Anak Muda Cerminan Indonesia
Sebagai anak muda, pernah kita berpikir tentang Perjuangan? Tentang usaha kita untuk memperjuangkan sebuah 'kemerdekaan' banyak umat? atau sebagai anak muda kita hanya berpikir tentang gadget, tentang gaya, siapa yang paling cantik? siapa yang paling keren? siapa yang paling gaul?
Pernah kita berpikir betapa keras dan mati-matian perjuangan para Pejuang kita terdahulu yang manisnya bisa kita rasakan? Pernah? Pejuang hanya diingat ketika membaca nama mereka yang menjadi nama jalan, atau sekadar nama-nama rumah sakit. Itupun jika kita mengenal mereka dari pelajar sejarah. Jika tidak, Who knows?
Saya, kamu, kita bisa mengoreksi diri masing- masing. Apa yang bisa dan telah kita lakukan untuk melanjutkan perjuangan mereka. Meski bukan dalam bentuk peperangan lagi, karena jaman sudah beda. Melainkan dengan perjuangan kita untuk tetap mempertahankan apa yang sudah mereka perjuangkan.
Saya senang sekali, ketika banyak anak muda yang secara tidak langsung terlibat langsung dalam Pembangunan. Dengan berlomba-lomba meningkatkan prestasi, berlomba-lomba membuat sebuah organisasi anak muda, berlomba-lomba mengambil peran dalam Pembangunan Indonesia.
Namun disamping itu, masih banyak anak muda yang juga menciptakan 'dunia' mereka sendiri. Bahkan lebih pekat dan lebih sempit dari dunia nyata. Mereka 'menyamankan diri' dengan pergaulan bebas yang menganggap seks bebas dan narkoba sebagai sahabat, dengan kegiatan yang berujung pada praktek "premanisme' dan kriminalitas. Yang berakibat pada kehancuran masa depan juga meningkatnya angka kriminalitas oleh anak muda, menjulangnya penderita HIV AIDS maupun Penyakit Menular seksual, kehamilan remaja, yang pada akhirnya berujung pada kematian.
Semua itu adalah Fakta yang selama ini kita 'anggap' mungkin bukan masalah atau bahkan dianggap biasa. Atau mungkin terlalu pesimis untuk menyelesaikan masalah tersebut. Memang, saya tahu itu tidak mudah. Dan sudah pasti, menyelesaikannya pun tidak sekadarnya. Akan banyak melibatkan pihak, sektor, juga penguasa termasuk anak muda lainnya. Sebenarnya, Pemerintah tidak diam saja dalam hal ini, namun masih sangat kurang didukung oleh 'oknum' didalamnya. Rasa peduli atau tepatnya tingkat kepedulian akan hal ini masih sangat kurang.Contoh saja, masih banyak 'oknum' yang tertangkap karena juga terlibat dalam permasalah diatas. Meski mereka bukan lagi anak muda, namun mereka adalah pihak yang seharusnya turut aktif dalam menyelesaikan permasalah ini.
Itulah PR kita sebagai Subjek dalam mengambil peran membuat Perubahan sebagai anak muda. Perjuangan kita lebih berat karena kita harus berjuang melawan 'nafsu' diri sendiri. Kita harus 'berperang' dengan hal-hal buruk yang mungkin akan selalu menggoda kita. Seharusnya, sebagai anak muda kita sudah bisa mempertimbangkan tindak tanduk kita. Bukankah di sekolah kita diajarkan untuk memahami Pancasila,Undang-undang dasar? itu semua diajarkan agar kita paham kita harus hidup seperti apa. Terlebih lagi setiap agama mengajarkan hal-hal baik dan melarang hal-hal yang buruk. Bahkan dalam bangku sekolah, kita diberitahu tentang kesehatan, budaya, kejahatan, dan pengetahuan tentang alam semesta. Sayangnya, tidak semua dari kita memahami, ,mengerti dan menganggap semua itu penting untuk diaplikasikan. Bahkan mungkin hanya sebagai materi usang yang berlalu dan berulang dari generasi ke generasi! hufff,terasa sulit memang! Tetapi kita harus bangkit dari rasa pesimis! Kita harus saling bahu membahu dalam mengubah banyak hal. termasuk mengubah paradigma tentang Dunia anak muda.
Anak Muda adalah Penentu akan jadi seperti apa Generasi selanjutnya.
Anak Muda adalah Cerminan akan seperti apa bangsa kita pada tahun-tahun mendatang
Anak Muda adalah Pensil yang akan dihabiskan untuk menulis sejarah tentang Indonesia
Kita, sebagai anak muda memiliki banyak pilihan akan menjadi apa dan mampu memberi apa pada negeri yang sangat kita cintai.
Untuk kita Generasi Muda,
Untuk melihat bintang yang indah, kita memang harus menunggu langit yang gulita. Untuk melihat pelangi yang elok, kita harus melewati badai sampai ia berlalu. Kita tidak perlu menyalahkan atau mengucilkan orang lain. Yang perlu kita lakukan adalah terus berprestas dalam masing-masing frame, terus peduli dengan sesama yang masih belum satu genggaman dan terus membuat perubahan meski bermulai dari diri sendiri. Karna saat ini, kita bukan sekadar Objek pembangunan, melainkan Subjek atasnya!
0 komentar :
Posting Komentar