TULIS TANGAN

By Feny Mariantika Firdaus

    • Facebook
    • Twitter
    • Instagram
Home Archive for 2016
Mereka mengatakan bahwa saya terlalu sering over thinking, hingga kadang hal-hal yang amat sepele  pun akan saya pikirkan sedemikian rupa. Apakah hal tersebut merupakan salah satu ciri khas seseorang yang perfeksionis? Bisa jadi. will I die ealier because it? :p

Sama seperti apa yang akan saya tuliskan ini. Semacam kumpulan kalimat yang dirangkai oleh kepala saya dalam beberapa hari terakhir. Saat melakukan perjalanan dinas ke Jakarta, saat berinteraksi dengan orang-orang baru di training, saat bertemu dan berdiskusi dengan sejawat di kantor pusat, saat bertemu dengan teman-teman, saat berkumpul dengan keluarga. Semua tidak luput dari pemaknaan. 

Seolah di kepala saya tengah berusaha membuat kesan dari masing-masing interaksi. Saya masih mengingat betapa saya bergembira ketika bertemu dengan teman-teman dari dokter spesialis anak yang begitu ramah, bertemu dengan trainer yang begitu baik, belum lagi saat berdiskusi dengan rekanan di kantor pusat, dengan gurauan dan semangat seperti biasa, yang mencerminkan betapa energiknya saya. Melihat mereka berbinar entah karena pendapat dan ide saya atau karena tingkah pola saya yang begitulah :D 

Diam-diam saya senang, begitu bahagia. Menjadi saya, berada di dalam garis kehidupan ini, yang jelas tidak sempurna namun tetap membahagiakan. Apalagi ketika bertemu dengan teman-teman, yang sejak jauh-jauh hari sudah meminta untuk bertemu setelah sekian lama tidak bertemu. Tidak ada alasan untuk saya tidak bahagia, melihat banyak orang yang menginginkan berbagi dengan saya, setidaknya berbagi cerita dan semangat. Karena menurut mereka, saya adalah perempuan yang kuat. Dan dengan berbagi cerita maka secara tidak langsung kekuatan tersebut berubah menjadi viral, bagi mereka. Betapa melegakan mendengar hal tersebut, kan? 

Saya amat senang ketika menutup aktivitas hingga larut malam. Terlebih jika aktivitas tersebut membuat orang lain bahagia atau membuat saya menjadi bermanfaat untuk orang lain. Inilah candu kedua setelah perjalanan. Mengabdikan diri bahkan dengan hal-hal sederhana. 

Dan kebahagiaan menjadi paripurna ketika saya pulang ke kampung halaman. Tidak peduli jika hanya 3x 24 jam. Sebab setiap detik yang saya habiskan bersama keluarga sudah lebih dari cukup. Menikmati angin sore bersama di beranda rumah, hanya dengan cemilan kacang rebus atau potongan bronies, atau hanya bersenda gurau, makan siang bersama, membersihkan rumah bersama, dan menutup hari dengan bercerita tentang masa kecil bersama Ibunda. 

Begitu membahagiakan, kan? 

Ya, tidak ada alasan untuk saya tidak bersyukur telah Allah berikan kehidupan yang luar biasa. Meski masalah pernikahan masih menjadi pertanyaan, kapan? Namun kini saya bisa menjawabnya jauh lebih santai tanpa tendensi apapun. Memutuskan tidak lagi memikirkan hal tersebut membuat keluarga saya mungkin menjadi sedih, beberapa sahabat dan teman pun kian sering mendoakan dan menasehati saya untuk tetap membuka hati, tetap menyembuhkan diri. Begitu terhibur melihat kebaikan mereka, dengan tulus mendoakan dan mendukung saya, semoga lekas pulih hatinya. Aamiin semoga Tuhan mengabulkan doa-doa kita semua. All goodness for us. 

When people think that I am strong, I hope they arent wrong

Dan kini, saya sudah kembali menjadi anak rantau. Kembali berjuang demi kebaikan dan kebermanfaatan. Demi cerita hidup yang kian kaya akan rasa syukur dan romantisme dengan Tuhan. Perjalanan yang penuh dengan keragaman pikiran. 

Masih banyak the bullets yang harus diwujudkan, terimakasih banyak 2016. Mari kita selesaikan dengan baik dan bijak. 


Love from everywhere, 


Anak rantau yang selalu rindu perjalanan 



Betapa istimewanya satu waktu ini. Bukan sekadar waktu di mana mentari akan lahir, bukan juga sekadar di mana harapan bisa kembali diajukan. Tetapi lebih dari itu, di mana nafas begitu jelas terdengar dalam hening, sesekali suara anak pipit bernyanyi, seperti pagi ini, mengawali hari dengan sebuah do'a atas nikmat hidup dan bahagia setiap mengingatNya. 

MengingatNya menjadi salah satu bentuk romantisme kami. Mengingat betapa Allah begitu mencintai dan mengasihi, betapa Allah ada dan nyata. 

Suatu pagi di Bandung, saya semakin merasakan kenikmatan yang Allah berikan. Betapa hidup begitu membahagiakan. Bertemu dengan banyak orang baik, dijauhkan dari orang-orang yang tidak baik. Lalu apa kurangnya dari semua yang Allah berikan? Alhamdulilah tidak ada. 

Dan di waktu subuh, dalam keheningan yang sempurna saya memahami bahwa perasaan sepi dan sendiri nyatanya hanya sementara. Sebab Allah menggantinya dengan banyak hal yang membahagiakan. Allah adalah jawaban dari semua pertanyaan, termasuk pertanyaan tentang rasa sepi yang sering datang dan pergi. Bisa jadi, hubungan kami belum konsisten, masih sering saya "meninggalkan" Allah untuk hal-hal yang tidak baik. Tetapi Allah tentu saja selalu membersamai, bahkan dalam keburukan sekalipun. Allah ada untuk terus menjaga dan membawa saya kembali. Berulang kali, hingga nanti saya tidak lagi menjadi insan yang bebal dan bisa bertahan di jalan yang hanya kebenaran di sana. Suatu saat nanti, proses ini akan membawa saya pada satu muara, kebaikan. 

Alhamdulilah, alhamdulillahil ladzi ahyana ba’da ma amatana wailaihin nusyur
Meski disambut langit Bandung yang begitu kelabu, tetapi senyum tidak henti-henti diterbitkan. Rongga dada berkembang dan kepis begitu tidak teratur, seperti ada kebahagiaan yang tiba-tiba menyergap. 

Kembali ke Ibukota yang hanya berdurasi 2 pekan ini membuat saya memutuskan untuk berkunjung ke Kota  yang pernah menjadi saksi bahwa saya pernah berusaha untuk mengembangkan mimpi sata di salah satu universitas di sini. Ah itu hanya satu cerita dari banyak tumpukam cerita di Kota Kang Emil ini. 

Kali ini saya berkunjung hanya untuk mengobati rindu. Awalnya saya sudah merencanakan untuk melakukan perjalanan ke sini, seorang diri seperti biasa. Tetapi kali ini saya putuskan untuk mengontak satu per satu teman yang seingat saya berdomisili di Bandung. 

Setelah mendapat banyak kabar dari teman yang beraneka ragam, akhirnya ada seorang teman yang Alhamdulilah ready untuk menjadi host saya selama 24 jam di sini. 

Dan saat menuliskan ini, saya tengah menikmati keramaian di sepanjang jalan daerah Pasteur. Ruas jalan yang tidak begitu luas, dengan bangunan yang nampak sesak di sisi kanan pun kiri. Ah ya, tidak banyak yang berubah dengan Bandung, masih seperti dulu, like home. 

Rencananya di waktu yang sangat sempit ini, saya akan menikmati kesejukan Lembang, menikmati kuliner-kuliner yang saya rindukan. Duh, saya sudah tidak sabar untuk memanjakan perut saya dengan menu-menu masakan Sunda yang saya banget! 

Kalau dipikir-pikir, Bandung masih cukup loveable untuk dihuni. Menghabiskan masa tua di tempat yang damai, di mana hampir semua orang ramah dan saling peduli. Di mana kenangan akan tumbuh dan besar serta mati di tempat ini. 

Alright then, happy weekend everyone :) 
Mari berbahagia 
Love from Bandung 
Karena hidup terlalu banyak rasa, terlalu banyak harapan, terlalu banyak impian, terlalu antusias, terlalu berambisi, hasilnya jadilah seperti ini. Tidak heran jika di negara Jepang, Korea, India dan banyak negara lainnya memiliki angka kejadian bunuh diri sangat tinggi. Mengapa? Banyak sekali alasannya.

Tidak hanya karena himpitan ekonomi, kemiskinan, meski rata-rata paling banyak memang disebabkan oleh hal tersebut. Terlahir dari keluarga miskin, lingkungan miskin, tidak bisa sekolah, tidak tahu akan makan apa, melakukan tindakan kriminal, berujung pada penjara atau depresi berat akhirnya bunuh diri.

Selain itu juga karena pola asuh dan pergaulan yang tidak terkontrol, patah hati, banyak remaja puteri yang kemudian hamil, tidak tahu harus melakukan apa, malu, tidak berani mengatakan kepada keluarga, laki-laki yang menghamili cuci tangan lalu pergi tanpa dosa, meninggalkan ia lengkap dengan penderitaanya, lalu terbawa pada kondisi di mana ia tidak mampu melakukan apa-apa dan merasa tidak memiliki harapan lagi, dan akhirnya jalan yang dipilih dengan bunuh diri. 

Saya harus mengakui bahwa hidup memang sangat tidak mudah. Terlebih dari bagi orang yang memiliki kepribadian seperti saya, perfeksionis, berambisi dan selalu memikirkan banyak hal dengan detail dan seriuse. Tipe kepribadian seperti ini tentu saja sangat mudah depresi, sangat rentan terhadap stress, tidak bisa cuek dan santai seperti di pantai. Apalagi jika belum memiliki coping stress atau bahasa sederhananya adalah cara mengalihkan atau menyalurkan stress. Bisa jadi salah satu penyabab banyaknya kejadian bunuh diri adalah karena seseorang sudah tidak mampu mengelola tekanan yang terlalu kuat di dalam diri. Sebab tekanan ini bukan main sangat menganggu dan sangat melemahkan diri. 

Saya pernah mengalami depresi yang berkepanjangan  beberapa waktu yang lalu. Penyebabnya tentu saja bukan karena hal-hal sepele, tetapi ini perkara besar dan menyangkut kehidupan saya. Sebagai tenaga kesehatan, saya cukup peduli dan cukup menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan saya, khususnya dengan mood (suasana hati) saya. Dalam satu bulan, saya bisa mengalami mood swings hampir 25 kali. Artinya hampir setiap hari.Perubahan suasana hati saya bisa dipicu dengan hal yang sangat kecil, contohnya rekan kerja terlambat, mitra kerja mengubah jadwal seenaknya, menelpon orang rumah tidak diangkat, dan lain-lain. 

Menyadari bahwa hal tersebut tidak baik bagi saya dan orang lain, saya mencoba menganalisa kesehatan mental saya. Saya mencoba melakukan bipolar test secara online berulang kali, hasilnya negative, kemudian saya berdiskusi dengan sahabat saya yang sarjana psikologi, dan ia menyarankan saya untuk memeriksakan diri jika sudah merasa sangat terganggu dengan perubahan mood atau emosi yang sering lepas kontrol. Kemudian saya mencari psikolog yang berada di tempat saya berdomisili, membuat janji lalu bertemu.

Lebih dari satu jam kami berbincang, mulai dari memperkenalkan diri hingga bercerita tentang banyak hal, tentang banyak perasaan yang mungkin selama ini hanya Tuhan dan hati yang mengetahui. Saya bercerita hingga dengan nafas yang berat, hingga air mata mengalir, hingga semua perasaan tumpah ruah. Lalu psikolog saya memberikan hasil, Alhamdulilah mental saya tidak sakit, prognosisnya masih bagus, bahkan sangat baik ketika saya menyadari bahwa ada tekanan yang tidak sehat di dalam diri dan saya mencari bantuan untuk itu. 

Saya sangat bersyukur dengan proses ini karena kemudian membantu saya untuk mentreatment diri sendiri dengan tepat. Kesehatan jiwa, kesehatan mental memang sangat amat penting dan perlu di jaga, sebab tanda dan gejalanya tidak mudah untuk dideteksi seperti penyakit pada fisik. 

Itu sebabnya kita disarankan untuk memiliki teman bicara, teman berbagi, agar tidak memendam segala sesuatu seorang diri. Karena memang setiap orang miliki keterbatasan, termasuk dalam mengelola emosi dan mengelola masalah. 

Saya sangat bersyukur mendapati bahwa saya tidak gila dan tidak mau gila. Salah satu pesan psikolog saya adalah biarkan diri untuk marah pada saat memang seharusnya marah, jangan ditahan terlalu sering. Ungkapkan ketidaksukaan jika memang tidak suka, jangan terlalu sering menahan perasaan-perasaan negatif. Tidak ada manusia yang sempurna, jadi tidak perlu menuntut dan membuat semuanya sempurna. Kamu oke, kamu bisa, dan kamu layak untuk mendapatkan kebahagiaan dan reward untuk diri kamu sendiri. 

Because perfectionism will kill you slowly

Well, yuk sehat lahir dan batin !
Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda. Iya, salah satu menu utama atau makanan utama masyarakat pribumi yang berasal dari olahan sagu,  yang sudah siap santap lengkap dengan menu pendamping seperti sayur kuah ikan, tumis kangkung dan bunga pepaya, serta sambal colo-colo (bahan-bahan sambal yang hanya dipotong-potong lalu dicampur menjadi satu) atau jenis sambal lainnya. Yummy!

Sayangnya, siang ini saya menu makan siang saya adalah bubur Manado. Jadi, yang akan saya tulis pun bubur Manado :)


Bubur Manado yang saya santap siang ini merupakan bubur Manado yang kedainya berada di Kota Jayapura, di distrik Jayapura Utara. Bersebelahan tepat di samping Bank Mandiri dan pertokoan. Mencari menu ini tidak semudah mencari cotto Makassar apalagi nasi Padang, sehingga harus 'sungguh-sungguh" mencari jika ingin menyantapnya. Dan di kedai ini salah satunya.

Bubur Manado bagi saya pribadi memiliki cita rasa yang khas. Selain rasa bubur nasi yang gurih dan tidak terlau banyak, campuran aneka sayuran seperti kangkung, bayam, labu dan jagung membuat makanan ini memiliki rasa yang ajaib. Belum lagi saat dilengkapi dengan potongan kecil ikan asin dan tahu goreng. Cita rasa bubur Manado seolah membuat semua rasa menyatu di dalam mulut kemudian melebur seketika. Enak!

Di kedai ini, bubur Manado dihargai tidak terlalu mahal, hanya Rp. 18.000 per porsi, porsi yang disediakan juga tidak terlalu banyak dan bisa disesuaikan. Boleh ditemani dengan es teh atau es jeruk, sesuai dengan selera. 

Nah, bubur Manado ini bisa jadi salah satu referensi buat kamu yang malas masak, sedang program diet dan bosen dengan menu yang biasa ada di sekitar kantor kamu. 

Selamat mencoba!
Oktober, bukan sebuah kebetulan jika 3 dari 7 orang dari keluarga saya lahir di bulan ini. Bulan Oktober seperti memiliki keistimewaan tersendiri karena di bulan ini, Adik bungsu saya berulang tahun pada tanggal 02 Oktober, sementara hari ini 08 Oktober adik perempuan saya yang berulang tahun dan besok 09 Oktober, Mamak yang berulang tahun. MasyaAllah

Di keluarga kami, memang tidak ada budaya merayakan ulang tahun. Hanya saja, pasti di hari tersebut ada semacam syukuran kecil-kecilan yang tujuannya adalah berkumpul, kebersamaan dan saling berbagi kebahagiaan. Dan ya, saya merindukan moments itu. 

Selamat Ulang Tahun, 

Tut (panggilan untuk adik bungsu)
Kita memang berjarak, kamu kerap menjadi trouble maker di rumah, kamu selayaknya anak bungsu pada umumnya. Kamu manja, sombong dan punya selera tinggi. Kita sering beradu kalimat karena hal-hal tersebut. Tapi bagaimana pun hubungan kita, Tut tetap adik yang baik, adik yang membanggakan dan membahagiakan. Selamat ulang tahun, semoga kamu semakin tumbuh menjadi lelaki dewasa, menjadi pemimpin diri sendiri dan orang lain yang bijak, semoga Allah senantiasa membersamai kamu di setiap langkah, setiap pikiran dan tindakam kamu. Semoga kasih sayang kamu ke keluarga senantiasa kamu jaga dan rawat, selamat ulang tahun! 

Selamat Ulang Tahun, 

Ndo ( panggilan untuk adik perempuan)
Adik perempuan yang tidak terasa sudah beranjak dewasa. Adik perempuam yang begitu ordinary dan pemalu. Adik perempuan yang memiliki suara yang bagus tapi tidak berani go public, adik perempuan yang suka sekali dengan kucing, adik perempuam yang selama ini diimpikan ketika belum punya adik perempuan. Dan ya, I miss you already, Ndo. Selamat ulang tahun, jangan pernah pesimis dengan kemampuan kamu, semoga angka dua puluh satu bisa jadi tanda bahwa kamu bukan lagi gadis kecil, kamu sudah menjadi perempuan dewasa yang luar biasa. Semoga impian-impian Ndo satu per satu bisa menjadi nyata. We may not always together, but we still love and care each other. 

Selamat Ulang Tahun,

Mamak
Perempuan yang tidak akan pernah ada penggantinya di dunia ini. Perempuan yang rela menahan segala rasa untuk puterinya, untuk anak-anaknya, untuk keluarganya. Perempuan mulia yang dibawah kakinya surga berada. Mamak yang selalu jadi tempat pulang, pangkuannya selalu tersedia, kasih sayangnya tidak akan pernah ada duanya. Selamat ulang tahun,Mamak. Selalu ada doa yang terjaga untuk Mamak, selalu ada kerinduan yang disimpan untuk Mamak. Seorang Ibu yang kerap menahan tangis saat rindu pada puterinya. Mamak, semoga keberkahan selalu Allah curahkan, semoga Mamak sehat, semoga Mamak selalu bahagia, semoga impian-impian Mamak masih bisa kita wujudkan. Terimakasih sudah menjadi Ibu yang terbaik di dunia ini, terimakasih sudah berkenan mendampingi kami sampai hari ini. “Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”. 

Selamat milad ya Tut,Ndo,Mamak, barakallahu fii umrik. Semoga Allah senantiasa mengikat kita dalam kasih sayangNya, menyatukan kita dalam surgaNya, menjaga kita dari segala keburukan, dan memberikah keberkahan kepada keluarga kita. Aamiin ya Rabb..


Kita memang tidak akan bisa memilih lahir dari perempuan yang seperti apa, keluarga yang bagaimana, tetapi rasa syukur saya tidak pernah berkurang sebab memiliki mereka sebagai keluarga saya. Dan di kehidupan mana pun, jika saya bisa meminta, maka saya tetap menginginkan mereka sebagai keluarga saya, Ibu saya,Bapak saya, dan Adik-Kakak saya. Allaahummaghfirlii Dzunuubii Waliwaalidayya Warhamhumaa Kamaa Robbayaanii Shoghiiron. Walijamii'il Muslimiina Walmuslimaati, Walmu'miniina Wal Mu'minaati Al Ahyaa'i Minhum Wal Amwaati, Wataabi' Bainanaa Wa Bainahum Bil Khoiraati, Robbighfir Warham Wa Annta Khoirur Raahimiina, Walaa Haula Walaa Quwwata Illaa Billaahil 'Aliyyil Adhiimi.


Ditulis oleh seorang anak perempuan, kakak perempuan di ujung perantauan yang selalu merindukan rumah. 
It must have been love but it's over now ( Roxette).

Bangun,
Jangan teruskan mimpi yang hanya menyiksa kamu sampai pagi. Mimpi yang kamu kekang untuk sama seperti apa yang sudah kamu rancang. Bangun, sebab mimpi sudah berakhir. Kamu harus menyadari bahwa kini kamu bukan pemeran utama, bukan tokoh utama. Sebab cerita yang kamu perankan sudah selesai,sayang.

Berenti,
Berhenti menunggu bus yang sudah melaju, jangan membiarkan waktu yang kamu punya hanya untuk mengharapkan ia berbalik arah atau mundur menuju tempat mu. Kamu tentu saja memiliki pilihan untuk tidak menunggu bus yang sama. Jangan pesimis, jangan biarkan isi kepala mu dikuasai oleh rasa pesimis. Bus tidak dibuat tunggal, jadi kamu bisa memilih bus dengan arah tujuan yang sama dan  belum lewat meninggalkan kamu. Mengapa kamu harus terus menunggu?


Berjalanlah,
Berhenti menunggu dan berjalanlah. Melaju, karena kita tidak pernah tahu apa yang ada di masa depan. Tidak beranjak dari masa lalu hanya membuat kamu mati dibunuh waktu.

Buang,
Buang rasa cemburu, kamu bahkan tidak berhak memeliharanya. Buang rasa sakit, ia hanya membuat hati terhimpit, buang semua memori yang tidak ingin kamu simpam dan kenang. Biarkan hati dan pikiran mu hanya menyimpan kebaikan. Jangan lelahkan hati mu mencinta sesuatu yang sudah sirna, itu hanya pekerjaan sia-sia. Karena yang mati tidak akan bisa hidup kembali.

It must have been love, but it's over now
It must have been good, but i lost it somehow
(Roxette)


Berjalan lebih jauh, menyelam lebih dalam.. (Banda Neira)
Sabtu, 01 Oktober 2016

Perjalanan kali ini bukan perjalanan pertama mengexplore keindahan bawah laut di Pantai Harlem. Salah satu pantai yang kini menjadi idola para wisatawan di Jayapura. Harlem, pantai atau pulau? salah satu pertanyaan yang kerap dilontarkan dan banyak wisatawan yang mengatakan bahwa Harlem lebih cocok disebut pulau, pulau indah yang tersembunyi.  Pertanyaan yang muncul saat mereka sudah menapakan kakinya di hamparan pasir putih di Harlem. Pasir putih yang begitu terlihat cantik berdampingan dengan warna hijau kebiruan air laut di bibir pantai ini. 

Harlem sudah menjadi sorotan wisatawan yang berkunjung ke Jayapura. Untuk sampai ke pantai ini, kita hanya perlu menempuh waktu sekitar dua-tiga jam dari Kota Jayapura, tergantung kecepatan dalam berkendara. Saya biasanya menggunakan kendaraan roda empat dengan kecepatan rata-rata 60-80 km/jam dan berangkat dari meeting point di Abepura, salah satu distrik di Kota Jayapura. Jika akan berangkat dari Kota Jayapura, mungkin waktu hanya bertambah sekitar 20 menit. Jika akan berangkat dari Sentani, maka hanya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. FYI, waktu yang saya jelaskan di atas adalah waktu tempuh untuk sampai dermaga di Depapre, sebuah distrik di Kabupaten Jayapura yang memiliki dermaga penyeberangan menuju pulau-pulau kecil yang tidak dapat dijangkau melalui jalur darat. 

Sesampai di dermaga Depapre, kendaraan biasa diparkir di halaman pasar dengan biaya parkir sebesar dua puluh ribu rupiah untuk kendaraan roda empat dan lima ribu rupiah untuk kendaraan roda dua. 

Transport penyeberangan bisa menggunakan speed boat atau masyarakat lokal menyebutnya dengan sebutan Jonson. Kapasitasnya bisa menampung sekitar 15 orang, seperti yang terjadi saat terakhir saya pergi bersama belasan rekan saya dan hanya menyewa satu jonson. Biaya sewa relatif murah, antar-jemput hanya membayar empat ratus ribu rupiah. 

Penyeberangan hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Lalu kita sudah menikmati keindahan pantai Harlem. Tidak hanya sekadar indah, tetapi juga menenangkan. Sebab di pantai ini keramaian masih belum populer.


Saat pertama mengunjungi Harlem, pantai ini belum dilengkapi dengan toilet dan saung/pondok atau bahasa lokal disebut para-para atau tempat berteduh seperti saat ini. Saat ini, Harlem sudah dikembangkan jauh lebih baik, sudah ada fasilitas toilet, tempat berteduh dan tempat penyewaan pelampung serta alat snorkling. Biaya sewa   para-para sebesar seratus ribu rupiah, biaya pemakaian toilet atau kamar mandi sebesar lima ribu rupiah, dan biaya sewa pelampung atau alat snorkling masing-masing item sebesar dua puluh lima ribu rupiah. 

And here we go!

 

Di pantai ini cukup aman untuk mengajak anak-anak bermain, karena bibir pantai terbebas dari karang dan cukup aman untuk dijangkau oleh anak-anak. Tetapi tetap saja harus dalam pengawasan orangtua. Sekitar lima meter dari bibir pantai, sudah mulai bisa kita nikmati batu karang dan rerumputan laut. Jika ingin berenang di bibir pantai ini, disarankan untuk membawa kamera underwater, mengapa? supaya tidak menyesal. Sebab lima meter selanjutnya, kamu akan dimanjakan dengan pemandangan bawah laut yang luar biasa indahnya. Kamu akan bertemu dengan ikan berwarna-warni, dengan jenis beragam yang berenang bebas, ke sana kemari, menyapa kamu dengan ragu-ragu. Melihat kehidupan bawah laut yang begitu indah dan menenangkan. Takjub dengan ciptaan Tuhan yang luar biasa, belum lagi saat melihat ekosistem bawah laut yang di sana menjadi tempat hidup dan mati dari terumbu karang, dan aneka mahkluk laut yang saya sendiri belum mengenal mereka. 



Di kedalaman 3-4 meter ini kamu bisa menyaksikan lebih beragam lagi keindahan bawah laut. Sepanjang pantai ini, maka sepajang itu pula kamu bisa menikmati keindahan yang tersedia. Saat menyelam, saya bisa lupa akan waktu. Saya bisa menghabiskan 2-3 jam untuk menyusuri keindahan laut dari barat ke timur. Tidak pernah bosan, sedikit pun.



Saat lelah menyelam, kamu bisa bersantai di tepi pantai dengan tetap menikmati air laut dan hamparan langit biru. Untuk ke pantai ini, tentu saja kamu harus membawa bekal makanan, sebab tidak ada kantin atau tempat menjual makanan pun yang menyediakanya. 

Menyusuri keindahan bawah laut memang tidak akan pernah puas, sebab kepuasannya tidak terbatas hanya pada satu keindahan. Sebab mereka memang beragam dan semuanya indah. Saat ini saya sedang belajar untuk bisa diving, untuk bisa lebih dalam lagi mengunjungi teman-teman kecil dan berwarna-warni di sana. 

Ohya, saya tidak lupa berpesan, tolong jaga kebersihan lingkungan kita. Laut, darat pun udara. Belajar bertanggungjawab dari hal yang paling sepele namun membahayakan; sampah. Ketahuilah bahwa sampah yang kamu buang sembarangan itu adalah kontribusi besar kamu dalam merusak lingkungan. So please, let's save our earth together dan jangan lupa jalan-jalan!

Wanna see more pictures? Let's visit my IG @fenymariantika

Meski kehilangan adalah peristiwa yang menyakitkan, tetapi semua ini terasa jauh lebih mudah. Bukan, bukan karena saya yang terlampau berpengalaman, tapi kehendak Tuhan yang menguatkan. Jika kegagalan kini menjadi semacam rutinitas, maka kesuksesan menjadi bonus dari kesabaran yang dirajut tiap usaha. 

Akhir-akhir ini saya merasa jauh lebih bahagia, lebih lapang dan mampu mengontrol suasana hati. Berharap ini akan bisa dipertahankan untuk setiap hari. Menjalani waktu dengan hati yang diliputi rasa bahagia. Menemukan memang peristiwa yang menyenangkan dan membahagiakan, maka mari membayangkannya jika belum juga terjadi. Supaya hati semakin biasa berprasangka baik pada Tuhan, lantas Ia akan perkenankan kita untuk membangun mimpi itu. 

Iya, mari berbahagia. Sebab waktu yang kita miliki terlalu berharga untik kita lewati dalam duka. Percaya, bahkan dalam air mata kita bisa menerbitkan tawa, saya sudah mencobanya, berulang kali, tidak terhitung lagi. 

Berbahagialah! 
Sebab nanya itu do'a terbaik yang bisa saya pinta untuk semua yang sudah sirna :) 


Wanna see more pictures? Please visit my instagram @fenymariantika
" Mamak, Mamak sudah doain saya dengan spesifik?"

Terdengar suara tawa dari ujung telephone di seberang sana. Mungkin pertanyaan saya terdengar begitu kaku dan beku.

" Mamak gak pernah lewat kok ngedoain kamu. Jangankan spesifik cuma sekadar minta jodoh buat kamu. Bahkan Mamak sudah sebut tanggal ke Allah. Jadi kamu siap-siap ya. Kalau jodoh kamu datang sebentar lagi"

Lalu saya tertegun sesaat, sebelum akhirnya menutup pembicaraan sore hari ini. 

Iya, Mamak paham sekali apa yang puterinya tengah alami. Berjuang tidak hanya untuk sekadar bertahan hidup, tetapi juga membuat nyata impian demi impiannya, dan menikah adalah salah satunya. Ingat sekali betapa sudah lama mempersiapkan diri sejak lima tahun yang lalu, namun sayangnya Tuhan belum juga berkenan. Sebab perkara jodoh adalah satu hak mutlak Tuhan yang sama sekali tidak bisa diganggu gugat, setidaknya seperti itu pemahaman saya. 

Tidak hanya di kalangan keluarga, tetapi juga lingkungan kerja, tetangga, teman lama, bahkan seseorang yang baru dikenal, sudah memiliki potensi untuk "ikut meramaikan" isi kepala dengan pertanyaan yang sama, dengan judgement yang tidak jauh berbeda. 

At the end, saya semakin penasaran dengan dia yang menjadi jodoh saya. Satu pertanyaan yang kelak akan saya tanyakan kepadanya, begitu sulitkah menemukan jalan menuju saya? 

Bisa jadi setelah akad tidak ada agenda honeymoon seperti pengantin baru pada umumnya, yang ada adalah agenda story telling yang mungkin tidak akan habis-habis dijadwalkan. Menikah memang menjadi impian setiap hati, sebab kala itu hati tidak lagi kosong dan sendiri. Duka sekali pun akan terasa jauh lebih mudah untuk dinikmati. 

Semoga do'a seorang Ibu kian mempermudah jalan puterinya yang tengah dalam pemantasan diri. Jika itu kamu, maka datanglah. Sebab Ibuku sudah menanti kamu di beranda keluarga kami. Sampai ketemu :')
Terkadang malam menjadi salah satu hal yang tidak ingin aku temui. Seolah ia seperti musuh di setiap musim. Seakan aku ingin terjaga dalam terang. Menghabiskan waktu dengan melakukan banyak hal, berupaya mengurangi beban pikiran. 

Ia terkadang menjadi waktu yang tidak pernah dirindu. Menjadi interval yang tidak pernah dinanti. Sebab ia menjanjikan keheningan, satu jeda yang sangat tidak ingin aku nikmati. 


Kini aku memilih kebisingan, aku menikmati keramaian, aku tidak membiarkan kepala dipenuhi dengan kenangan manis, aku tidak ingin mereka hadir. Barangkali dalam siang aku terjaga dari kubangan di mana kenangan bermuara. 


Sebab aku sedang tidak ingin mengenang. Belum waktunya untuk merasakan manis dalam memori yang pahit. 

Biar aku terus berjalan, tidak peduli ke mana arah yang aku tuju, sebab yang aku perlu hanya meninggalkan semuanya di sini, tanpa perlu aku bawa apalagi kembali. 

Perjalanan masih panjang, aku tidak akan berhenti hanya karena luka di hati. Lekas pun menahun ia akan pulih, semua hanya perkara waktu. 

Langit kelabu tidak selamanya akan turun hujan, usai badai tidak selalu ada pelangi, dan bintang tidak melulu menghiasi malam, tetapi harapan untuk bisa menggenapkan hidup akan selalu tumbuh. 

Selamat tinggal,malam! 

Aku menemukannya di pagi hari yang sepi. Hanya ada suara angin dan udara yang melalui saluran pernafasan. Hening lagi sunyi. Sesekali ku dengar suara anak burung pipit, hanya sesekali. Aku memimilih duduk di rerumputan yang hampir menguning. Mengabaikan buliran air yang membuat mereka menjadi basah. Aku kembali tertegun, kembali pada ingatan-ingatan, tentang hidup yang sudah dijalani selama ini, tentang kekeliruan dan tentang masa depan. 

Aku meneruskan moment ini hingga matahari mulai meninggi. Seolah menyadarkan bahwa sudah waktunya beranjak. Esok pagi bisa kembali untuk melanjutkan apa yang sudah dimulai. Alam nampak menjadi salah satu tempat berpulang ketika langkah kian melemah, selain sujud malam yang kian dirindukan. 

Saat mereka mengatakan bahwa aku seharusnya tidak perlu memikirkan hidup terlampau keras, sebab tidak baik untuk aku, sayangnya, aku belum menemukan formula untuk menurunkan kadar dalam memikirkan kehidupan yang tengah dijalani. Aku, seseorang yang memang terlalu menginginkan semua sempurna, semua sesuai dengan apa yang aku design di dalam pikiran, seolah lupa bahwa bukan aku yang mengatur semua, bukan aku yang memiliki hidup. Aku terlalu memaksa kemampuan yang sangat terbatas, lantas Tuhan mengingatkan kembali melalui banyak peristiwa bahwa aku hanya manusia biasa, perempuan biasa yang jauh dari kesempurnaan. 

Pada titik ini, aku seharusnya semakin terlatih untuk menerima kehadiran kejutan Tuhan. Berkat yang kadang diabaikan dan tidak diakui keberadaannya. Padahal Tuhan sudah sangat berbaik hati, tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang meski berwujud ujian. 

Mengakhiri September dengan tidak menumpah-ruahkan air mata lagi. Sebab pasti selalu ada cara untuk bisa bahagia. Kadang, kita sendiri yang membuat hati merana dengan angan-angan atau harapan semu. Maka berhentilah untuk menipu diri sendiri. Hidup selalu memberikan pilihan dengan hitung-hitungan, maka kita perlu mempertimbangkan segala sesuatu dengan sangat bijak dan realistis. 

Barangkali manusia yang beruntung itu salah satunya adalah yang memiliki kesempatan untuk menikmati pagi lengkap dengan waktu untuk bermuhasabah diri. Semoga Tuhan senantiasa mengasihi, semangat pagi!
Salah satu waktu terbaik untuk berdoa adalah tatkala hujan turun dari langit. Karena hujan selamanya akan menjadi berkat. Ia berpulang, menuju bumi, meresap kembali ke tanah, sebelum akhirnya ia melewati proses penguapan dan atas izin Tuhan kemudian menjadi buliran yang di sebut hujan. 

Hujan adalah nyanyian bagi sebagian orang, menjadi sahabat, menjadi ruang yang nyaman, menjadi alunan yang begitu menenangkan. Hujan di bulan September, ia turun bersamaan dengan doa-doa yang dinaikan. Doa-doa yang dipanjatkan oleh hati yang selalu menumbuhkan harapan, meski berulang kali tenggelam bersama senja, namun pagi membangunkannya kembali. 

Hujan yang membawa kebaikan, seolah setiap tetesnya menjadi tetesan yang berisi satu doa. Lalu tidak terhitung lagi berapa banyak doa yang dikandung oleh banyaknya tetesan air hujan. Ada banyak harapan, setiap kita yang mengharapkan kebaikan, mengharapkan impian yang menjadi kenyataan. Kini doa tidak hanya berwujud kedua tangan yang diangkat untuk meminta, tidak hanya berwujud sujud yang dipanjangkan untuk memohon, tetapi juga berwujud tetesan hujan yang dilapisi oleh dzikir, usaha dalam mengingat Tuhan pencipta alam, hati yang terus berusaha mengingat dan bersyukur. Berharap Tuhan selalu memperkenankan.

Hujan di bulan September, seolah memahami benar apa yang terjadi saat ini. Saat  di mana hati sudah berhenti pada satu titik yang ditemui. Ia seolah tengah mendapati, ada hati yang tetap menanti. 

Hujan di bulan September,
Tidak terhitung lagi
Saya seorang perempuan. Asli perempuan, sama seperti perempuan kebanyakan. Hidup saya penuh dengan drama yang berasal dari keterlibatan perasaan dalam hal apapun. Tidak terkecuali. Setiap hari saya mencoba belajar. Dari interaksi dengan orang lain yang saya temui,dari mengamati orang lain di sekitar saya, dari status orang lain di media sosial, dari artikel yang ditulis oleh orang lain. Saya belajar banyak. 

Dan hari ini saya kembali belajar, bagaimana menanggapi karyawan yang ingin mengundurkan diri dari pekerjaaanya karena merasa tidak mampu, bagaimana turut merasa lucu ketika orang lain sedang berusaha melawak, pun belajar memahami  persepsi laki-laki. 

Salah satunya tentang seorang penulis laki-laki yang sering menuliskan tentang dunia laki-laki dalam topik menikah-pernikahan. Selain membaca terjemahan Al-Qur'an yang memang mengandung aturan tentang hal ini , membaca buku fiqih nikah, mendengarkan kajian para ulama tentang menikah, tulisan Kurniawan Gunadi menjadi salah satu rekomendasi saya. Dia penulis muda yang sangat berbakat, tulisannya berisi, terutama bagian pernikahan. Jujur saya bukan salah satu pembacanya, tetapi hari ini, baru saja saya mencoba membaca beberapa tulisannya di blog pribadinya, dan saya harus saya akui, saya menyukai tulisan dan cara ia menuangkan pesan yang berkualitas dalam bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. 

 Karena menikah tentu saja harus bermodal, tidak hanya materi, tetapi juga ilmu. Saat ini banyak sekali anak muda berani untuk mengambil langkah nyata dalam menjauhi zina dengan menikah di usia yang terbilang masih muda. Tidak khawatir berlebihan tentang kehidupan setelah menikah. Barangkali karena ilmu yang mereka miliki pun sudah cukup menjadi modal untuk memutuskan membangun keluarga. 

Karena tidak ada yang perlu diragukan jika kita percaya bahwa pernikahan akan membawa berkah bagi keduanya, termasuk rizki yang akan Allah tambah. Begitu pun yang ada di dalam benak saya, sebagai perempuan yang memiliki kegemaran travelling, membeli buku, nonton di bioskop, perawatan wajah,  dll saya tidak pernah khawatir akan pekerjaan suami atau pasangan saya nantinya. Tidak harus pegawai, tidak harus anak jendral, tidak harus exmud, yang penting laki-laki yang memahami Islam, setidaknya sedang belajar memahami apa yang ia imani, laki-laki yang patuh terhadap orangtuanya, menyayangi Ibu dan keluarganya, laki-laki yang bertanggungjawab atas kehormatan dirinya dan orang lain, laki-laki yang mengerti bagaimana menjadi seorang laki-laki, laki-laki yang tidak mudah dipatahkan, laki-laki yang mau berjalan lebih jauh, laki-laki yang tidak mudah mengeluh, laki-laki yang sedia menggenggam tangan isteri dan keluarganya di jalan kebaikan. 

Sejak dahulu, saya tidak pernah khawatir akan hal ini. Bisa jadi karena saya juga mandiri, tidak bergantung secara finansial. Dan bisa jadi karena saya belajar banyak dari keluarga saya, Mamak dan Bapak menjadi cerminan bagaimana saya kemudian menjadi perempuan dewasa. Tidak ada yang sempurna, proses pun hasil, tetapi saya percaya bahwa selama kita mengikuti aturan Tuhan akan membawa kita pada kebaikan. 


Berkumpul dengan orang-orang berilmu tidak akan pernah sia-sia, kita bisa belajar banyak hal dari mereka, dari orang lain.Dan menjadi orang yang beruntung ketika kita bisa mendapatkan makna hidup, hikmah dari sebuah peristiwa tanpa harus mengalaminya secara langsung. 

Mari berburu ilmu, mengaplikasikannya dalam kehidupan. Merawat keyakinan bahwa Tuhan semesta alam akan selalu membersamai kita dalam setiap tarikan nafas, semoga kita menjadi manusia yang beruntung. Mari belajar banyak.
 
Entah bagaimana saya bisa menjalani dan menikmati hidup seperti ini. Bangun setiap pagi, melakukan aktivitas yang sama di pagi hari. Nyaris selalu sama, tidak ada yang berbeda termasuk menyempatkan diri untuk menatap sosok yang ada di dalam cermin seraya mengucap syukur. Alhamdulilah

Saya termasuk seseorang yang lekas bosan, lebih menyukai hidup yang dinamis. Tidak jarang rekan mengatakan bahwa hidup saya begitu banyak kejutannya. Iya, saya pun merasa seperti itu. Tuhan memang begitu handal dalam mengatur segala sesuatunya. Termasuk rasa bosan, jenuh juga penat yang datang.

Sebagai anak rantau yang hidup sebagai anak kost, saya banyak menghabiskan waktu di luar. Delapan jam untuk bekerja, artinya saya menghabiskan waktu di kantor selama delapan jam, jam lima sore adalah jam pulang kerja. Jika saya sedang tidak ingin pulang ke rumah lebih awal, biasanya saya akan menghabiskan waktu di toko buku, atau menonton film di bioskop, atau sekadar beraktvitas di depan laptop dengan fasilitas wifi di cafe. Dan paling banyak saya melakukan itu semua seorang diri. Hah? apa tidak memiliki teman ?

Teman, tentu saja saya memiliki teman seperti kebanyakan orang. Saya berada di Jayapura hampir tiga tahun. Menjadi sangat merugi ketika saya tidak memiliki satu teman pun. Namun dalam hal ini, dalam menghabiskan waktu sehari yakni 24 jam, paling banyak memang saya habiskan seorang diri. Selain kondisinya memang seperti itu, saya juga bukan tipikal perempuan yang nyaman untuk selalu beraktivitas dengan orang lain. Males ribet, saya sering beranggapan seperti itu. Ketika harus membuat janji bertemu dengan teman, lalu si teman tidak on time, kemudian saya menunggu dengan suasana hati yang sudah berubah, dan bla bla bla, hingga akhirnya ada waktu yang terbuang dengan perasaan yang tidak menyenangkan.Contoh lain, ketika ke toko buku, saya biasanya pergi ke toko buku setelah jam pulang kantor. Jika mengajak teman-teman yang notabene kantornya berbeda, belum tentu mereka bisa, padahal saya sudah menunggu misalnya. Begitu pun saat menonton atau sekadar nongkrong. Saya memang tidak ingin kebahagiaan saya bergantung dengan orang lain, siapapun.

Saya merasa me time atau waktu untuk diri sendiri memang penting untuk dilakukan, agar bisa mengenal lebih jauh diri sendiri. Supaya benar-benar mengetahui apa yang dibutuhkan, apa yang disukai dan tidak disukai, benar-benar melakukan perjalanan menuju diri sendiri, yang terkadang bisa menjadi perjalanan yang melelahkan karena terlalu banyak jalan yang berputar-putar tanpa titik temu karena hati dan pikiran pun tidak seimbang. 

Dan akhirnya, saya harus mengakui bahwa saya terlalu menikmati waktu bersama diri sendiri, meski mungkin berlebihan pun menjadi tidak baik :D
Selama ada pagi, maka selalu ada harapan baru

Aku sedang tidak mencari teman untuk berbagi masa lalu, melainkan masa depan. Sebab selamanya masa lalu tidak akan pernah bisa kita bagi. Maka itu kah kamu?

Rasa yang disebut sebagai cinta memang rasa yang Tuhan kirimkan pada kita, manusia. Rasa yang aku anggap sebagai bahasa universal, yang siapapun mampu memahaminya. Tidak satu pun hati yang dimiliki oleh manusia tidak mengerti cinta. 

Aku pernah mengalami kegagalan dalam memaknai cinta di masa lampau. Aku pikir itu yang mereka sebut cinta, ketika aku menyambut baik perasaan yang ditawarkan oleh mereka di masa lalu. Di masa lalu, aku pernah memberikan kesempatan kepada dua orang dalam waktu yang berbeda untuk bisa saling mencinta, mereka yang menawarkan membangun sebuah keluarga tanpa harus berlama-lama saling mengenal. Mereka mengawali pertalian ini, lalu aku dengan niat sederhana menyambungkan pada hati, hingga aku memberikan perasaan yang aku pikir sama. I gave it to them; love.

Lalu Tuhan menunjukan bahwa jalan, cara dan orang yang aku pilih mungkin salah. When you know something is wrong but you do it anyway,what the ***?! Lalu berulang kali Tuhan menunjukan bahwa aku lagi dan lagi melakukan kesalahan yang sama. Hingga pada satu titik, aku menyerah. 

Bekal hidup yang paling benar adalah ketika kita memahami dengan benar apa yang Tuhan ajarkan. Iman selalu naik-turun. Begitu pun dengan apa yang ada di dalam hati. Sebagai seseorang yang tidak luput dari dosa, aku tidak pernah berhenti belajar dan memperbaiki diri, terus menerus. Hingga Tuhan berkenan menaikan aku ke kelas yang lebih tinggi. Tertinggal di kelas bawah tentu saja membuat aku depresi. I dont know what should I do. Ujian yang sama dan aku masih melakukan kesalahan yang sama seakan-akan membuktikan betapa bodohnya aku sebagai manusia. Namun aku terus menguatkan diri dan terus berusaha berbaik sangka. Tuhan tentu tidak akan membiarkan aku seorang diri melewati semua ujian ini, kan?

Kali ini Tuhan memberikan ujian dalam bentuk yang berbeda, meski masih dengan topik yang sama. Ia datang tidak menawarkan apa-apa, ia tidak menjanjikan apa-apa, ia bahkan mengatakan bahwa kemungkinan untuk bersama sangat kecil peluangnya. Ia berusaha semampu yang bisa ia lakukan, sejak saat ia memiliki rasa. Ia hanya diam dari kejauhan, memastikan bahwa yang ia miliki adalah sebuah kebenaran. Dan untuk pertama kalinya aku tidak memberikan apa-apa, tidak seperti di masa lalu. I don't give him a love, but I fall in love with him . 

Lalu apa bedanya? Tentu saja berbeda, jika di masa lampau aku tidak memerlukan usaha untuk mencintai, sebab mereka memberikannya dengan berlebih meski ternyata palsu. Tetapi tidak untuk saat ini, aku begitu berusaha melawan rasa yang ada, aku berusaha menolak keberadaanya. Trauma masa lalu membuat aku enggan untuk beranjak lebih jauh ketika ada tembok besar yang menghalangi. Sebab bijak bestari mengatakan jika jodoh, maka perjalanan akan lancar. Pertanyaanya, selalu seperti itu kah perjalanan jodoh? selalu lancar tanpa sedikit pun hambatan? begitu kah? Namun apa yang terjadi? Perasaan yang ada bukannya menghilang namun ia semakin mencuat ke permukaan. Itu kah kamu? Salah satu pertanyaan yang selalu aku tanyakan dalam sujud yang diperpanjang. Sejak ia menyampaikan niatnya, aku tidak buru-buru berbahagia, sebab aku mengingat luka lama, kebahagiaan yang terlalu cepat datang, bisa jadi ia pun akan cepat hilang. Maka aku selalu mempertanyakan pada Tuhan ' Tuhan, ia kah yang benar? Jika ia, maka berikanlah jalan. Namun jika bukan, kembalikan pada yang benar'. Lalu Tuhan menjawab dengan apa yang terjadi saat ini. Tetapi, apakah kita harus begitu cepat menyimpulkan? Bisa jadi Tuhan tengah menguji kita, tengah memastikan bahwa kita sungguh-sungguh atau memang benar ini cara Tuhan dalam menjauhkan kita? Melalui tembok besar di hadapan kita? Lalu sampai kapan kita akan bersembunyi? Sampai kapan kamu hanya diam dengan luka itu? Sampai kapan kita saling menyakiti dari kejauhan?

Ia yang pernah berusaha memadamkan apa yang membara di hatinya berulang kali, namun gagal. Ia yang pernah mencoba pergi dan berpaling, namun ia kembali lagi dan mengatakan tidak bisa melakukannya. Ia yang pernah mencoba segala cara untuk membunuh harapan dan rasa, namun ia belum juga berhasil. Hey, adakah siksaan yang lebih menyiksa dari ini semua? menyaksikan seseorang yang begitu mengharapkan kamu tengah membunuh dirinya sendiri secara perlahan?  
  
Kini aku tidak memiliki keberanian untuk berdoa. Aku khawatir doa yang aku panjatkan berisi tuntutan pada Tuhan. Berisi pertanyaan yang menyudutkan. Tetapi apa yang bisa aku lakukan selain berdoa? Meratapi kesedihan bukan lagi sebuah jalan yang aku pilih. Ini bukan pertama kali Tuhan memberikan ujian untuk menguatkan hati.

Ketika aku jatuh cinta, aku kembali melakukan kesalahan. Sebab belum tentu ia yang sebenarnya. Lalu apa kabar hati nantinya? Bukankah ia pernah terluka parah? Apa jadinya jika ia harus merasakan luka yang jauh lebih parah. Bukan, bukan karena dikhianati, bukan karena kebohongan, tetapi karena rindu yang tidak bisa disampaikan meski hanya melalui do'a. Sebab keberanian sudah hilang bersama harapan yang dipangkas oleh pemiliknya. Aku tidak pernah menyesali apa-apa, kesalahan yang pernah aku lakukan membawa aku pada satu muara, makna. Aku tidak pernah menyesal pernah jatuh cinta, meski pada akhirnya kita juga harus berpisah bahkan jauh sebelum kita bersatu. Dan kini biarkan waktu yang menyelesaikan cerita, mari kita terus berjalan, jika nanti perjalanan ini menuntun kita pada titik yang sama, bersiaplah kita menerima apapun yang terjadi. Tuhan memiliki cara tersendiri, mari kita percaya.


Ia sudah layu bahkan sebelum tumbuh
Ia sudah mati bahkan sebelum hidup
Aku sudah jatuh bahkan sebelum kamu membangunnya

Jika cinta seperti tunas, maka berapapun kamu pangkas maka ia akan terus tumbuh
Jika kamu ingin membunuhnya, maka cabut akarnya, bukan tunasnya
Namun jika tidak, biarlah ia tumbuh seperti harapan yang dibawa oleh pagi

Biarkan Tuhan memberikan jalan untuk menyatukan atau melepaskan
Tidak ada hati yang tidak mampu merasakan senandung rindu
Tidak ada hati yang tidak mampu memahami ketulusan rasa
Maka dengan demikian do'a menjadi jalan yang paling utama
Semoga cinta yang kita bangun sejak kita jatuh menjadi kebaikan bersama 
Dan semoga kali ini aku sedang tidak melakukan kesalahan, kembali.




Persahabatan akan membawa kita pada kejutan yang bisa jadi adalah impian kita di masa lampau



Perjalanan kali ini merupakan perjalanan yang memiliki banyak tujuan. Tidak hanya menghadiri pernikahan seorang sahabat, tetapi juga misi “perjalanan a(r)ti” seperti biasa yang selama ini saya lakukan. Berlangsung di bulan Agustus 2015, malam itu saya memutuskan berangkat dari rumah. Karena masih di kampung halaman, sehingga saya memutuskan ke Jakarta tidak dengan pesawat. Saya memilih untuk naik kapal, selain karena memilih yang lebih ekonomis, saya juga senang menikmati perjalanan darat. Sebab saya suka mengamati apapun yang ada di sepanjang jalan, sembari membiarkan pikiran saya berbicara seorang diri. 

Berangkat dari rumah dengan menggunakan travel menuju pelabuhan Bakauheni. Hanya dengan tujuh puluh ribu rupiah maka saya bisa duduk santai menikmati perjalanan yang berdurasi kurang lebih tiga jam. Kampung halaman saya berada di Kota Sukadana, Lampung Timur, sementara pelabuhan Bakeuheni berada di Lampung Selatan. 

Tiga jam berlalu, saya kemudian membeli tiket di pelabuhan Bakuheni hanya dengan uang tiga belas ribu rupiah. Tidak ada bagasi atau barang bawaan yang berlebih. Tidak ada di dalam kamus perjalanan saya membawa oleh-oleh atau barang bawaan yang nantinya akan memenuhi tangan. Saya hanya akan mengisi punggung saya dengan satu tas, titik.

Kali ini kapal fery yang katanya masih baru ini akan membawa saya menuju pelabuhan Merak dalam kurun waktu 2-2,5 jam. Saya akui kapal kali ini memang jauh lebih bagus dari biasanya. Tidak hanya kualitas air conditioner yang masih bagus, tetapi juga kursi dan aroma ruangan yang terawat. Sangat bagus untuk saya menenggelamkan diri pada alam mimpi a.k.a tidur. 

Penerbangan menuju Aceh masih esok sore, sementara saya akan sampai di Merak pada dini hari. Saya memang berencana untuk singgah di rumah salah satu sahabat Pencerah Nusantara yang bernama Resti, teh Resti saya biasa memanggilnya. Dari Merak saya turun di terminal Pakupatan. Dari pelabuhan Merak menuju terminal Pakupatan saya hanya mengeluarkan uang sebesar sepuluh ribu rupiah. Karena rumah teh Resti tidak dilewati oleh angkutan umum, maka saya menggunakan jasa ojek. 

Singkat cerita, saya beristirahat di kediaman teh Resti hingga siang hari sebelum saya melanjutkan perjalanan menuju bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. 

***
Sekitar pukul dua siang saya diantar oleh ayah teh Resti menuju halte damri. Selang beberapa waktu bus damri menuju bandara tiba tepat dihadapan saya. Hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga satu setengah jam maka saya sudah berada di bandara Soetta. Dan di sana saya bertemu dengan Tosari Gals yang terdiri dari Lanlan dan Nenek. 

Betapa sempurnanya perjalanan kali ini, tidak hanya karena destinasi yang menggugah naluri, tetapi juga karena teman perjalanan yang merupakan sahabat karib hati. Ahey!

Penerbangan  kami menuju Aceh kali ini bersama cabung besi milik Garuda. Betapa nyamannya melihat pramugari dan pramugara yang menyapa dengan mengucapkan salam, mengajak berdo’a ah tapi sayangnya tidak mengajak ke pelaminan #eaaaa

Sampai di Banda Aceh hampir tengah malam sekitar pukul 10, hal ini terjadi dikarenakan pesawat delay. Meski lelah, saya tetap mampu menikmati pemandangan malam hari di sini. Aceh, ah saya sudah terlalu senang. Kehabisan kata-kata.
Pernikahan Kak Fairuz

Hari pertama di sini dipenuhi dengan agenda pernikahan Kak Fairuz. Kami menginap di hotel Kuala Radja yang berada di pusat kota. Hari pertama kami mendapatkan wisata gratis ke Masjid bersejarah di Banda Aceh yakni Masjid Baiturrahman. Masjid raya yang tidak hanya indah, tetapi detail arsitekturnya membuat saya takjub. Tidak hanya bangunan masjid, tetapi juga taman dan ornamen-ornamen secara keseluruhan. Ah, saya memang mudah sekali jatuh cinta!
Kami di Pantai Lampuuk

Setelah mengikuti prosesi pernikahan Kak Fai, kami ( Tosari Gals) ditemani oleh seorang teman yaitu Bang Alan, “pamit” untuk mengexplore kota Banda Aceh. Berawal dari Museum Tsunami, Museum Kapal PLTD Apung, Pantai Pasir Putih Lampuuk yang begitu menyejukan mata. Ah, Aceh mmebuat saya jatuh cinta berulang kali, pada alamnya :D

Tidak hanya itu, tetapi juga kuliner yang disediakan. Cita rasa yang sempurna, lengkap dengan rempah-rempah yang pekat dan juga lezat. Tidak hanya mie aceh, tetapi juga ayam tangkap, kue cane dan aneka makanan yang lain. Saat di Aceh, lupakan diet, lupakan program pelangsingan atau apapun namanya, karena makanan Aceh terlalu sayang untuk dilewatkan!

***
Keesokan harinya kami bersiap-siap menuju pulau Sabang. Salah satu pulau yang menyediakan keindahan alam yang tidak hanya mengindahkan pandangan, tetapi juga memberikan ketenangan karena pantai-pantai di sana menyediakan “ruang” untuk kita mendapatkan ketenangan.

Pagi hari yang sudah diisi dengan semangat menjelajah. Hari ini kami tidak hanya bertiga, tetapi berempat bersama Luwi. Bule asal Kanada yang merupakan teman Kak Fairuz dan teman kami juga tentunya.
Dari hotel menuju pelabuhan Ule Lheu kami diantar oleh beberapa teman yang memang tinggal di sini, Bang Idus dan Bang Ilham. Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai di pelabuhan. Dan ya, dihadapan kami sudah nampak pintu masuk ke dermaga. Rasa senang di dalam hati..*abaikan*
Di pelabuhan Ule Lheu
Sabang, salah satu destinasi impian yang sudah menjadi kenyataan.

Berangkat menuju Sabang sekitar pukul 09.30 WIB, perjalanan laut hanya sekitar 45 menit, menggunakan kapal cepat VIP dengan harga tiket Rp. 100.000. 45 menit di dalam kapal kecil tentu saja sedikit mengguncang isi perut, untungnya kami bisa pura-pura tertidur.

Kini sudah nampak di hadapan kami pelabuhan Balohan. Pelabuhan yang kecil tetapi cukup ramai. Dipenuhi dengan kendaraan roda dua dan kerumunan laki-laki dewasa yang sudah siap untuk menawarkan jasa menjadi guide pun menawarkan penyewaan kendaraan untuk berkeliling di Sabang.Kami memilih untuk menyewa motor, 2 motor yang kami sewa hanya dengan satu lembar lima puluh ribu rupiah. 

Maka kehebohan dan jiwa 'pembalap' pun muncul seketika. Saya membonceng Nenek sementara Luwi membonceng Lanlan. Kami blusukan bertanya kesana kemari agar tidak salah jalan. Mengingat perjalanan kami hanya satu hari. 

Sungguh mudah sekali bisa berbahagia hari itu!

 

Sekitar 1,5 - 2 jam kami berkendara, sebelum akhirnya kami sampai di tugu titik nol kilometer, Sabang. Meski masih dalam proses renovasi, kami masih berkesempatan untuk mengabadikan gambar bersama di sini. Tidak lupa kami melihat-lihat pemandangan di sekitar. Laut lepas, tenang, biru dan penuh kedamaian. 

Selanjutnya kami memutar arah, mengexplore pantai sepanjang jalan. Banyak sekali pantai yang masih begitu polos tanpa banyak riasan. Kami menikmatinya barang lima sampai sepuluh menit. Sebab roadshow kami harus tetap berjalan. Kami menyusuri sepanjang jalan. Beberapa kali berhenti di random spot untuk sekadar mengambil gambar. tidak terhitung ada berapa banyak pantai yang kami kunjungi hanya sekadar say hi. Mungkin ini sebuah pertanda bahwa suatu saat harus kembali ke sini, menikmatinya dengan tenang.

Sore hari kami kembali ke Banda Aceh. Kemudian menikmati waktu yang tersisa dengan berkeliling di kota Banda Aceh sambil mencari buah tangan khas Aceh. 

Aceh memang salah satu destinasi yang suatu hari harus saya ulang. Sebab masih sangat banyak pantai dan tempat-tempat wonderful yang belum saya datangi. Apalagi under water di sana! argh, someday! Maafkan saya karena pada perjalanan kali ini tidak banyak foto stunning yang bisa saya tangkap. Selain karena begitu menikmati, satu hari sungguh tidak cukup untuk sekadar hunting gambar. Maka dengan tegas saya mengatakan, Yuk ke Aceh!



See you again, Aceh! be nice please :)


 

Langganan: Postingan ( Atom )

Ruang Diskusi

Nama

Email *

Pesan *

Total Pageviews

Lates Posts

  • Bubur Manado Rasa Jayapura
    Jika berkunjung ke Papua dan mencari kuliner khas Papua, pasti semua orang akan mencari menu yang bernama Papeda . Iya, salah satu menu ut...
  • ( Karna ) Hujan
    ( Karna ) Hujan adalah cara alam memperlihatkan bahwa setiap ruang adalah kawan yang saling berkaitan , proses yang selalu k...
  • Ke-(Mati)-an
    Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarny...
Seluruh isi blog ini adalah hak cipta dari Feny Mariantika. Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2022 ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
  • ►  2021 ( 20 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 10 )
    • ►  Maret ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 6 )
  • ►  2020 ( 2 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2019 ( 2 )
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  April ( 1 )
  • ►  2018 ( 24 )
    • ►  November ( 1 )
    • ►  Oktober ( 1 )
    • ►  September ( 3 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Juni ( 2 )
    • ►  Mei ( 4 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 7 )
    • ►  Februari ( 2 )
  • ►  2017 ( 20 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 9 )
    • ►  Agustus ( 1 )
    • ►  Mei ( 3 )
    • ►  April ( 1 )
    • ►  Februari ( 2 )
    • ►  Januari ( 2 )
  • ▼  2016 ( 41 )
    • ▼  Desember ( 1 )
      • Penutup Hari
    • ►  November ( 2 )
      • Istimewanya Subuh
      • Mengenang (di) Bandung
    • ►  Oktober ( 6 )
      • Saya Tidak (Mau) Gila
      • Bubur Manado Rasa Jayapura
      • Selamat Ulang Tahun (2)
      • It's Over
      • Harlem, Pantai atau Pulau?
      • Berbahagialah!
    • ►  September ( 10 )
      • Doa Ibu
      • Tentang Malam
      • Muhasabah Pagi
      • Hujan di Bulan September
      • Belajar Banyak
      • Me Time
      • Semoga
      • Aceh, Bukan Destinasi Biasa
    • ►  Juli ( 1 )
    • ►  Juni ( 8 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 6 )
    • ►  Februari ( 4 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2015 ( 8 )
    • ►  November ( 2 )
    • ►  Oktober ( 3 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Juni ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2014 ( 21 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 4 )
    • ►  Juli ( 5 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 3 )
    • ►  Maret ( 2 )
    • ►  Januari ( 4 )
  • ►  2013 ( 58 )
    • ►  Desember ( 3 )
    • ►  Oktober ( 6 )
    • ►  Agustus ( 10 )
    • ►  Juli ( 8 )
    • ►  Juni ( 3 )
    • ►  Mei ( 5 )
    • ►  April ( 5 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 10 )
    • ►  Januari ( 5 )
  • ►  2012 ( 14 )
    • ►  Desember ( 1 )
    • ►  September ( 4 )
    • ►  Juli ( 3 )
    • ►  Mei ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
  • ►  2011 ( 15 )
    • ►  September ( 1 )
    • ►  Agustus ( 2 )
    • ►  Juni ( 4 )
    • ►  Mei ( 1 )
    • ►  April ( 2 )
    • ►  Maret ( 3 )
    • ►  Februari ( 1 )
    • ►  Januari ( 1 )
  • ►  2010 ( 1 )
    • ►  November ( 1 )

Hi There, Here I am

Hi There, Here I am

bout Author

Feny Mariantika Firdaus adalah seorang gadis kelahiran Sang Bumi Ruwai Jurai, Lampung pada 25 Maret 1990.

Fe, biasa ia di sapa, sudah gemar menulis sejak duduk di bangku SMP. Beberapa karyanya dimuat dalam buku antologi puisi dan cerita perjalanan.

Perempuan yang sangat menyukai travelling, mendaki, berdikusi, mengajar, menulis, membaca dan bergabung dengan aneka komunitas; relawan Indonesia Mengajar - Indonesia Menyala sejak tahun 2011 dan Kelas Inspirasi pun tidak ketinggalan sejak tahun 2014.

Bergabung sebagai Bidan Pencerah Nusantara sebuah program dari Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk MDGs membuat ia semakin memiliki kesempatan untuk mengembangkan hobinya dan mengunjungi masyarakat di desa-desa pelosok negeri.

Saat ini ia berada di Barat Indonesia, tepatnya di Padang setelah menikah pada tahun 2019.Pengalaman mengelilingi Indonesia membuatnya selalu rindu perjalanan, usai menghabiskan 1 tahun di kaki gunung bromo, 3,5 tahun di Papua,1 tahun di Aceh, 6 bulan di tanah borneo, kini ia meluaskan perjalanannya di Minangkabau. Setelah ini akan ke mana lagi? Yuk ikutin terus cerita perjalanannya.

Followers

Copyright 2014 TULIS TANGAN .
Blogger Templates Designed by OddThemes