Sepucuk Surat Lia
Sepotong surat yang ditulis oleh seorang bocah yang duduk dibangku sekolah dasar kelas 4. Lia, anak dari sepasang suami isteri yang sudah tidak lagi menjaga keharmonisan rumah tangganya. Sang bapak yang tidak lagi menafkahi bahkan sudah menjalin hubungan dengan wanita lain.
Pertemuan dengan Lia terjadi ketika rumah Lia menjadi salah satu rumah yang saya datangi untuk dilakukan Pemetaan Kesehatan keluarga yang merupakan salah satu program kami ( Pencerah Nusantara). Semula, tidak ada pembicaraan yang mengarah pada masalah pribadi. Saya hanya sedikit mewawancarai terkait masalah kesehatan.
Ibunda dari Lia, terlihat sebagai sosok Ibu yang mandiri, tegar juga bertanggungjawab. Dapat saya lihat dari gaya bicara, perkerjaanya sehari-hari yakni menjadi kuli pasar dipagi hari, siang menjadi pembantu rumah tangga, dan sore mengambil makanan sapi di ladang.
Saya menaru empati padanya. Perlahan, Ibunda Lia semakin detail bercerita tentang keluarganya. Sampai pada akhirnya beliau menunjukan secarik kertas kumal yang berisi permintaan dan pertanyaan Lia terhadap hubungan orang tuanya. Lia menginginkan seorang adik seperti teman-temannya. Lia menginginkan sepeda untuk bermain kelak dengan adiknya. Lia menginginkan keluarga yang bahagia..
Lia menangis ketika surat itu diberikan kepada saya. Saat itu, saya berjanji pada diri saya untuk tidak menangis. Sayangnya, pertahanan saya runtuh ketika membaca surat yang Lia buat atas kata hatinya sendiri.
Lihat! betapa anak menjadi korban atas ketidakharmonisan hubungan orangtua. Apakah orangtua memikirkan hal ini? Bagaimana psikis anaknya ketika orangtua saling beradu argumentasi dihadapan anaknya. terlebih lagi ketika saling bermain tangan?
Lia, bisa jadi salah satu anak yang beruntung ketika perpecahan terjadi didalam keluarganya tidak membuat lia menjadi anak yang memusuhi masa depan. Karena lia masih mendapatkan peringkat kedua di sekolahnya. Lia tetap ingin menunujukan bahwa ia adalah anak yang cerdas. Keinginannya menjadi seorang guru terus ia pupuk dengan rajin bersekolah dan belajar dirumah.
Saya berjanji membelikannya boneka kelinci ketika semester ini dia mendapatkan peringkat satu. Dan dia berjanji akan mendpatkan peringkat satu!
0 komentar :
Posting Komentar