Doa Ibu

" Mamak, Mamak sudah doain saya dengan spesifik?"

Terdengar suara tawa dari ujung telephone di seberang sana. Mungkin pertanyaan saya terdengar begitu kaku dan beku.

" Mamak gak pernah lewat kok ngedoain kamu. Jangankan spesifik cuma sekadar minta jodoh buat kamu. Bahkan Mamak sudah sebut tanggal ke Allah. Jadi kamu siap-siap ya. Kalau jodoh kamu datang sebentar lagi"

Lalu saya tertegun sesaat, sebelum akhirnya menutup pembicaraan sore hari ini. 

Iya, Mamak paham sekali apa yang puterinya tengah alami. Berjuang tidak hanya untuk sekadar bertahan hidup, tetapi juga membuat nyata impian demi impiannya, dan menikah adalah salah satunya. Ingat sekali betapa sudah lama mempersiapkan diri sejak lima tahun yang lalu, namun sayangnya Tuhan belum juga berkenan. Sebab perkara jodoh adalah satu hak mutlak Tuhan yang sama sekali tidak bisa diganggu gugat, setidaknya seperti itu pemahaman saya. 

Tidak hanya di kalangan keluarga, tetapi juga lingkungan kerja, tetangga, teman lama, bahkan seseorang yang baru dikenal, sudah memiliki potensi untuk "ikut meramaikan" isi kepala dengan pertanyaan yang sama, dengan judgement yang tidak jauh berbeda. 

At the end, saya semakin penasaran dengan dia yang menjadi jodoh saya. Satu pertanyaan yang kelak akan saya tanyakan kepadanya, begitu sulitkah menemukan jalan menuju saya? 

Bisa jadi setelah akad tidak ada agenda honeymoon seperti pengantin baru pada umumnya, yang ada adalah agenda story telling yang mungkin tidak akan habis-habis dijadwalkan. Menikah memang menjadi impian setiap hati, sebab kala itu hati tidak lagi kosong dan sendiri. Duka sekali pun akan terasa jauh lebih mudah untuk dinikmati. 

Semoga do'a seorang Ibu kian mempermudah jalan puterinya yang tengah dalam pemantasan diri. Jika itu kamu, maka datanglah. Sebab Ibuku sudah menanti kamu di beranda keluarga kami. Sampai ketemu :')

Share this:

0 komentar :