TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for 2013
Beginilah ketika rasa nyaman mulai menjalar pada sebuah interaksi antara kita. Namun sayangnya, ( mungkin ) kamu tidak menemukan titik temu.

Pasca kejadian satu tahun yang lalu, tidak seorang pun bisa dengan benar menjalin komunikasi dengan atau tanpa tujuan yang benar. Menjadi seseorang yang skeptis bukan pilihan, karena itu sesungguhnya sangat menyiksa.

Namun yang istimewa akan lenyap dan terganti dengan yang selalu ada

Tidak seorang pun, 
Bertahan tetap menyapa meski selalu di tanggapi biasa saja
 Tidak seorang pun,
Mampu menerima sikap dingin tanpa rasa
 Tidak seorang pun,
Dengan sabar mencoba menghibur dan menciptakan tawa
Tidak seorang pun,
Dengan sengaja bertanya " bagaimana hari kamu ? "

***

Ketika kita pernah memiliki rasa sakit yang tidak bisa di ukur, jelas saja ketika ada luka baru, rasa sakit yang tercipta tidak begitu menyerap rasa. Sudah pernah merasakan yang lebih sakit dari sekadar kesemuan belaka.

***

Keputusan untuk kembali membuka hati untuk orang lain tidak sepenuhnya tepat, tidak juga salah. Kehati-hatian dalam memilih teman bicara pun tidak sepenuhnya menghasilkan kebenaran. Tidak bijak rasanya, ketika ada rasa kecewa lantas menyudutkan mereka yang datang. Karena sebenarnya yang salah adalah seogok daging didalam sana. Yang membubuhi interaksi dengan rasa nyaman sehingga ia menyerap semuanya.

(Mungkin) seharusnya, tidak pernah melibatkan harapan pada sesama manusia.


Ada sesuatu yang tidak pernah bisa dijelaskan. Menunggu meski tidak mengetahui dengan jelas apa yang di tunggu. Seperti sedang menanti hujan padahal langit sedang cerah merah merona. Tetapi tetap saja memangku harapan agar hujan tetap turun.

***

Harapan tidak pernah sirna. Tidak juga di pupuk dengan keyakinan tentang kepastian. Hanya saja ia di lepaskan. Seolah membiarkan harapan itu sendiri berbuat sesukanya.

***

Yang datang dan pergi tidak banyak mencuri perhatian. Mereka benar- benar seperti angin yang berlalu setiap hari. Tidak nampak, meski tetap terasa. Karena mereka tidak benar- benar ingin berada di dalam rongga.
"Kedewasaan memang bukan anugerah yang dibawa sejak lahir, bukan juga sebagai bonus dari kehidupan. Tetapi ia menjadi hasil dari setiap proses, bukan hasil akhir.."

Beberapa tahun yang lalu, mungkin saya menjadi seorang remaja yang sangat tinggi hati, sangat menonjolkan kemampuan, sangat ingin menjadi pusat perhatian, begitu arrogant. Sederet nafsu yang menginginkan diri menjadi the number one dari semua aspek. Semoga itu, hanya bagian dari kenangan, bukan masa kini pun masa depan.

Jaman SD hingga SMA bahkan hingga di perguruan tinggi, saya menjadi juara di bidang akademik. Menjadi Tim Olimpiade, Penerima beasiswa berprestasi, Aktif dalam berbagai organisasi dalam dan luar sekolah atau kuliah. Aktif dan berprestasi, seperti itulah. Namun, sayangnya semua membuat perlahan timbul rasa yang tidak baik di dalam hati. Merasa serba " Paling ", seolah yang lain tidak pantas, tidak serba. Sungguh menjadi titik beku dalam sebuah proses.

Hingga pada satu titik,  bertemu dengan banyak orang, mengikuti banyak kegiatan, mempelajari banyak bidang,  bertemu dengan para ahli di bidang mereka, bertemu dengan sebaya yang jauh lebih lebat, lebih berprestasi, lebih mengagumkan. Dan ya, ternyata..

Dunia tidak sekadar kotak persegi yang bersekat dan tertutup. Dunia luas, sangat! Di luar sana, saya mempelajari banyak pola, banyak teori, banyak hikmah dari segala pertemuan, kejadian, dari orang lain, dari kisah mereka, dari interaksi, dan banyak hal, dari semua yang bergerak hingga yang diam,  di dunia ini. Semua mampu membuat arrogant perlahan mengubah bentuk menjadi wise, meski mungkin perubahan itu belum sempurna. Ia tetap berproses tanpa memiliki batas waktu.

Ketika menjadi pesimis karena banyak yang berpikir bahwa watak seseorang tidak akan bisa diubah , sayangnya saya salah seorang yang optimis. Bagi saya, semua bisa diusahakan ketika kita memang memiliki niat dan usaha yang luar biasa untuk berubah. Tidak untuk membuat orang lain menyukai perubahan kita, tetapi untuk diri sendiri.

Menjadi bentuk bahwa perbaikan diri tidak lebih sekadar suguhan manis untuk mereka yang tidak pernah meninggalkan ketika saya dalam keburukan


Allah selalu mengistimewakan kita dengan caraNya sendiri..

Berkumpul dengan keluarga adalah satu spasi dari waktu yang teramat dirindu. Keputusan untuk selalu hijrah adalah keputusan yang begitu mengeruk emosi ketika rindu. Dan satu spasi waktu terwujud ketika hari raya,ya! Hari raya yang selalu istimewa.

***

Tujuh Belas tahun,selalu merayakan Idul Fitri dan Adha bersama keluarga di Lampung. Rangkaian waktu yang selalu membuat ragam alasan untuk bisa berada disana. Namun kini ada yang berbeda, di rasa atau pun tidak. Mungkin kini tengah belajar, belajar untuk menjalani spasi yang berbeda. Belajar ketika sudah memiliki keluarga kedua dan hitungan selanjutnya.

***

Hari ini, merayakan Idul Adha di desa orang. Sepi memang tanpa sanak keluarga. Jika tanya, sedih? bukan main. Tetapi tetap berusaha menikmati. Bukankah ini bagian dari hidup?

Membayangkan, suatu hari akan merayakan banyak hari raya juga di kampung orang. Perbedaanya adalah lengkap dengan sanak keluarga dari Sang Pendamping. Bahagia kah? Bukan main! Menikmati hiruk pikuk bersama keluarga baru, dengan rasa yang baru.

Membayangkannya saja sudah membuat haru, hari raya impian..

***

Selamat Hari Raya Idul Adha, kita hanya bisa belajar untuk memperbaiki diri. Semoga Allah selalu memberkahi jalan kita, untuk kita yang selalu berusaha memperbaiki diri :)

Selalu menjadi bahan diskusi kami,mengapa perempuan harus memiliki pendidikan yang tinggi. Duhai sholehah, bagaimana tidak? Perempuan seperti apa yg akan menjadi penentu bagaimana nasib generasi selanjutnya,jika bukan perempuan yang memiliki sudut pandang seluas hamparan bumi,memiliki pikiran sejernih mata air. Tidak ada yang tidak bisa kita pelajari,kan?

***

Jika kita kembali mempelajari atau sekadar mengingat tentang bagaimana kita diciptakan,bagaimana Allah menyerukan pada kita untuk belajar. Baca ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Al-Alaq : ayat 1-5)”.

Sedangkan ayat lain yang berkaitan dengan keharusan belajar dapat dilihat pula dalam surat At-Taubah : 122,  “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

***


Peranan  seorang  istri  sebagai  ibu  rumah tangga adalah untuk  menjadikan  rumah  itu  sebagai  sakan, yakni  "tempat  yang  menenangkan  dan menenteramkan seluruh anggotanya."  Dan  dalam  konteks  inilah  Rasulullah   Saw. menggarisbawahi  sifat-sifat  seorang  istri yang baik yakni yang menyenangkan suami bila  ia  dipandang,  menaati  suami bila  ia  diperintah,  dan  ia  memelihara  diri, harta, dan anak-anaknya, bila suami jauh darinya.

Sebagai ibu, seorang istri adalah pendidik pertama dan utama bagi  anak-anaknya, khususnya pada masa-masa balita. Memang,keibuan  adalah  rasa  yang  dimiliki  oleh  setiap  wanita, karenanya  wanita  selalu  mendambakan  seorang  anak  untuk menyalurkan rasa keibuan tersebut. Mengabaikan potensi  ini,berarti  mengabaikan jati diri wanita. Pakar-pakar ilmu jiwa menekankan bahwa  anak  pada  periode  pertama  kelahirannya sangat  membutuhkan kehadiran ibu-bapaknya. Anak yang merasa kehilangan perhatian  (misalnya  dengan  kelahiran  adiknya) atau merasa diperlakukan tidak wajar, dengan dalih apa pun, dapat mengalami ketimpangan kepribadian.
  
Oleh karena  itu,  dalam  rumah  tangga  dibutuhkan  seorang penanggung jawab utama terhadap perkembangan jiwa dan mental anak, khususnya saat usia dini (balita). Disini  pula  agama menoleh  kepada  ibu,  yang memiliki keistimewaan yang tidakdimiliki sang ayah, bahkan tidak dimiliki oleh wanita-wanita selain ibu kandung seorang anak


 
***

Duhai Sholehah,Lihat betapa Allah menginginkan kita supaya tetap menuntut ilmu, supaya mengambil pelajaran dari kehidupan. Tidak hanya dua ayat Ia memberi perintah,tetapi banyak sekali! Allah tidak pernah menyebutkan perintah itu hanya untuk kaum adam,tidak sama sekali. Itu artinya Allah juga memberi perintah yang serupa pada kita, duhai sholehah..

***

Jika ada yang melarang kaum perempuan untuk mengenyam pendidikan, maka sudah barang pasti mereka telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Menurut pasal 1 angka 1 UU Tahun 1999 tentang HAM dan UU No 26 tahun 2000 tentang HAM, hak asasi manusia dapat diartikan sebagai hak yang dimiliki oleh setiap orang yang diberikan oleh Tuhan, untuk itu negara, hukum, pemerintah harus menghargai dan menjujung tinggi HAM. Jadi ketika seseorang (baik laki-laki maupun perempuan) tidak mendapatkan akses pendidikan maka dapat dikatakan hak asasi dasarnya telah dilanggar. 

***

Sehari- hari, dalam kesibukan, saya tetap memiliki waktu untuk memikirkan bagaimana seorang Ibu seharusnya. Banyak konsep, pendapat, pun hasil pengamatan terhadap banyak Ibu-anak, bagaimana mereka mendidik, berinteraksi dan sebagainya. 

Tahukah kita duhai sholehah?

Keterikatan Ibu dan anak dimulai sejak dalam kandungan,sejak ada yang bernyawa didalam rongga rahim kita.Ini terbukti dengan kondisi Ibu saat mengandung sangat berpengaruh kepada janinnya.Kondisi Ibu, apa yang terjadi pada Ibu, apa yang Ibu bicarakan, semua akan mempengaruhi bayi kita.Karena keterikatan inilah ibu memegang peran penting dalam memberikan pendidikan kepada anak sedini mungkin, yakni sejak dalam kandungan. Kalimat الأُمُّ مَدْرَسَةٌ أُوْلَى (Ibu adalah Madrasah Pertama) benar adanya. Karena fungsi yang sangat vital ini, maka kualitas pendidikan perempuan memiliki peran penting. Seorang perempuan dengan pengetahuan yang luas, tingkat pendidikan bagus, dan keshalehah yang tinggi tentu akan berbeda cara memberikan pendidikan kepada anak dibanding dengan seorang perempuan yang tidak mengenyam pendidikan. 

Untuk itu menjadi perempuan adalah kepasrahan untuk menjadi pribadi yang pintar, tanggungjawabnya sebagai madrasah pertama bagi generasi mendatang mengharuskan perempuan selalu menempa diri agar menjadi seseorang yang pintar, hingga pendidikan yang diberikan ke anak-anaknya juga pendidikan yang berkualitas.

***

Duhai Sholehah, Masih belum yakinkah jika kita harus seperti itu? Saya pun kembali mengutip catatan Imam Bukhari, isteri Nabi Muhammad SAW yaitu Aisyah binti Abi Bakar r.a pernah memuji para perempuan Anshar yang selalu belajar: "Perempuan terbaik adalah mereka yang dari Anshar, mereka tidak pernah malu untuk selalu belajar agama" (Riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan an-Nasâ'i, lihat: Ibn al-Atsîr, juz VIII, hal. 196, nomor hadis: 5352 ).

Belajar dan menjadi terdidik bukan hanya semata untuk mendapatkan gelar, bukan! tetapi jauh lebih dari sekadar gelar. Kita adalah Pencetak masa depan. Kita harus mengimbangi ilmu dunia dengan agama. Begitu penting kita memutuskan rantai permasalahan moral pada anak-anak kita, kelak.

Moh. Hatta pernah menyatakan bahwa pendidikan perempuan sangatlah penting. Berikut kalimat yang Beliau utarakan: “Jika kamu mendidik satu laki-laki, maka kamu mendidik satu orang. Namun, jika kamu mendidik satu perempuan, maka kamu mendidik satu generasi.” (Moh. Hatta
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Al Rûm [30]: 21)
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?.” (QS. An Nahl [16]:72)

هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
“Mereka (istri-istri) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al Baqarah [2]: 187)

Hak dan Kedudukan Wanita

Sebagaimana laki-laki, hak-hak wanita juga terjamin dalam Islam. Pada dasarnya, segala yang menjadi hak laki-laki, ia pun menjadi hak wanita. Agamanya, hartanya, kehormatannya, akalnya dan jiwanya terjamin dan dilindungi oleh syariat Islam sebagaimana kaum laki-laki. Diantara contoh yang terdapat dalam al Qur`an adalah: wanita memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam beribadah dan mendapat pahala:

وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.” (QS. An Nisâ [4]: 124)

Wanita juga memiliki hak untuk dilibatkan dalam bermusyawarah dalam soal penyusuan:
فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا
“Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.” (QS. Al Baqarah [2]: 233)

Wanita berhak mengadukan permasalahannya kepada hakim:
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Mujâdilah [58]: 1)

Dan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diriwayatkan beberapa kasus pengaduan wanita kepadanya.
Wanita adalah partner laki-laki dalam peran beramar makruf nahi munkar dan ibadat yang lainnya:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Taubah [9]: 71)

Allah juga berfirman tentang hak wanita:
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi laki-laki, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Baqarah [2]: 228)

Ibnu Katsir berkata, “Maksud ayat ini adalah bahwa wanita memiliki hak atas laki-laki, sebagaimana laki-laki atas mereka. Maka, hendaknya masing-masing dari keduanya menunaikan hak yang lainnya dengan cara yang makruf.” (Tafsîr al Qur`ân al Adzîm: 1/609)
Muhammad al Thâhir bin ‘Asyûr berkata, “Ayat ini adalah deklarasi dan sanjungan atas hak-hak wanita.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 2/399)

Mutiara Yang Harus Dijaga

Selain menjamin hak-hak wanita, Islam pun menjaga kaum wanita dari segala hal yang dapat menodai kehormatannya, menjatuhkan wibawa dan merendahkan martabatnya. Bagai mutiara yang mahal harganya, Islam menempatkannya sebagai makhluk yang mulia yang harus dijaga. Atas dasar inilah kemudian sejumlah aturan ditetapkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dan agar berikutnya, kaum wanita dapat menjalankan peran strategisnya sebagai pendidik umat generasi mendatang.

Muhammad Thâhir ‘Asyûr rahimahullah berkata, “Agama Islam sangat memperhatikan kebaikan urusan wanita. Bagaimana tidak, karena wanita adalah setengah dari jenis manusia, pendidik pertama dalam pendidikan jiwa sebelum yang lainnya, pendidikan yang berorientasi pada akal agar ia tidak terpengaruh dengan segala pengaruh buruk, dan juga hati agar ia tidak dimasuki pengaruh setan…
Islam adalah agama syariat dan aturan. Oleh karena itu ia datang untuk memperbaiki kondisi kaum wanita, mengangkat derajatnya, agar umat Islam (dengan perannya) memiliki kesiapan untuk mencapai kemajuan dan memimpin dunia.” (al Tahrîr wa al Tanwîr: 2/400-401)
Di antara aturan yang khusus bagi wanita adalah aturan dalam pakaian yang menutupi seluruh tubuh wanita. Aturan ini berbeda dengan kaum laki-laki. Allah memerintahkan demikian agar mereka dapat selamat dari mata-mata khianat kaum laki-laki dan tidak menjadi fitnah bagi mereka.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnyake seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzâb [33]: 59)

Wanita pun diperintah oleh Allah untuk menjaga kehormatan mereka di hadapan laki-laki yang bukan suaminya dengan cara tidak bercampur baur dengan mereka, lebih banyak tinggal di rumah, menjaga pandangan, tidak memakai wangi-wangian saat keluar rumah, tidak merendahkan suara dan lain-lain.
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmudan janganlah kamu be

Semua syariat ini ditetapkan oleh Allah dalam rangka menjaga dan memuliakan kaum wanita, sekaligus menjamin tatanan kehidupan yang baik dan bersih dari prilaku menyimpang yang muncul akibat hancurnya sekat-sekat pergaulan antara kaum laki-laki dan wanita. Merebaknya perzinahan dan terjadinya pelecehan seksual adalah diantara fenomena
Dari artikel 'Islam Menjaga dan Memuliakan Wanita — Muslim.Or.Id'
Bisa kah kita sedikit lebih banyak memercayai takdir?

Setiap pagi, bukan dalam rangka kebetulan, sinar matahari selalu membuat gorden persegi memiliki bayangan. Membiaskan cahaya sehingga kamar menjadi terang benderang. Setiap pagi, hampir tidak ada yang berbeda.

Setiap pagi, memandangi layar handphone dengan mengumpulkan harapan bahwa akan ada yang membuat berbeda, seperti akhir-akhir yang lalu.

Tetapi sayang, hanya layar kosong tanpa pemberitahuan, apapun.

***

Betapa menjadi neraka ketika harapan itu mulai tumbuh meski tidak seorang pun menebar benih

Setiap pagi, akan menjadi sebuah lembar baru yang siap untuk ditulis sepanjang waktu beriringan. Dengan atau tanpa membaca ulang lembar- lembar yang lalu  untuk dijadikan pelajaran. 

Kamu berada disuatu tempat yang belum bisa dijangkau. Dengan segala rasa pun kata. Tuhan hanya menjanjikan bawasannya, suatu pagi dimana akan menjadi pembeda,saat memulai pagi tidak lagi menatap layar kosong, kamar kosong pun dengan hati kosong. Karena kamu yang dahulu berjarak, kini berada tepat. 

***

Bisa kah sedikit saja memercayai takdir?

Kita tidak perlu mencari alasan atau pun pembenaran atas rasa takut. Rasa takut akan selalu menakut-nakuti. Tidak untuk membuat kamu menjadi teguh. 

Bisa kah sedikit saja percaya dengan apa yang ada?

Setidaknya, kamu pernah memulai. Meski kamu pun tidak pernah tahu apa yang kamu mulai.

Bisa kah lebih banyak memahami takdir?

Seperti pertemuan yang tidak pernah direncanakan namun menggiring kita pada sebuah cerita. Merajut batas antara bisa dan biasa. 

Mereka adalah pemilik senyum paling tulus yang pernah ada..

Berada di tengah keceriaan dan pola anak usia dini menjadi sebuah cerita tersendiri. Mereka bisa menyalurkan energi positif pada hari yang kadang penuh dengan keluh kesah.

Perlu kah kita berkeluh kesah?

Kadang, ada saat dimana kita tidak mempersiapkan  diri untuk menerima beban atau penolakan bertubi-tubi. Ada saat dimana kita tidak bisa bercerita atau pun berbagi, maka berinteraksi dengan anak-anak adalah obatnya.

***

Di dunia ini, terdapat begitu banyak karakter, beragam dan tidak satu pun serupa. Hidup memang berkutik dengan satu hal, Penerimaan. Sayangnya, untuk bisa menerima keragaman karakter, kita tidak mempersiapkan hati untuk menoleransi banyak hal dengan mudah. Tidak semudah kita melengkungkan bibir untuk menciptakan senyum.

Hidup memang di penuhi dengan sekat-sekat yang diciptakan oleh kita sendiri.

***

Perpustakaan kecil yang saya 'bangun' di desa penugasan, cukup membuat anak-anak tertarik untuk datang dan membaca buku. Mereka nampak antusias, penuh dengan rasa ingin tahu, dan tentu saja energi mereka masih berlebih.

Mereka adalah obat

Mencuri-curi pandang, membaca sambil berguman, bermain monopoli, bermain kartu, membaca cerita dengan suara yang cukup keras,terkadang menemui saya di depan notebook sambil bertanya " Kakak sedang apa?" dan aneka pola lainnya. Nah! seperti itulah pola mereka yang kadang membuat saya bisa tersenyum bahkan turut dalam keriuhan mereka. Sejauh ini, mereka menjadi salah satu obat membunuh kepenatan.

***

Nak, jauh sebelum kehadiran mu nanti membuat semuanya lebih indah, Ibu sudah lebih dahulu menjatuhkan hati pada dunia mu. Pada dunia yang juga pernah Ibu lalui. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling indah selama Ibu hidup, sebelum akhirnya kamu hadir dan membuat semuanya kian sempurna. Nak, dunia mu adalah dunia yang hanya berisi keceriaan. Bahkan tangis menjadi sebuah tanda bahwa dunia mu memang indah.


 " Selamat Milad,Mak. Semoga selalu diberkahi Allah "

Hening. Pagi itu masih disesaki dengan aneka jadwal pertemuan yang bertepatan dengan hari kelahiran Emak biologis saya. 9 Oktober 1963, lima puluh tahun yang lalu, seorang bayi perempuan lahir. Seorang bayi perempuan yang membuat sepasang petani merasa kebahagiaan yang paripurna.

Merayakan ulang tahun memang bukan menjadi budaya didalam keluarga kami, tidak ada kue lengkap dengan lilin. Hanya ada ucapan berisi doa- harapan yang selalu dipanjatkan pada Allah, seperti pagi ini. Saya selalu ingin menjadi orang yang pertama mengucapkan " selamat milad,Mak"

Di seberang telephone, terdengar suara Emak berubah menjadi sedikit parau. Sudah pasti beliau menangis. Tidak lama, kembali bercakap.
" Terimakasih,Nak. Selalu ingat dan selalu mengucapkan. Terimakasih "

Andai saya bisa mengucapkan langsung lengkap dengan mencium kedua tangan dan memeluk beliau, ah! Rindu sekali rasanya dengan perempuan yang kian berumur namun kian rupawan. 

Ketika saya tanyakan ingin kado apa, beliau menjawab " sudah lima puluh tahun belum juga punya cucu ya,nak "

Tentu saja kalimat tersebut membuat kami tertawa, sebagai anak gadis yang sudah dewasa, Emak sudah mulai meminta saya untuk memikirkan hal tersebut (membangun keluarga ). Topik ini menjadi topik yang selalu diminati oleh banyak orang -,-

Ah,Mak..
Semua akan datang tepat pada waktunya. Tidak ada yang terlambat. Hanya kita yang sudah terbiasa membuat semuanya seolah-olah terlambat atau terlalu cepat. Bukankah Allah yang berkehendak?


Selamat Milad Emak,
Jika Allah memberi pilihan untuk memilih orang tua dan Ibu pada kehidupan selanjutnya, sudah pasti hanya Emak yang saya pilih.
Kalaulah Allah memberi pilihan lagi dan lagi, tidak ada jawaban lain selain Emak.


Seorang perempuan yang memiliki kerelaan luas biasa
 memiliki kasih sayang tanpa tanya
memiliki kesabaran tanpa batas masa

Jika cinta terbesar hanyalah untuk Allah, maka setelahnya cukuplah pada perempuan yang selalu membuat saya rindu, Emak :)
Seperti inilah cara kami sebagai pemuda mengambil bagian untuk mengabdi pada negeri terlepas dari (si) apa yang berada dibelakang kami.Satu hal yang pasti, Merah Putih tidak akan terganti!


Waktu tidak pernah menunggu, dengan itu jangan banyak berdiam diri
Waktu tidak pernah tergesa- gesa, maka tidak perlu terburu-buru

***

Pencerah Nusantara Angkatan 1, masih diberikan belasan hari untuk menikmati kidung didesa Tengger. Setelah hampir satu tahun berada di desa ini dengan segala pernak-pernik kehidupan yang dengan hati terbuka kami terima.

Perjalanan yang sulit tidak pernah terasa sulit sedari awal, karena kami telah mempersiapkan kondisi terburuk yang akan kami terima dalam gerakan ini. Niat baik akan berbanding lurus dengan proses pun hasil..

Kami memang belum melakukan banyak hal dengan sempurna, tetapi mimpi dan harapan yang kami bagi pada anak-anak di Tengger adalah tanaman yang suatu saat kami yakin, mereka akan menjadi bibit unggul yang dapat melahirkan generasi yang unggul.

Saya selalu mengatakan kepada mereka pun pada diri sendiri bahwa " Dunia tidak hanya memiliki satu sisi, Apapun yang ada di dunia selalu berpasangan. Jika ada tawa, maka ada tangis. Jika ada kebaikan, maka ada kejahatan, dan seperti itulah hidup mengajarkan kita untuk lebih bijak dalam menjalaninya "  Hal ini saya sampaikan supaya mereka mempersiapkan diri pun hati untuk menerima segala "perbedaan" antara harapan dan kenyataan. Karena kekecewaan akan selalu ada ketika harapan kita gantungkan pada sesama.
***

Masalah kesehatan tidak ubahnya seperti luka yang membusuk karena penyakit gula yang tidak diobati dengan benar. Kita hanya mengatasi bagaimana luka itu bisa mengering dan sembuh, tetapi tidak mengobati supaya penyakit gula itu sembuh dengan sempurna. Terlalu banyak alasan yang kita jadikan sebagai pembenaran, menghabiskan banyak waktu dan percobaan hanya untuk mencari perhatian. Padahal sederhana saja untuk membuat semuanya perlahan lenyap. Dengan Pendidikan, adalah salah satu jalan keluar yang tepat meski tidak cepat.

Anak muda hanya membutuhkan media pendukung untuk mereka bisa mengenyam pendidikan yang tak terhingga. Tidak perlu dibuat pusing dengan mengganti konsep belajar sesering mungkin terlebih lagi dengan menggunakan dana berjumlah besar. Bagaimana jika dana-dana tersebut dialokasikan untuk anak-anak pemburu beasiswa dan pemburu ilmu? bukankah jauh lebih bermanfaat? Memang tidak mengubah angka yang dicari, tetapi untuk masa depan bersama, bukan begitu? (ah, mungkin saya yang salah.)

***
Kami, Pencerah Nusantara selama mengabdi 1 tahun tidak menghabiskan waktu kami untuk mengobati orang sakit saja, atau hanya membantu melahirkan saja. Tetapi kami berjalan bersama, untuk membuat saudara kami di Tengger untuk tetap sehat, supaya melahirkan anak yang sehat sempurna, dengan membagi ilmu yang tidak pernah bosan kami sampaikan kepada mereka apa bahaya dan bagaimana cara agar mereka bisa menjaga kesehatan diri mereka. Sebagian besar mereka memang hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar, tetapi bukan masalah. Mereka adalah masyarakat yang hebat. Menerima kami dengan tangan, hati, dan pintu rumah yang terbuka. Bagaimana tidak kami begitu semangat untuk menjadi " sales" di profesi kami.

Pendekatan dengan kearifan lokal menjadi alat yang kami gunakan untuk masuk ke dalam masyarakat Tengger. Membuat kami tidak dipandang sebagai orang kota yang membawa " ke-sok-tahuan", melainkan dianggap sebagai sanak saudara yang membawa penyegaran, pembaharuan. Seperti itulah kami akhirnya, menyebarluaskan misi kami, membuat mereka merasa memiliki tugas untuk bersama menjaga kesehatan.

***
Pak, Bu!
Betapa kita, orang kota 'terlalu pintar' dalam membuat kebijakan atau program untuk anak desa pun masyarakat desa tanpa kita benar-benar mengetahui apa yang mereka butuhkan. Benar! kita punya tugas masing- masing. Mungkin, Bapak-Ibu disana tidak mendapatkan pesan yang sebenarnya dari antek-antek yang ditugaskan entah apapun alasannya. Yang pasti, banyak sekali dipelosok negeri anak muda yang ingin menjadi "Agent of Changes" diberbagai bidang yang sudah menyiapkan semangat, tetapi membutuhkan "peluru" dan "pasukan" untuk bisa menjalankan misi mereka. 

Pak, Ibu
Indonesia merdeka setelah ratusan tahun dijajah, dan saat ini kita hanya membutuhkan keberanian dan kematangan konsep untuk kembali merdeka. Bukan lagi melawan menir, tetapi pribumi yang tengah menghancurkan bangsanya hanya karena rupiah dan keserakahannya sendiri.
Tidakkah begitu?
***

Ah, rasanya lebih tenang menjadi bagian dari anak-anak Tengger. Yang tidak perlu pusing ketika rupiah semakin merosot,ketika angka kematian Ibu dan Bayi meningkat,ketika kemiskinan semakin ekstrim, ketika penyakit akut bernama korupsi semakin merata penyebarannya, ketika negara terombang-ambing oleh issue ini itu, ketika narkoba-miras menjadi pilihan banyak generasi untuk membuat masalah tidak terasa,ketika kesenjangan sosial menjadi pembeda.

Ya! kadang berada ditempat ini membuat kami jauh lebih tenang. Sayangnya, semua hanya sementara. Kami tetap harus menyampaikan realita ini, dekat dengan realita namun jauh dari sistem.

***

Pengabdian kami mungkin mengecewakan karena selama 1 Tahun tidak mampu membuat angka-angka itu berubah. Maafkanlah kami yang tidak seberapa ini, karena kekecewaan akan terus ada ketika kita hanya menginginkan tujuan kita tercapai tanpa mempertimbangkan prosesnya.

Beberapa belas hari lagi, kami akan kembali menjadi pribadi masing-masing dan tetap mengabdi dengan cara masing-masing. Tetap berbagi dengan konsep masing-masing. Tetapi percayalah! dengan harapan dan mimpi yang sama,akan ada sebuah perubahan menjadi lebih baik, jika tidak hari ini, masih bisa kita usahakan esok, jika tidak esok, mungkin lusa. Kesempatan dan harapan pasti ada untuk kita yang selalu berusaha dan mengusahakannya.

Pencerah Nusantara hanya sebagian kecil dari kita yang menginginkan perubahan ke arah yang jauh lebih baik dan lebih bermanfaat.

Salam Semangat dari saya,


Bidan Fe



" Hamparan daisy masih memenuhi pandangan,itu artinya kita tengah berada di Juni | Oh tidak hanya pada Juni, Sayang! kita bisa bertemu dengannya pada juli,agustus juga september.."


Ribuan kaki jarak yang kita jejakan pada setiap perjalanan. Hanya berdua,membayar lunas semua penantian yang pernah ada." Kita hanya punya waktu delapan bulan dari sekarang" ucap mu tujuh bulan yang lalu setelah kita menerima kabar bahwa mulai ada kehidupan didalam rahimku. Itu artinya kita hanya memiliki waktu satu bulan untuk menikmati perjalanan berdua, sebelum (si) apa yang kita nanti hadir menemani kita, pada perjalanan berikutnya.

" Anak kita pasti juga menikmati wangi dari bunga daisy ini. Semoga saja, saat daisy merekah indah, anak kita sudah bisa menikmati warna warni daisy, entah pada Juni, Juli pun bulan berikutnya "

" Kamu tahu, mengapa kita menutup perjalanan kita di tahun ini dengan menikmati keindahan daisy ?"

Aku menggelengkan kepala, sedikit tersenyum menebak jawaban mu.
" Karena daisy, adalah bunga dengan keistimewaan tersendiri. Bunga yang tetap indah meski pun berada di musim kemarau.Bahkan puncak keindahanya bertepatan dengan periode pancaroba. Dari daisy kita bisa belajar, bahwa bertahan untuk tetap indah itu adalah pilihan yang bisa diwujudkan."

***

Nak, kamu mendengar rangkaian kalimat ayah mu baru saja? ia begitu bijak,hampir setiap waktu :) Semua hal yang tidak baik selalu bisa diolah oleh sudut pandangnya supaya tetap menjadi sajian yang baik. Nak, Ibu rasa, setengah dari hati ayah mu adalah milik malaikat.

" Karena daisy itu Ayah mu,Nak. Dan kemarau adalah Ibu :) "


Aku menggambar masa tua yang sempurna.Lengkap dengan kamar berjendela kaca,sehingga setiap pagi aku akan dibangunkan oleh sinarnya maha dewa.Menikmati kelembutan udara yang membawa kesegaran disetiap tarikan nafas.

Mendapati seorang lelaki yang separuh usianya dihabiskan bersama untuk mendaki gunung, mencapai puncak tertinggi, mengarungi lautan melihat terumbu karang, berlari kecil dijalanan sepi dengan hamparan ilalang berwarna kekuningan,menghabiskan malam diatap rumah pada pertengahan bulan demi mengabadikan purnama,menyiram melati,anggrek dan teman-temannya dipagi yang cerah, memberi makan kucing-kucing kampung kesayangan. ah,masa tua...

***

Kita sudah melewati begitu banyak jalan cerita, yang akhirnya membawa kita pada satu masa dimana hanya ada ketenangan dan kenyamanan.Pudar sudah semangat membara berisi ambisi masa muda. Tenggelam pula matahari yang membuat peluh kita berwujud nyata.

Tidak ada yang mudah dan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini..

***
Aku menggambar masa tua lengkap dengan anak-cucu. Anak yang tumbuh dalam kedewasaan dan didikan alam.Membuat mereka kuat,setidaknya mereka tidak menyerah begitu saja pada hidup. Karna aku,tidak pernah benar-benar menjadi dinding untuk mereka bersandar,melainkan aku jadikan diriku sebagai permukaan agar mereka bisa melombat lebih tinggi dengan pijakan yang memang mumpuni.

Anak-anak yang tidak sama sekali aku warisi harta,melainkan aku jejali mereka dengan kesempatan untuk banyak belajar dari masalah pun dari kebahagiaan.Aku jejali mereka supaya mereka menyadari bahwa aku tidak punya cukup waktu untuk menyuapi mereka sambil bermain-main ditaman. Karena waktu tidak pernah menunggu,yang tertinggal harus mampu berlari lebih jauh dari yang lain. Aku khawatir! anak-anak tidak sekuat itu untuk berlari, karenanya aku jejali mereka setiap waktu dengan aneka pelajaran hidup.Hingga di minggu pagi, aku mengajak mereka untuk berlari. Mengelilingi pantai dari ujung ke ujung. Mereka terengah-engah, mungkin karena belum terbiasa. Seperti pertama kali mereka mampu makan dengan cepat, seperti diburu waktu! memang, karena belum saatnya mereka menjadi penikmat.

Setelah mereka mampu berlari, anak- anak tidak lagi aku jejali dalam hari. Mereka sudah terlatih untuk makan dengan cepat, berlari dengan kecepatan yang seimbang. Anak- anak sudah siap untuk "pergi" dan aku sudah siap untuk "melepaskan". Kelak mereka akan menjadi buah jatuh yang tidak jauh dari pohonnya,kecuali pohon itu berada ditepi pantai,ombak bisa saja membawanya pergi jauh.Pun ketika pohon itu berada di puncak gunung,angin dan gravitasi bisa saja membawanya jauh menuju lereng. Tetapi sejatinya, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya

***

Pagi dengan ribuan sinar berisi kehangatan mentari pagi.Masih berada dikamar yang sama.Dikelilingi kaca-kaca tertutup kain putih berbahan sutra melengkapi kesyahduan hari.Masih lengkap dengan seorang lelaki dengan senyum simpul sederhana.Lelaki dengan hati bersih yang membawa aku dari keputusasaan menjadi seorang kaya akan harapan. Lelaki lembut yang meluruskan segala sisi bengkok aku,perempuan.

***
Aku menggambarkan masa tua didalam doa-doa masa muda. Aku menabungnya dari hari ke hari, tidak pernah lupa. Selalu berbagi apa saja yang bisa dibagi tanpa harus merasa rugi. Aku melakukan apapun yang bisa membuat orang lain merasa ada. Karna aku juga pernah melakukan kesalahan-kesalah di bumi. Membuat mata orang lain menahan air, membuat goresan luka dihati orang lain. Aku pernah menabung rasa bersalah pada orang lain. Aku mencicil untuk menebus semua itu, sedikit demi sedikit, sampai tanda-tanda masa akan datang.

***
Aku menggambar masa tua dengan warna- warna yang ku dapat pada masa lalu. Memaafkan diri sendiri dan melupakan apa-apa yang perlu dilupakan.

 Aku,kamu, kita terlahir tanpa bisa memilih,apapun! 
Aku,kamu, kita akan berakhir pun tanpa bisa memilih!





Tidak pernah saya lihat, kemegahan merah putih berkibar di setiap rumah meskipun tidak dalam nuansa kemerdekaan.

Sampai pada tulisan ini saya terbitkan di 'ruang' pribadi ini, perlombaan dalam memperingati hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia tengah berlansung. Semangat nasionalisme yang terbungkus di dalam acara- acara perlombaan sederhana tetap saja memperlihatkan betapa masyarakat ingin turut serta dalam memeriahkan ulang tahun negaranya.

Di Tengger, saya bisa menikmati semangat anak bangsa yang begitu bangga dengan lambang garuda dan merah putihnya. Sangat terasa saat malam pengukuhan dimana putera-puteri terpilih menjadi pasukan pengibar bendera di kecamatan Tosari, dengan gagah mencium bendera dan berjanji untuk melanjutkan perjuangan sesuai masa. Mereka menangis karena bangga, menghormati perjuangan Pahlawan Bangsa, semangat membakar rasa,Berkibarlah Merah Putih di Indonesia Raya...

Rangkaian acara disini menggiring saya pada sebuah mimpi untuk Ibu Pertiwi. Mimpi yang tidak pernah saya pudarkan cahayanya, mimpi saya untuk bersama mereka membuat anak-anak tidak lagi menghabiskan waktu hanya untuk menjadi kuli,pesuruh dan sejenisnya. Mimpi yang mungkin juga menjadi mimpi banyak orang diluar sana, yang ingin anak Indonesia bisa mengenyam pendidikan yang sama, mimpi yang membuat anak Indonesia tidak lagi terbagi oleh kelas- kelas yang kita ciptakan sendiri. Mimpi yang menjadikan anak-anak kita sebagai Guru Teladan untuk diri mereka sendiri. Selama hayat masih dikandung badan, mimpi itu akan sama-sama kita perjuangankan..

ah ya, mimpi itu masih dirajut dengan usaha-usaha kecil yang mungkin tak nampak oleh mata.


Selamat ulang Tahun Indonesia,
Akan kami tunaikan janji kemerdekaan
Dengan cara yang beradab dan bermartabat
Teruntuk Indonesia,Bumi dengan keragaman warna



Tengger, 17 Agustus 2013



Awan itu selalu nampak lebih tinggi dimana pun aku berdiri, pun ketika aku berada didalam GA B737 800 melaju didalamnya. Terasa turbrulensi berulang kali setiap melaju didalam awan. Aku tidak panik, namun menikmatinya. Meluaskan pandangan keluar, merekam cepat bagaimana terbang menabrak awan yang keberadaannya selalu membuat aku merasa ingin menggapainya.

***
Turbrulensi itu juga terasa didalam sini,meski belum mengepakan sayap hanya sampai diujung landasan. Pesawat Kuning yang membawa sebuah harapan untuk bisa mendapatkan status sebagai mahasiswa ditahun ini harus menunda penerbangan. Bukan karena badai, bukan karena gangguan satelit, tetapi karena ada pesawat dengan muatan lain yang harus lebih dahulu terbang.

Pesawat dengan muatan apakah yang harus lebih dahulu terbang? Seperti itulah kiranya pertanyaan yang ada didalam benak pilot pesawat kuning. Ia hanya mampu bertanya didalam hati, karena sudah menjadi aturan agar tidak bertanya apapun pada pemberi perintah.

"Ya, mungkin pesawat dengan suatu muatan yang lebih penting sehingga harus didahulukan " guman sang pilot dalam hati "

Kata mereka, sekarang sedang musim kemarau. Terlihat dari dedaunan menguning kecokelatan, rerumputan mati layu, air sedingin es dan bintang menguasai malam. Dan suara anjing semakin panjang bernyanyi dimalam hari.

Debu kian ringan diterpa angin. Bau tanah kering-gersang melekat resap kedalam sepasang sarung tangan. Tumpukan sampah tidak lagi basah, sisa embun semakin ditelan sinar. Sepertinya benar yang mereka katakan, sekarang musim kemarau.

***

Kata mereka, Puncak gunung itu dekat seperti kita dengan Jantung. Yang degupnya terdengar juga terasa. Puncak gunung itu memang bukan akhir dan pendakian, tetapi ia titik balik dalam pendakian. Dan jantung, ia bukan yang utama dalam tubuh kita, tetapi jantung merupakan tempat kehidupan kita bersirkulasi, saling memberi tempat, tempat untuk saling menghidupkan dan memberi. Kehidupan yang kotor akan memiliki tempat dijantung kemudian diganti dengan kehidupan yang bersih. 

Ini yang mereka sebut sebagai titik balik, Puncak Gunung dan Jantung, ia serupa meski tak sama. Untuk kedua kali, apa yang mereka katakan benar adanya.

***
Kini mereka enggan berkata, mereka tidak lagi berkata, namun meminta, aku diminta untuk memahami dan belajar dengan indra,satu, dua, tiga, sampai enam pun. Meminta aku supaya tidak banyak berpangku tangan seperti anak gadis yang ditinggal kerbau, namun harus seperti anak kelinci yang tidak pernah berhenti untuk mencari- apapun- yang ada dibenaknya. 

***

Mereka memulainya dengan berkata, lantas meminta, kemudian melepaskan. Melepaskan aku agar aku mampu berjalan tanpa bantuan, agar aku bisa berlari tanpa banyak mencaci, dan aku bisa terbang tanpa takut akan terjatuh lagi.




Setiap kita pasti pernah berjalan didalam sebuah lorong dengan kegelapan nun panjang yang memang kita pilih dengan atau tidak menyadari untuk dijalani. Hanya menggandakan penglihatan yang mungkin tak seberapa. Tanpa raba tanpa jabat tangan. Karna kedua tangan sibuk menghitung siapa dan apa yang sudah menjadi anak tangga hingga kita sampai pada titik tertinggi dalam bejana dosa. (Mungkin) ini menjadi perjalanan terberat bagi (si) apa yang tidak mampu memijakan kaki pada sebenarnya bumi.

***
Dosa, siapa dan apa itu dosa? yang ku tahu, aku kerap bersamanya. Karna aku masih ingkar janji pada Tuhan. Aku masih sering mengunyah makanan sambil berjalan, aku masih sering menggerutu orang lain meski tak ada suara, aku masih mengendapkan rasa untuk seseorang yang (mungkin) bukan aku, aku sering berkompromi dengan setan untuk berpura-pura tidak berdosa.

Dan mungkin ini yang terbesar, hari dimana diri dalam sekejap memutuskan bersahabat dengan setan. Melupakan semua tentang Tuhan hanya untuk yang sesaat dalam kenistaan. Menikmati kepura-puraan seorang terhadap sebuah janji. Janji yang mungkin hanya berdasarkan lidah tanpa tulang. Mengingatnya seperti mengeluarkan nyawa dari raga. Tidak ada kalimat yang diminta selain pengampunan. Begitulah sesal yang datang ketika semua menjadi tiada.

***
Dalam gelap, diri menjadi satu-satunya pembawa terang. Setidaknya jauh didalam sana, masih tersimpan sisi dari hati yang berlumur dosa yakni harapan. Ia yang menuntun langkah untuk terus berjalan, hingga hitam perlahan memudar.

***
Aku memang si tamak | yang berburu dosa | meski tahu tentang neraka | mungkin aku (tidak ) dengan benar mengetahuinya | atau memang aku tengah Tuhan uji | dengan atau tanpa lorong ini | mungkin juga Tuhan tengah memberi satu pelajaran terbesar dalam hidup | supaya tidak lagi pernah melupakan Tuhan dalam dan dengan apapun | Tuhan hanya ingin memberi satu pelajaran | Dan aku tidak bisa ingkar
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
 

Pagi ini kami diberi kesempatan oleh Tuhan untuk belajar mengingat hakikat kita sebagai manusia. Dan berasal dari tanah dan akan kembali ke asal..

Kematian itu dekat, lekat dan tak bersuara

Ia bisa datang kapan saja dan dengan cara yang mungkin tak sama. Sebuah kepastian yang akan datang pada semua yang hidup.

Di dalam Alquran Allah sudah menyampaikan tentang hal ini, saya mengutipnya (kembali) tidak lebih dari sekadar ingin mengingatkan diri sendiri juga orang lain.Mungkin dengan membaca ayat-ayat Allah kita semakin diyakinan tentang kematian yang cepat atau lambat akan menemui kita, semua.

028. Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan
 

180. Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapa dan karib kerabatnya secara ma`ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

145. Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

185. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.


002. Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).

122. Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.

035. "tidak ada kematian selain kematian di dunia ini. Dan kami sekali-kali tidak akan dibangkitkan,


Al Waaqi’ah:

060. Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-kali, tidak dapat dikalahkan,


Al Jumu’ah:

007. Mereka tiada akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim.

008. Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".


Al Munaafiquun:

010. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"

011. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.


Al Haaqqah:

027. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.


Yunus:

049. Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfa`atan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan (nya).


Al Hijr:

099. dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).


As Sajdah:

011. Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.


Muhammad:

020. Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka.

027. Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat (maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka?


Al Anbiyaa’:

034. Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?

035. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.


Al Mu’minuun:

015. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.


Al Ankabuut:

057. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.


Az Zumar:

030. Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).

042. Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.


Innalilahi wa innailaihi rojiun..

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Sejatinya kita mengerti tentang kematian, hanya saja kita terlampau terlena dengan dunia, dengan kehidupan yang memang hanya sementara. Allahu, semoga kita selalu Allah bersamai untuk terus mempersiapkan diri bertemu denganNya. 
Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ►  2016 ( 41 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  September ( 10 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ▼  2013 ( 58 )
    • ▼  Desember ( 3 )
      • (Bukan) Jera
      • Semu
      • Suguhan Manis
    • ►  Oktober ( 6 )
      • Hari Raya,Impian
      • Duhai Sholehah,
      • Bisa kah?
      • Anak Adalah Obat
      • Selamat Milad,Mak
      • Sekapur Sirih diPenghujung Tugas
    • ►  Agustus ( 10 )
      • Daisy
      • (Menggambar) Masa Tua
      • Selamat Ulang Tahun,Indonesia
      • Turbulensi (Hati)
      • Kata (Mereka)
      • (Apa ) itu Dosa ! (?)
      • Ke-(Mati)-an
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes