Belajar Banyak

Saya seorang perempuan. Asli perempuan, sama seperti perempuan kebanyakan. Hidup saya penuh dengan drama yang berasal dari keterlibatan perasaan dalam hal apapun. Tidak terkecuali. Setiap hari saya mencoba belajar. Dari interaksi dengan orang lain yang saya temui,dari mengamati orang lain di sekitar saya, dari status orang lain di media sosial, dari artikel yang ditulis oleh orang lain. Saya belajar banyak. 

Dan hari ini saya kembali belajar, bagaimana menanggapi karyawan yang ingin mengundurkan diri dari pekerjaaanya karena merasa tidak mampu, bagaimana turut merasa lucu ketika orang lain sedang berusaha melawak, pun belajar memahami  persepsi laki-laki. 

Salah satunya tentang seorang penulis laki-laki yang sering menuliskan tentang dunia laki-laki dalam topik menikah-pernikahan. Selain membaca terjemahan Al-Qur'an yang memang mengandung aturan tentang hal ini , membaca buku fiqih nikah, mendengarkan kajian para ulama tentang menikah, tulisan Kurniawan Gunadi menjadi salah satu rekomendasi saya. Dia penulis muda yang sangat berbakat, tulisannya berisi, terutama bagian pernikahan. Jujur saya bukan salah satu pembacanya, tetapi hari ini, baru saja saya mencoba membaca beberapa tulisannya di blog pribadinya, dan saya harus saya akui, saya menyukai tulisan dan cara ia menuangkan pesan yang berkualitas dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. 

 Karena menikah tentu saja harus bermodal, tidak hanya materi, tetapi juga ilmu. Saat ini banyak sekali anak muda berani untuk mengambil langkah nyata dalam menjauhi zina dengan menikah di usia yang terbilang masih muda. Tidak khawatir berlebihan tentang kehidupan setelah menikah. Barangkali karena ilmu yang mereka miliki pun sudah cukup menjadi modal untuk memutuskan membangun keluarga. 

Karena tidak ada yang perlu diragukan jika kita percaya bahwa pernikahan akan membawa berkah bagi keduanya, termasuk rizki yang akan Allah tambah. Begitu pun yang ada di dalam benak saya, sebagai perempuan yang memiliki kegemaran travelling, membeli buku, nonton di bioskop, perawatan wajah,  dll saya tidak pernah khawatir akan pekerjaan suami atau pasangan saya nantinya. Tidak harus pegawai, tidak harus anak jendral, tidak harus exmud, yang penting laki-laki yang memahami Islam, setidaknya sedang belajar memahami apa yang ia imani, laki-laki yang patuh terhadap orangtuanya, menyayangi Ibu dan keluarganya, laki-laki yang bertanggungjawab atas kehormatan dirinya dan orang lain, laki-laki yang mengerti bagaimana menjadi seorang laki-laki, laki-laki yang tidak mudah dipatahkan, laki-laki yang mau berjalan lebih jauh, laki-laki yang tidak mudah mengeluh, laki-laki yang sedia menggenggam tangan isteri dan keluarganya di jalan kebaikan. 

Sejak dahulu, saya tidak pernah khawatir akan hal ini. Bisa jadi karena saya juga mandiri, tidak bergantung secara finansial. Dan bisa jadi karena saya belajar banyak dari keluarga saya, Mamak dan Bapak menjadi cerminan bagaimana saya kemudian menjadi perempuan dewasa. Tidak ada yang sempurna, proses pun hasil, tetapi saya percaya bahwa selama kita mengikuti aturan Tuhan akan membawa kita pada kebaikan. 


Berkumpul dengan orang-orang berilmu tidak akan pernah sia-sia, kita bisa belajar banyak hal dari mereka, dari orang lain.Dan menjadi orang yang beruntung ketika kita bisa mendapatkan makna hidup, hikmah dari sebuah peristiwa tanpa harus mengalaminya secara langsung. 

Mari berburu ilmu, mengaplikasikannya dalam kehidupan. Merawat keyakinan bahwa Tuhan semesta alam akan selalu membersamai kita dalam setiap tarikan nafas, semoga kita menjadi manusia yang beruntung. Mari belajar banyak.
 

Share this:

0 komentar :