Manis - Pahit

Akan ada banyak cerita yang mungkin tidak habis untuk saya tulis. Semenjak permukaan hati mulai berlubang. Ada banyak cela untuk menyimpan cerita disana. Satu persatu mulai menempati kotaknya masing-masing. Perlahan mulai membiarkan mereka 'berteman'. Berharap akan ada keterkaitan diantaranya.

Dalam jeda melewati tiap mili jalan, berpadu dengan embun yang mulai terserap daun. Kembali melepaskan ingatan, membiarkan mereka bermain dengan sejumput harapan bercampur rasa kecewa.

Banyak hal yang masih menggenang didalam keseharian. Tentu saja mengganggu sisi damai juga menyamarkan ketenangan. Rupa bisa saja menampilkan kesahajaan pun riang. Tetapi hati akan tetap pada kondisi awal. Terluka parah, terlebih lagi ia berada didalam. Luka yang berbahaya adalah luka yang tidak nampak.

Selama melintasi jalan ini, jalan yang membawa saya pada sebuah desa yang secara tidak sengaja memberikan rangkaian peristiwa yang sudah pasti tidak bisa diulang. kedua sisi nampak hamparan rumput hijau tumbuh tak beraturan, juga deretan pinus ada yang baru memulai hidupnya namun ada juga yang sudah lapuk ditelan usia. Pegunungan yang gagah namun kadang tersamarkan oleh awan juga kabut yang mulai meninggi. Anak pipit berterbangan diatas ketinggian. Satu dua pasangan suami isteri tengah mengumpulkan rerumputan liar untuk sapi dikandang. Juga bocah dengan cairan kuning mengering diatas bibir. Inilah kehidupan desa yang memberi waktu kepada saya untuk sekadar bertanya pada diri sendiri.

Jalan yang berliku disertai pemandangan nun indah, menuntun saya pada sebuah cerita masa lalu yang memang manis untuk dikenang, meski pahit dalam akhir cerita. Bukan sebuah masalah, saya akan tetap mengenangnya sebagai salah satu cerita manis dalam perjalanan hidup saya.

Manis dan pahit hanyalah simbol dari aneka rasa yang tidak memiliki kepatenan atas ambang batas. Rasa manis mengajarkan saya bagaimana harus bersikap hingga orang lain bisa tersenyum juga menciptakan rasa nyaman dan aneka kesenangan lainnya. Sementara rasa pahit memberitahu satu pelajaran terpenting kepada saya, bahwa apapun usaha yang saya lakukan untuk menciptakan rasa manis pada orang lain juga akan tetap diikuti oleh rasa pahit. Karena sampai kapanpun, saya tidak akan pernah dengan sempurna melakukan hal tersebut.

Yah, sampai kapan pun saya tidak akan mampu membuat semua orang bahagia. Hal terpahit yang akan saya terima ketika orang lain merasa tidak meneguk rasa manis dari saya.

Ah Tuhan, kadang saya berpikir ketika melewati jalan-jalan lenggang ini. Berpikir tentang apa saja yang sudah saya perbuat di dunia ini. Melakukan hal yang sangat menyenangkan untuk saya. Tetapi apa saya sudah berpikir tentang hal-hal yang saya lakukan namun tidak menyenangkan orang lain?

Ketika berpikir tentang hal itu, saya kembali pada teori manis- pahit, teori yang saya buat untuk memberitahu pada diri saya bahwa sampai kapanpun, akan ada pahit yang mengikuti langkah. Karena ia adalah bagian dari proses penyadaran diri bahwa kita memang tidak akan pernah bisa membahagiakan semua orang atas apa yang kita lakukan maupun atas apa yang kita miliki.




 



Share this:

0 komentar :