuse bertanya padaNya atau petunjuk sudah didepan mata namun saya yang bodoh ini tidak menyadari itu?? hahaha

Saya mungkin sedang 'lupa' dengan apa yang pernah saya tulis,bahwa "Tuhan itu Mahakreatif. Ia memberikan tidak dengan satu cara, namun beraneka cara. Agar kita mau berusaha dan sabar didalamnya. Tuhan memberi petunjuk dengan atau tanpa perantara. Dengan pencitraan indera atau dengan jangkauan hati".


Ya, keberhasilan yang tertunda tahun lalu memang masih memberikan efek 'jera' yang cukup, hingga saya pun berulang kali menguatkan posisi' tegak'. Posisi yang saya pertahankan untuk impian, impian yang saya tulis dengan huruf kapital bahwa saya percaya, Impian itu akan menjelma didalam semangat dan keinginan yang luar biasa. Tidak perduli rupiah yang tersisa, semua ada jalannya. 

Pilihan itu diciptakan untuk dipilih. ya, DIPILIH!

Sampai detik ini saya sedang dalam proses menentukan pilihan. Berharap kelak apa yang nantinya saya pilih memang yang terbaik untuk saya, keluarga dan kita semua.

" Kadang apa yang kita anggap itu pilihan yang terbaik, bukan sebenarnya yang terbaik. Kembalikan lagi kepada Sang Maha Mengetahui. Ia sebaik-baiknya Penentu"





  • Apa itu “1man1book4aceh”?
    1man1book4aceh adalah bagian dari gerakan literasi “Aceh Pintar” yang diprakarsai oleh Pengajar Muda Aceh Utara bersama Indonesia Menyala. Misi program ini adalah menitipkan pesan semangat pendidikan untuk anak-anak pelosok melalui penggalangan buku. Buku yang terkumpul kemudian akan didistribusikan ke sekolah dan daerah-daerah yang membutuhkan di wilayah Aceh.

    Apa yang membedakannya dengan gerakan penggalangan buku lainnya?
    Program ini menggunakan jejaring sosial sebagai salah satu sarana promosi. Mereka yang mengirimkan buku menuliskan alasan, semangat, atau pesan inspiratif dan kumpulan tulisan tersebut ditampilkan secara real time melalui jejaring sosial untuk menggerakkan masyarakat lainnya (snowball movement). Kegiatan pengiriman buku akan bekerjasama dengan PT. Pos Indonesia melalui PO BOX 1144.

    Kenapa melalui kantor pos?
    Kami berharap gerakan ini bisa menjangkau semua kalangan dan mudah dilakukan -mengirim pesan dalam buku semudah mengirim surat. Selain itu dengan adanya persebaran kantor pos di daerah-daerah kami berharap gerakan ini akan menjangkau seluas-luasnya wilayah di Indonesia. Program ini juga sejalan dengan spirit PT. Pos Indonesia “Satukan Nusantara”.

    Kenapa memilih PO BOX 1144?
    Angka 1144 mewakili tajuk gerakan ini sendiri “1man1book4aceh”. PO BOX 1144 ini juga akan dijadikan hashtag dalam mempromosikannya di social media, sehingga #POBOX1144 menjadi identitas gerakan ini.

    Bagaimana buku-buku ini akan disalurkan?
    Buku yang terkumpul akan disalurkan ke sekolah dan daerah melalui perpustakaan keliling. Dalam hal ini kami bekerja sama dengan Perpustakaan Daerah Aceh Utara . Ke depan, donasi buku yang dikumpulkan juga dapat dikembangkan untuk membangun Taman Bacaan Masyarakat.

    Apakah perpus keliling hanya untuk meminjamkan buku?
    Perpustakaan keliling tidak sekedar berupa kendaraan yang membawa buku bacaan, datang ke sebuah tempat berkumpul masyarakat, berada di sana dalam durasi tertentu, kemudian pulang. perpustakaan keliling dalam program kami selain menjalankan fungsi perpustakaan juga sebagai media informasi yang dapat membuka cakrawala anak-anak di daerah, sekaligus media promosi berbagai kegiatan perlombaan agar bisa diketahui hingga ke pelosok-pelosok daerah. Pengelolaan kegiatan ini juga dijalankan atas kerjasama Pengajar Muda dan Indonesia Menyala dengan komunitas pendidikan yang ada di Aceh. Kegiatan yang diselenggarakan bersama perpustakaan keliling dirancang dapat memicu kreativitas anak-anak, juga media informasi (misal: lomba dan beasiswa) sehingga cita-cita "Aceh Pintar" bisa tercapai.

    Bagaimana caranya jika saya ingin menyumbang buku?
    Kirimkan donasi buku kamu melalui pos ke PO BOX 1144 Lhokseumawe 24300. Jangan lupa, selain mengirimkan buku, sertakan pula pesan di dalamnya. Pesan bisa berupa semangat, kata inspiratif, alasan, atau bahkan harapan kamu dalam menyumbangkan buku tersebut. Pesan ini yang kemudian akan ditampilkan melalui akun jejaring @AcehMenyala.

    Wah, saya tidak punya akun jejaring sosial atau saya tidak ingin mempublikasikan donasi saya?
    Tidak masalah. Yang kami fokuskan bukanlah publikasi personal donatur, melainkan penyebaran pesan semangat yang kamu sampaikan bersamaan dengan buku donasi kamu. Pesan semangat itulah yang kami harapkan akan menyebar dan menginspirasi orang lain untuk berbuat hal yang sama sehingga gerakan literasi di dunia maya bisa menjadi sebuah tren baru yang edukatif dan inspiratif

    Dimana saya bisa menuliskan pesannya?
    Kamu bisa menuliskan pesan kamu di buku yang kamu sumbang, di secarik sticky note, kertas, atau kartu pos yang kamu sertakan bersama buku yang kamu kirimkan.

    Buku-buku apa yang bisa saya sumbangkan?
    Kamu dapat memberikan buku anak – baru maupun lama yang masih layak pakai – kepada kami. Jenis bukunya diutamakan buku/materi yang mendidik: Komik anak (non-serial cantik dan non-dewasa). Komik edukasi. Novel anak. Buku cerita/dongeng anak (termasuk di dalamnya, cerita rakyat, buku cerita bergambar, dll.). Buku pelajaran SD (diutamakan kurikulum terbaru). Buku pengetahuan (ensiklopedi, buku asal-usul/penemuan sesuatu, RPUL, NatGeo dll.) Buku keagamaan untuk anak. Majalah anak. Atlas dan Peta. Mainan edukasi. Video dokumenter pengetahuan. Dan lain-lain.

    Apakah hanya boleh menyumbang satu buku bagi satu orang?
    Tidak. Kami berharap setidak-tidaknya satu orang bisa mengirimkan satu buah buku. Namun jumlah buku yang ingin kamu sumbangkan tidak kami batasi. Kamu bisa menyumbang sebanyak yang kamu inginkan dan sesering yang kamu mau.

    Bagaimana cara saya mendukung gerakan ini jika sudah mengirimkan buku?
    Follow twitter:@AcehMenyala atau join grup Facebook: Kawan Pengajar Muda Aceh Utara untuk mengetahui rilis terbaru mengenai pesan semangatmu dan respon anak-anak. Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi email: penyala.aceh@gmail.com. Pastikan dirimu menjadi bagian dari "1man1book4aceh" dan simak terus kisah para pengajar muda di http://indonesiamengajar.org/cerita-pm/. Karena kamu adalah inspirasi dan penyala harapan untuk anak-anak Indonesia :D

    .. lets aspire your inspire before you expired ..

    * Info lebih lanjut cp: Fe 087878450574
Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ►  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ▼  2012 ( 14 )
    • ▼  Desember ( 1 )
      • Tak Nampak, Namun mematikan
    • ►  September ( 4 )
      • Pembaharuan 'Hidup'
      • Perihal Rindu
      • Elegi Patah Hati
      • Buka (HItungan)
    • ►  Juli ( 3 )
      • Ber-Terimakasih-Lah
      • Prolog
      • M-E-N-I-K-A-H (?)
    • ►  Mei ( 2 )
      • Poem For You
      • K.I.T.A
    • ►  Maret ( 3 )
      • Budaya (Ramah) Tanpa 'Brand'
      • Simple ' L'
      • Insomia Terencana
    • ►  Februari ( 1 )
      • ACEH PINTAR "1Men1Book4Aceh4Indonesia"
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes